Minggu, 05/05/2024 - 05:46 WIB
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi

TERBARU

ISLAM

Makanan Pemberian Non-Muslim, Apakah Halal dan Apa Sikap Kita?  

ADVERTISEMENTS

JAKARTA— Sejatinya, status kehalalan dan keharaman dalam makanan yang hendak dikonsumsi ditentukan oleh dua hal. Keduanya antara lain zat dan juga cara mendapatkan makanan tersebut. 

ADVERTISEMENTS
Selamat Memperingati Hardiknas dari Bank Aceh Syariah

Dalam Alquran, seluruh makanan dan minuman dihalalkan kecuali jika terdapat nash yang mengecualikan atau mengharamkan makanan tersebut secara zat. 

ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat dan Sukses atas Pelantikan Reza Saputra sebagai Kepala BPKA
ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat Memperingati Hari Kartini dari Bank Aceh Syariah

Tidak hanya itu, cara mendapatkan makanan dari rezeki yang kita peroleh pun menjadi syarat krusial lainnya. 

ADVERTISEMENTS
Manyambut Kemenangan Idul Fitri 1445 H dari Bank Aceh Syariah
ADVETISEMENTS
Ucapan Belasungkawa Zakaria A Rahman dari Bank Aceh

Dalam contoh hukum mengonsumsi makanan dari non-Muslim, boleh dilakukan asalkan zat di dalam makanan tersebut tidak tergolong zat-zat yang diharamkan. 

ADVERTISEMENTS
Selamart Hari Buruh

Selain itu, proses untuk menjadikan makanan itu pun harus dilalui dengan halal. Semisal, apabila makanan yang diberikan ke seorang Muslim itu adalah opor ayam, perlu dipastikan ayamnya ketika disembelih telah melalui proses halal dan Islam. Tak hanya itu, memasak opor ayam tersebut pun tak boleh sembarangan. 

ADVERTISEMENTS
Top Up Pengcardmu Dimanapun dan Kapanpun mudah dengan Aplikasi Action
Berita Lainnya:
Panduan Sholat Idul Fitri

Alat masak yang hendak diguna kan untuk memasak opor ayam tadi juga perlu dipastikan tidak be kas memasak makanan-makanan yang mengandung zat haram. 

ADVERTISEMENTS
PDAM Tirta Bengi Bener Meriah Aplikasi Action Bank Aceh

Apalagi apabila alat masak tersebut sebelumnya tidak dicuci, sudah dipastikan zat haram dari makanan sebelumnya masih menempel. 

ADVETISEMENTS
Ucapan Belasungkawa Thantawi Ishak mantan Komisaris Utama Bank Aceh

Apabila semua proses tersebut di tempuh secara halal, makanan tersebut dihukumi halal meski dimasak oleh non-Muslim. 

Dalam kitab I’anat at-Thalibin disebutkan, makanan yang dimasak secara halal oleh non- Muslim untuk seorang Muslim maka dapat dihukumi suci atau halal. 

Berita Lainnya:
Begini Gambaran Neraka yang Ditunjukkan Malaikat kepada Rasulullah SAW

Baca juga: Mualaf Lourdes Loyola, Sersan Amerika yang Seluruh Keluarga Intinya Ikut Masuk Islam

Ustadz Ahmad Sarwat dari Rumah Fiqih Indonesia menjelaskan, halal haram sebuah makanan dalam Islam diukur dari kaidah-kaidah dan syariat yang telah diatur. 

Dia sepakat bahwa penentuan hukum halal haramnya sebuah makanan ditentukan dari zat dan cara memperolehnya. Untuk itu, apabila kedua hal tadi dapat dipenuhi, sekalipun makanan yang dikonsumsi oleh seorang Muslim itu berasal dari orang yang non- Muslim maka hukum memakannya halal dan boleh. 

Sedangkan, untuk proses penyediaan makanan, dia menggarisbawahi, apabila makanan yang diberi kan berupa daging, hal itu perlu dilihat dari berbagai aspek.

sumber : Harian Republika

Sumber: Republika

ADVERTISEMENTS

x
ADVERTISEMENTS

Reaksi & Komentar

Berita Lainnya

Tampilkan Lainnya Loading...Tidak ditemukan berita/artikel lainnya.
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi