Jumat, 03/05/2024 - 17:03 WIB
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi

TERBARU

ASIAINTERNASIONAL

Cina Bela Dua Perusahaan yang Dituduh AS Terlibat Pelanggaran HAM Etnis Uighur

ADVERTISEMENTS

BEIJING – Pemerintah Cina mengecam keputusan Amerika Serikat (AS) memberlakukan larangan impor dari dua perusahaan Cina yang diduga terlibat pelanggaran hak asasi manusia (HAM) terhadap etnis Uighur di wilayah Xinjiang. Beijing menilai langkah itu merupakan pelanggaran aturan perdagangan internasional dan upaya terbaru AS mengadang pembangunan Cina.

ADVERTISEMENTS
Selamat Memperingati Hardiknas dari Bank Aceh Syariah

“Cina sangat menyesalkan dan dengan tegas menentang hal ini, dan akan mengambil tindakan untuk melindungi hak serta kepentingan sah perusahaan Cina,” kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) Cina Wang Wenbin saat mengomentari tentang keputusan AS memberlakukan larangan impor terhadap dua perusahaan Cina, Senin (12/6/2023), dikutip laman resmi Kemenlu Cina.

ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat dan Sukses atas Pelantikan Reza Saputra sebagai Kepala BPKA
ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat Memperingati Hari Kartini dari Bank Aceh Syariah

Menurut Wang, dengan memberlakukan larangan impor terhadap dua perusahaan Cina terkait, AS telah melanggar aturan perdagangan internasional dan mengacaukan rantai pasok. “Dengan menambahkan entitas Cina ke daftar sanksi yang relevan dan mengejar lebih banyak perusahaan Cina, AS menciptakan ‘pengangguran paksa’ di Xinjiang dengan dalih ‘kerja paksa’, dan tujuan utamanya adalah merusak kemakmuran dan stabilitas di Xinjiang serta menahan pembangunan Cina,” ucapnya.

ADVERTISEMENTS
Manyambut Kemenangan Idul Fitri 1445 H dari Bank Aceh Syariah
Berita Lainnya:
Israel Sudah Bunuh 34 Ribu Warga Palestina, AS Berencana Kasih Bantuan Senjata Lagi
ADVETISEMENTS
Ucapan Belasungkawa Zakaria A Rahman dari Bank Aceh

Dia kembali membantah adanya praktik kerja paksa di Xinjiang. “Apa yang disebut kerja paksa di Xinjiang hanyalah kebohongan mengerikan yang disebarkan oleh pasukan anti-China. Ini benar-benar kebalikan dari fakta bahwa hak dan kepentingan orang-orang dari semua kelompok etnis di Xinjiang dilindungi secara efektif,” ujar Wang.

ADVERTISEMENTS
Selamart Hari Buruh

 

ADVERTISEMENTS
Top Up Pengcardmu Dimanapun dan Kapanpun mudah dengan Aplikasi Action

Pekan lalu AS telah memberlakukan larangan impor dari dua perusahaan Cina yang diduga terlibat pelanggaran HAM terhadap etnis Uighur di wilayah Xinjiang. Dua perusahaan tersebut adalah Ninestar Corp dan Xingjang Zhongtai Chemical Co Ltd.

ADVERTISEMENTS
PDAM Tirta Bengi Bener Meriah Aplikasi Action Bank Aceh

Ninestar Corp adalah produsen mesin pencetak atau printer. Di situs webnya, Ninestar mengklaim sebagai produsen printer laser terbesar keempat di dunia. Sementara Xingjang Zhongtai Chemical Co Ltd adalah perusahaan yang bergerak di bidang kimia.

ADVETISEMENTS
Ucapan Belasungkawa Thantawi Ishak mantan Komisaris Utama Bank Aceh

Menurut US Department of Homeland Security (DHS), dua perusahaan itu terlibat dalam praktik bisnis yang menargetkan etnis Uighur dan kelompok tertindas lainnya di Cina. Ninestar Corp dan Xinghang Zhongthai Chemical disebut bekerja sama dengan Pemerintah Xinjiang untuk merekrut, mengangkut, mengirim, menampung atau menerima kerja paksa orang Uighur, Kazakh, Kyrgyz dan anggota kelompok teraniaya lainnya.

Berita Lainnya:
Biden akan Teken Paket Bantuan, Segera Kirim Senjata ke Kiev

Keputusan AS menerapkan larangan impor terhadap dua perusahaan itu didasarkan pada Uyghur Forced Labor Protection Act (UFLPA). UFLPA telah ditandatangani menjadi undang-undang (UU) pada Desember 2021. UU tersebut melarang impor ke AS barang-barang yang diproduksi di Xinjiang atau oleh perusahaan yang diidentifikasi dalam UFLPA Entity List. Perusahaan-perusahaan terkait baru dapat melakukan ekspor ke AS jika dapat membuktikan bahwa barang atau produk yang mereka produksi bukan merupakan hasil kerja paksa.

Sejauh ini sudah ada 22 perusahaan dalam daftar AS. DHS mengatakan telah memeriksa barang senilai lebih dari 1,3  miliar dolar AS yang kemungkinan diproduksi dengan kerja paksa hampir setahun setelah UFLPA diterapkan.

sumber : Reuters

Sumber: Republika

ADVERTISEMENTS

x
ADVERTISEMENTS

Reaksi & Komentar

Berita Lainnya

Tampilkan Lainnya Loading...Tidak ditemukan berita/artikel lainnya.
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi