Selasa, 21/05/2024 - 16:25 WIB
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi

TERBARU

AMERIKAINTERNASIONAL

20 Tahun Setelah Invasi, Warga Irak Masih Menunggu untuk Bermigrasi ke AS

WASHINGTON — Ammar Rashed memiliki setumpuk surat dari pasukan Amerika Serikat (AS) yang membuktikan pekerjaannya sebagai penerjemah selama hari-hari paling berbahaya dalam Perang Irak. Tetapi enam tahun setelah dia mengajukan aplikasi untuk berimigrasi ke Amerika Serikat di bawah program penerjemah yang membantu Amerika, mimpinya untuk menginjakkan kaki di Negeri Paman Sam belum terwujud.

ADVERTISEMENTS
QRISnya satu Menangnya Banyak

“Anda tidak harus membuat saya dan keluarga saya menderita selama bertahun-tahun menunggu. Ini benar-benar membuat frustrasi,” kata Rashed selama wawancara melalui Skype dari Yordania, yang kini menjadi tempat tinggalnya.

ADVERTISEMENTS
Bayar PDAM menggunakan Aplikasi Action Bank Aceh Syariah - Aceh Selatan

Rashed termasuk di antara ribuan orang Irak yang mencoba bermigrasi ke AS setelah perang. Banyak di antaranya mempertaruhkan nyawa dengan bekerja bersama orang Amerika selama perang. Diperkirakan 164.000 orang Irak telah menemukan rumah mereka di Amerika.

Pejabat AS mengutip berbagai alasan penundaan, termasuk serangan terhadap Kedutaan Besar AS di Baghdad, peretasan basis data pengungsi, pandemi Covid-19, dan pemotongan program pengungsi di bawah mantan presiden Donald Trump. Tapi terkadang prosesnya diperlambat karena pelamar berjuang untuk membuktikan hubungan mereka dengan AS.

Berita Lainnya:
Dampak Krisis Layanan Kesehatan, Dua RS di Seoul Tangguhkan Klinik Rawat Jalan

 

ADVERTISEMENTS
PDAM Tirta Bengi Bener Meriah Aplikasi Action Bank Aceh

Mohammed Subhi Hashim al-Shafeay, bersama istri dan empat anaknya telah terlantar selama belasan tahun saat dia mencoba mendokumentasikan pekerjaannya untuk kontraktor keamanan AS di Kementerian Kehakiman Irak. Al-Shafeay dan keluarganya kini hidup sebagai pengungsi di Yordania. Al-Shafeay tidak bisa bekerja dan tidak mampu menyekolahkan anak sulungnya ke jenjang perguruan tinggi. Sementara anak bungsunya merasa dibenci di sekolah karena pengungsi Irak tahun ini dibebaskan dari pembayaran uang sekolah. Sementara warga Yordania yang berpenghasilan rendah tetap harus membayar uang sekolah.

ADVERTISEMENTS
Top Up Pengcardmu Dimanapun dan Kapanpun mudah dengan Aplikasi Action

“Ini bukan kehidupan. Kami menginginkan masa depan untuk anak-anak kami,” kata al-Shafeay.

Invasi AS pada 2003 memicu perang sektarian ganas yang melanda Irak.  Militan merebut sebagian besar wilayah, kemudian pasukan Irak merebut kembali negara mereka dalam pertempuran sengit. Kendati perang telah usai tantangan besar tetap ada, termasuk korupsi yang merajalela, kurangnya layanan dasar, kekerasan yang terus berlanjut, dan lebih dari 1 juta orang masih mengungsi.  Sebanyak 300.000 warga Irak tewas bersama dengan lebih dari 8.000 militer, kontraktor, dan warga sipil AS.

ADVERTISEMENTS

Menurut Departemen Luar Negeri AS, 106.000 warga Irak telah mendaftar untuk sebuah program, yang dikenal sebagai program akses langsung. Program ini ditujukan untuk orang-orang yang berafiliasi dengan AS seperti mereka yang bekerja untuk organisasi nonpemerintah Amerika.  Ada juga sekitar 100 warga Irak yang mengajukan program visa imigran khusus. Program visa khusus ini ditujukan untuk warga Irak yang bekerja langsung atau atas nama pemerintah AS.  Program itu berhenti menerima aplikasi pada 2014, tetapi aplikasi yang sudah ada dalam pipeline masih diproses.

ADVERTISEMENTS

Rashed mengajukan permohonan melalui jalur lain, yaitu visa untuk juru bahasa yang memiliki rekomendasi dari seorang jenderal. Hampir sejak awal Rashed mengeluhkan bahwa proses untuk bermigrasi ke Amerika memakan waktu sangat lama.

Berita Lainnya:
Polisi: Jaringan Judi Online Teluknaga dari Indonesia Gunakan Server di Indonesia

Departemen Luar Negeri menolak permintaan wawancara untuk menanggapi hal tersebut….

sumber : AP

Sumber: Republika

ADVERTISEMENTS
x
ADVERTISEMENTS

Reaksi & Komentar

Berita Lainnya

Tampilkan Lainnya Loading...Tidak ditemukan berita/artikel lainnya.
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi