Kamis, 02/05/2024 - 12:39 WIB
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi

TERBARU

NASIONAL
NASIONAL

Daging Hewan Terinfeksi Antraks, Kemenkes: Jangankan Dimakan, Dibuka Saja tidak Boleh

ADVERTISEMENTS

 JAKARTA — Direktur Kesehatan Masyarakat Veteriner Kementerian Pertanian, Syamsul Ma’arif, mengingatkan bahaya dari hewan yang terinfeksi bakteri B.anthracis yang bersifat zoonosis. Dia mengatakan, hewan terinfeksi antraks tidak boleh dibuka dagingnya, dimasak, ataupun dibedah. Pasalnya, ada kemungkinan spora dari hewan terinfeksi menyebar dan bertahan puluhan tahun di dalam tanah. 

ADVETISEMENTS
Ucapan Belasungkawa Thantawi Ishak mantan Komisaris Utama Bank Aceh

“Jangankan dikonsumsi direbus, dibuka saja nggak boleh. Ketika dia dibuka itu langsung lingkukan terkena spora,” kata Syamsul dalam konferensi pers daring di Jakarta, Kamis (6/7/2023).

ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat dan Sukses atas Pelantikan Reza Saputra sebagai Kepala BPKA
ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat Memperingati Hari Kartini dari Bank Aceh Syariah

Di lokasi yang sama, Direktur Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian, Nuryani Zaenuddin, mengatakan hal yang sama. Menurut dia, tradisi Brandu atau Purak di Gunungkidul memang memperbolehkan penyembelihan hewan mati untuk dikonsumsi dagingnya dan dibagi-bagikan kepada warga.

ADVERTISEMENTS
Manyambut Kemenangan Idul Fitri 1445 H dari Bank Aceh Syariah
ADVETISEMENTS
Ucapan Belasungkawa Zakaria A Rahman dari Bank Aceh

“Ini adalah yang paling meningkatkan faktor risiko terjadinya kasus antraks,” kata Nuryani.

ADVERTISEMENTS
ADVERTISEMENTS
Top Up Pengcardmu Dimanapun dan Kapanpun mudah dengan Aplikasi Action

Menurut dia, hewan yang mati akibat bakteri B.anthracis yang bersifat zoonosis tidak boleh dikonsumsi bagaimanapun pengolahannya. Ihwal demikian, dia meminta untuk langsung dilakukan pembakaran hewan tersebut.

ADVERTISEMENTS
Mudahkan Hidup Anda!, Bayar PBB Kapan Saja, Di Mana Saja! - Aceh Singkil

“Hewan yang mati ini tidak boleh dibedah atau dilukai. Harus dibakar atau dikubur untuk mencegah penularan. Karena saat dibedah, spora (antraks) akan keluar dan masuk ke tanah dan akan melindungi diri hingga puluhan tahun,” kata Nuryani.

Berita Lainnya:
Cak Imin Ungkap Nasib PKB Masih Belum Ditentukan Usai Kalah di Pilpres 2024

Dia menjelaskan, pengendalian antraks di Indonesia memang sudah banyak dilakukan. Namun demikian, karena spora yang bisa melindungi diri di tanah hingga puluhan tahun, beberapa jenis hewan sekitar lebih rentan terjangkit.

“Bahwa hewan rentan adalah Ruminansia atau herbivora (sapi, kambing, domba, kerbau), kuda, babi, hewan liar, kelinci, marmot, mencit. Dan tidak menyerang unggas dan burung kecuali burung unta,” katanya. 

Dia menjelaskan, antraks tidak menyerang hewan berdarah dingin. Menurut dia, di banyak lokasi, penyakit ini disebut sebagai ‘penyakit tanah’ karena spora yang bisa bertahan lama di tanah.

“Gejala klinis pada hewan demam tinggi, ternak gelisah, kesulitan bernapas, kejang, rebah dan mati. Tidak jarang mati mendadak tanpa menunjukkan gejala klinis,” ucapnya.

Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular, Imran pambudi, mengatakan, ada empat tipe atau cara penularan antraks ke manusia. “Pertama adalah antraks kulit. Jadi menempel ke kulit, dan nanti masuknya melalui lesi kulit. Di situ nanti akan timbul seperti melepuh,” kata Imran.

Dia menambahkan, tipe antraks kulit merupakan yang paling banyak di Indonesia. Tipe antraks kedua, antraks saluran pencernaan, terjadi saat penderita makan daging dari hewan tertular dan tidak memasak daging tersebut dengan sempurna.

Berita Lainnya:
PDIP Dipilih Eka Maulana sebagai Kendaraan Menuju Pilkada Kota Bogor

“Akibatnya sama, melepuh tapi di usus sehingga terjadi pendarahan dan meninggal,” jelas dia.

Jenis ketiga, lanjut Imran, tipe paru-paru atau saat bakteri masuk ke dalam inhalasi. Menurut dia, hal ini terjadi ketika spora antraks terhisap melalui partikel pernapasan dan mencapai dinding alveoli.

Terakhir, antraks jenis injeksi yang diklaim baru dan menyerupai antraks kulit. Namun demikian, kebanyakan kasus antraks injeksi dia sebut ditemukan pada pengguna narkotika.

“Dan case fatality rate dari antraks ini bervariasi. Jadi kalau yang kulit, itu antara 25 persen. Untuk pencernaan cukup tinggi dan bervariasi mulai 25-70 persen,” tutur dia.

Paling berbahaya sejauh ini, lanjut Imran, ada di tipe antraks pernapasan paru-paru dengan case fatality rate hingga 80 persen. “Sehingga ini yang membuat penderita tadi itu cepat untuk meninggal,” kata dia.

Imran menjelaskan, khusus tipe paru-paru, partikel akan masuk di paru dan spora berkembang hingga masuk ke otak. Hal itu, bisa menimbulkan risiko meningitis.

“Sehingga ini menjadikan komplikasi yang lebih berat,” kata dia.

Sumber: Republika

ADVERTISEMENTS

x
ADVERTISEMENTS

Reaksi & Komentar

Berita Lainnya

Tampilkan Lainnya Loading...Tidak ditemukan berita/artikel lainnya.
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi