Ilustrasi berdoa.
JAKARTA — Setiap Muslim diperintahkan untuk berbuat baik kepada siapapun. Sekalipun perbuatan baik yang dilakukan mendapat penolakan dari orang lain, maka sebagai Muslim tidak boleh berkecil hati atau menyerah. Sebab kebaikan yang dilakukan adalah semata-mata karena mengharap Ridho Allah.
Memang membutuhkan kesabaran ekstra ketika menghadapi golongan orang-orang yang enggan menerima nasihat kebaikan dari orang lain, enggan dicegah dari perbuatan maksiat. Bahkan tidak peduli dengan perasaan orang lain sehingga berbicara semaunya sementara dirinya tak mau mendengar ucapan orang lain. Inilah yang disebut Rasulullah sebagai as safalah yakni orang yang rendah, orang yang hina. Mereka berkepala batu karena enggan ditunjuki jalan kebaikan.
Sekalipun begitu, seorang Muslim terlebih seorang da’i tidak boleh berputus asa menghadapi as safalah. Selain bersabar dan menyampaikan kebaikan dengan hikmah dan teladan yang baik, juga terus diiringi dengan berdoa kepada Allah yang memberikan hidayah dan membolak-balik hati manusia.
Sebagaimana sabda nabi Muhammad SAW yang dapat ditemukan dalam kitab Wasiyatul Mustofa karya Imam Asy Syarani
يَا عَلِيُّ، اِصْنَعِ الْمَعْرُوْفَ وَلَوْ مَعَ السَّفَلَةِ قَالَ عَلِيٌّ وَمَا السَّفَلَةُ يَا رَسُوْلَ اللهِ؟ قَالَ الَّذِيْ إِذَا وُعِظَ لَمْ يَتَّعِظْ وَإِذَا زُجِرَ لَمْ يَنْزَجِرْ وَلَا يُبَالِيْ بِمَا قَالَ وَمَا قِيْلَ لَهُ
Wahai Ali, Berbuatlah kebaikan (menolong, membantu dan sebagainya) walaupun kepada orang-orang yang hina (assafalah). Ali bin Abi Thalib bertanya: Apa itu safalah ya Rasulullah? Rasulullah menjawab: as safalah itu orang yang ketika dinasehati tidak mau menerima, dan ketika dicegah tidak mau berhenti, dan dia tidak peduli terhadap apapun yang diucapkannya (berbicara sembarangan/ngawur) dan tidak peduli pada ucapan orang lain.
Sumber: Republika