Kamis, 02/05/2024 - 13:56 WIB
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi

TERBARU

NASIONAL
NASIONAL

Haji Bukan Ajang Pengantar Nyawa

ADVERTISEMENTS

ADVETISEMENTS
Ucapan Belasungkawa Thantawi Ishak mantan Komisaris Utama Bank Aceh

Oleh : Ahmad Syalaby Ichsan, Redaktur Agama Republika.co.id

ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat dan Sukses atas Pelantikan Reza Saputra sebagai Kepala BPKA
ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat Memperingati Hari Kartini dari Bank Aceh Syariah

Bagi jamaah atau petugas haji alumni 2015, ada dua musibah besar yang mewarnai perhelatan  di Tanah Suci. Pertama adalah peristiwa jatuhnya crane, berikutnya tragedi jamaah yang tertabrak di jalur Mina. Sebanyak 160 jiwa ikut menyumbang besarnya jumlah jamaah wafat yang pada tahun itu mencapai angka 627 orang.Saya beruntung tak ikut bertugas saat tragedi tersebut berlangsung. Hanya saja, saya ikut merasakan kengerian peristiwa tersebut saat mengampu rubrik Jurnal Haji di surat kabar Republika yang kini sudah almarhum.

ADVERTISEMENTS
Manyambut Kemenangan Idul Fitri 1445 H dari Bank Aceh Syariah
ADVETISEMENTS
Ucapan Belasungkawa Zakaria A Rahman dari Bank Aceh

Jatuhnya crane di sekitar area Masjidil Haram sehari sebelum musim haji dimulai setidaknya menewaskan 111 orang. Sebanyak 36 orang di antaranya merupakan warga negara Indonesia (WNI). Crane jenis mobile tersebut berada di bagian timur Masjidil Haram tepatnya pintu As-Salam dan Maulid Nabi. Lengan mobile crane menimpa bagian atap bangunan tempat sa’i. Crane merusak lantai tiga bangunan itu. Selanjutnya, satu bagian dari crane terjatuh ke bagian pinggir area  mataf. Crane tak sanggup menahan kencangnya angin di sekitar Masjidil haram.

ADVERTISEMENTS
Selamart Hari Buruh

Tragedi di Jalan 204 di Mina tak kalah ngeri. Ada dua versi jumlah korban pada peristiwa tersebut. Menurut keterangan resmi Pemerintah Arab Saudi, jumlah korban mencapai 769 orang.Media lokal setempat yang merangkum keterangan dari negara-negara pengirim jamaah haji mengungkapkan, korban yang jatuh sebanyak 2.121 orang. Sebanyak 124 orang korban di dalamnya berasal dari Indonesia.

ADVERTISEMENTS
Top Up Pengcardmu Dimanapun dan Kapanpun mudah dengan Aplikasi Action

Penyebab banyaknya korban dari Indonesia diketahui karena jamaah kita memilih waktu melontar pada pukul 08.00 sampai 11.00. Di sanalah waktu afdal atau utama untuk melontar jamrah. Padahal, jamaah haji Indonesia sudah mendapatkan jadwal berbeda dari otoritas Arab Saudi. Sebenarnya, secara jumlah, peristiwa di Jalan 204 masih kalah horor dengan apa yang terjadi pada musim haji 1990. Setidaknya, ada 562 jamaah kita tewas berjubel di Terowongan Mina saat hendak melontar jumrah di Jamarat. Jumlah korban tewas akibat peristiwa itu berkontribusi setidaknya lebih dari 80 persen dari total jamaah wafat yang mencapai 649 jiwa.

Berita Lainnya:
AS Beri Sanksi Batalyon Netzah Yehuda Israel, Apa Saja Aksi Sadisnya?

Dari tahun ke tahun, bisa dipastikan ada saja jamaah yang wafat saat penyelenggaraan haji. Amat sulit menjamin jika semua jamaah bisa pulang dalam keadaan selamat meski tak ada peristiwa bencana seperti tragedi di Mina atau jatuhnya crane.

Sebelum menjadi petugas media center haji (MCH) 2022, saya sempat mendapat pembekalan di Asrama Haji Pondok Gede, Jakarta, dari Kepala Pusat Kesehatan Haji ketika itu, dr Budi Sylvana Herman. Dokter asli Aceh itu mempertanyakan mengapa setiap tahun rasio jumlah kematian jamaah haji kita setiap tahun begitu tinggi yakni dua per mil atau dua kematian pada setiap seribu jamaah. Artinya, jika jamaah haji yang berangkat 200 ribu, maka ada 300 hingga 400 jamaah yang wafat.

Saat itu, dokter Budi menargetkan agar angka kematian turun menjadi satu per mil atau satu dari seribu jamaah. Angka yang kemudian berhasil diraih karena memang jamaah haji tahun 2022 mungkin menjadi jamaah dengan profil kesehatan terbaik karena Arab Saudi masih memitigasi pandemi. Saat itu, hanya jamaah yang berusia di bawah 65 tahun yang boleh berangkat. Kebijakan tersebut berhasil menekan angka kematian jamaah hingga 89 jiwa.

Saya pun berdoa jika angka kematian pada ‘Haji Ramah Lansia’ tahun 2023 bisa selevel dengan tahun 2022. Meski memang ada sebanyak 67 ribu jamaah berusia lebih dari 65 tahun masuk dalam rombongan kuota sebesar 229 ribu jamaah, saya kok masih optimis karena angka kematian masih terbilang rendah sebelum puncak haji. Sayangnya, angka kematian jamaah justru meningkat setelah fase puncak haji di Arafah, Muzdalifah dan Mina (Armuzna). Merujuk pada data Sistem Komputerisasi Haji Terpadu (Siskohat) Kemenag, lonjakan angka kematian jamaah tampak dimulai pada hari ke-35 saat jamaah wukuf di Arafah. Saat itu, tingkat kematian berada di angka 182 orang.

Berita Lainnya:
PN Medan Vonis Mati Pengedar Sabu 45 Kilogram

Jamaah yang wafat pun melonjak pada hari ke-42 atau dua hari setelah Armuzna. Ketika itu, jamaah yang meninggal menjadi 401 orang. Artinya, dalam tempo tujuh hari, ada sebanyak 219 orang yang wafat. Jumlah kematian kembali meningkat hingga hari ke-49 menjadi 555 orang. Pada 22 Juli 2023 atau penyelenggaraan operasional haji hari ke-61, ada 719 jamaah yang meninggal dunia.

Belum ada yang mengklaim apakah jumlah kematian jamaah haji Indonesia tahun ini merupakan yang terbesar sepanjang sejarah. Akan tetapi, merujuk pada data yang ada, jumlah kematian sejauh ini merupakan yang tertinggi setidaknya dalam tempo sepuluh tahun terakhir bahkan sebelum berakhirnya masa operasional haji pada 3 Agustus 2023.

Dirjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah Prof Hilman Latief juga menjelaskan, dari total jamaah haji yang wafat pada musim haji tahun 2023 in, 82,5 persennya adalah lansia di atas 60 tahun. Adapun perinciannya yaitu 35,4 persen adalah lansia 60-70 tahun, 26,6 persen lansia 70-80 tahun, 16 persen lansia 80-90 tahun, dan 3,5 persen lansia di atas 90 tahun. Sementara, jamaah wafat yang di bawah 60 tahun hanya 18 persen.

ADVERTISEMENTS

x
ADVERTISEMENTS
1 2

Reaksi & Komentar

Berita Lainnya

Tampilkan Lainnya Loading...Tidak ditemukan berita/artikel lainnya.
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi