Kamis, 02/05/2024 - 07:02 WIB
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi

TERBARU

NASIONAL
NASIONAL

BKKBN Ingatkan Calon Ibu Perhatikan Nutrisi Sejak Remaja  

ADVERTISEMENTS

JAKARTA — Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) mengingatkan seluruh calon ibu untuk memperhatikan nutrisi sejak remaja agar di masa depan tidak melahirkan anak yang stunting.

ADVETISEMENTS
Ucapan Belasungkawa Thantawi Ishak mantan Komisaris Utama Bank Aceh

“Apabila orang tua tidak memberikan asupan gizi yang baik, anak berpotensi mengalami stunting, demikian juga apabila ibu yang masa remaja dan masa kehamilan kurang mendapat asupan nutrisi dan laktasi, juga akan mempengaruhi pertumbuhan dan otak anak,” kata Penyuluh KB Ahli Utama BKKBN Dwi Listyawardani dalam keterangannya di Jakarta, Kamis (1/2/2024).

ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat dan Sukses atas Pelantikan Reza Saputra sebagai Kepala BPKA
ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat Memperingati Hari Kartini dari Bank Aceh Syariah

Dwi menyampaikan hal tersebut mewakili Kepala BKKBN Hasto Wardoyo dalam webinar “Pencegahan Stunting melalui Manajemen Gizi dan Pola Asuh Anak” yang dilaksanakan secara daring pada Rabu (31/1/2024) lalu.

ADVERTISEMENTS
Manyambut Kemenangan Idul Fitri 1445 H dari Bank Aceh Syariah
ADVETISEMENTS
Ucapan Belasungkawa Zakaria A Rahman dari Bank Aceh

Dwi juga menegaskan pola makan konsumsi juga menjadi salah satu faktor penyebab stunting. Rendahnya akses terhadap makanan dengan nilai gizi tinggi serta menu makanan yang tidak seimbang biasanya terjadi karena orang tua kurang memahami konsep asupan gizi baik sebelum, saat, dan setelah melahirkan.

ADVERTISEMENTS
Berita Lainnya:
Ini Lama Cuti Melahirkan yang Ideal Bagi Ayah Menurut Kepala BKKBN

 

ADVERTISEMENTS
Mudahkan Hidup Anda!, Bayar PBB Kapan Saja, Di Mana Saja! - Aceh Singkil

“Oleh karena itu, seorang ibu harus paham tentang gizi. Ibu yang cerdas sadar akan nutrisi, dan seorang ibu juga harus tahu kalau stunting adalah gagal tumbuh secara optimal akibat kurangnya nutrisi pada 1.000 hari pertama kehidupan, di mana kekurangan nutrisi paling sering terjadi justru pada saat kehamilan,” tuturnya.

Terkait pola konsumsi yang bisa memunculkan stunting, Dwi menyebutkan beberapa perilaku konsumsi kurang gizi makro, di antaranya kurang protein hewani, kurang sayur dan buah, kurang gizi mikro, rendahnya praktik inisiasi menyusui dini (IMD), tidak memberikan ASI eksklusif selama enam bulan dan makanan pendamping ASI (MPASI).

Dwi juga mengemukakan bahwa pemantauan pertumbuhan dan perkembangan anak sangat penting dilakukan, dan bisa dilakukan secara berkala melalui pengukuran antropometri yang kemudian dibandingkan dengan standar pengukuran kecukupan pertumbuhan, dan mengidentifikasi gangguan pertumbuhan sejak dini (berdasarkan anjuran Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO).

Berita Lainnya:
Polres Sukoharjo Telah Kantongi Wajah Pelaku Penusukan Sopir BST 

“Pemantauan pertumbuhan dan perkembangan anak itu harus dilakukan di posyandu,” ucapnya.

Menurut dia, pencegahan stunting bisa membuahkan hasil yang efektif melalui intervensi gizi spesifik dengan pemberian tablet tambah darah, ASI, pemberian MPASI dan imunisasi dasar. Penanganan berikutnya yakni melalui intervensi sensitif, misalnya penanggulangan kemiskinan, pendidikan, dan sosial.

Ia menambahkan, kontribusi intervensi sensitif terhadap percepatan penurunan stunting mencapai 70 persen, sedangkan sektor kesehatan (intervensi spesifik) berkontribusi 30 persen dalam penanganan stunting.

“Stunting berisiko terutama pada balita, kalau sudah lewat balita agak aman, intinya ibu harus telaten,” demikian Dwi Listyawardani.

Sumber: Republika

ADVERTISEMENTS

x
ADVERTISEMENTS

Reaksi & Komentar

Berita Lainnya

Tampilkan Lainnya Loading...Tidak ditemukan berita/artikel lainnya.
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi