Bukan menang atau kalah tetapi terpilih atau tidak terpilih. Yang terpilih belum tentu yang terbaik, namun harus diterima sebagai penghormatan kepada pemilih mayoritas sesame warga negara. Beginilah mestinya sikap dewasa dalam demokrasi kita.
Jika ada pembaca mulia yang mengalami ‘nasib’ seperti penulis, bahwa sejak menggunakan hak konstitusional sebagai WNI dalam Pilpres 2004, 2009, 2014, 2019 dan mungkin juga di 2024 ini (setidaknya berdasarkan quick count), calon Presiden yang diandalkan dan dipilihnya ternyata tidak juga terpilih menjadi Presiden Republik Indonesia. Maka, sya’ir berikut ini bisa menjadi jawabannya.
اطلب في الحياة العلم والمال، تحزّ الرئاسة على الناس، لأنّهم بين خاص وعام. فالخاصّة تفضّلك بالعلم والعامّة تفضّلك بالمال.
Milikilah ilmu dan harta dalam hidup ini, niscaya anda akan menjadi pemimpin manusia, karena manusia itu terbagi menjadi golongan khusus dan golongan umum. Golongan khusus akan memuliakan anda karena ilmu dan golongan awam kebanyakan akan memuliakan anda karena harta.
Suka atau tidak suka, diakui atau tidak diakui, inilah fakta demokrasi di dunia bahwa keterpilihan seorang pemimpin tertinggi (baca: Presiden) didasarkan pada banyaknya suara yang didapatkan dalam Pemilihan Umum. Dengan pola satu warga satu suara, one man one vote, maka tidak ada bedanya antara suara orang pintar, bahkan Guru Besar dan suara orang yang tidak pernah belajar. Sama saja antara suara orang kaya atau suara orang miskin, suara orang kota dan suara orang desa. Bahkan, tidak berefek sama-sekali perbedaan antara suara orang shaleh alim dan suara orang licik dzalim.
Lebih mengerikan lagi, tidak ada bedanya antara suara yang diperoleh dengan cara jujur dan suara yang diperoleh dengan curang. Sebuah pertanyaan mendasar bagi setiap warga adalah dalam memilih pemimpin tertinggi negeri ini, hanya sekedar urusan ‘menang atau kalah’, atau masih mau dan mampu menjaga idealisme terkait standar ‘benar dan salah’?. Jadi, tetaplah bahagia dan bersyukur menjadi bagian dari kaum khusus, karena kaum elit memang jumlahnya alit (kecil) dan sedikit.
*Guru Senior Pesantren Darunnajah 2 Cipining Bogor Jawa Barat, Alumni Sekolah Paskasarjana UIKA Bogor & Daurah Shaifiyah Ummul Qura Makkah Al Mukarramah
Sumber: Republika