Kamis, 02/05/2024 - 06:34 WIB
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi

TERBARU

ASIAINTERNASIONAL

PBB: Perlu Aksi Global Lebih Kuat untuk Atasi Krisis di Myanmar

ADVERTISEMENTS

 JENEWA – Pelapor khusus PBB untuk situasi HAM di Myanmar Tom Andrews pada Rabu (20/3/2024) menyerukan aksi internasional yang lebih kuat untuk mengatasi krisis di Myanmar ketika junta militer meningkatkan serangan terhadap warga sipil di sana.

ADVETISEMENTS
Ucapan Belasungkawa Thantawi Ishak mantan Komisaris Utama Bank Aceh

“Kemunduran yang dialami junta militer Myanmar, akibat kekalahan besar di medan perang dan meluasnya penolakan warga, telah meningkatkan serangan terhadap warga sipil, sehingga diperlukan aksi internasional yang lebih kuat dan terkoordinasi,” kata dia dalam pidatonya di Dewan Hak Asasi Manusia.

ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat dan Sukses atas Pelantikan Reza Saputra sebagai Kepala BPKA
ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat Memperingati Hari Kartini dari Bank Aceh Syariah

Andrews menyerukan diakhirinya “kebijakan lunak dan keterlibatan dengan junta tanpa syarat” dan mengatakan bahwa “syarat pertama adalah menghentikan pembunuhan.”

ADVERTISEMENTS
Manyambut Kemenangan Idul Fitri 1445 H dari Bank Aceh Syariah
ADVETISEMENTS
Ucapan Belasungkawa Zakaria A Rahman dari Bank Aceh

Dia menekankan bahwa dalam lima bulan terakhir, terjadi serangan udara terhadap warga sipil meningkat lima kali lipat.

ADVERTISEMENTS
Berita Lainnya:
Presiden Ekuador Sebut Serbuan ke Kedubes Meksiko Demi Keamanan Nasional

“Sekarang, junta telah meluncurkan program perekrutan militer secara paksa, mendorong generasi muda bersembunyi, meninggalkan negara itu, atau bergabung dengan pasukan perlawanan–anak-anak muda yang enggan terlibat dalam aksi kebrutalan junta,” kata dia.

ADVERTISEMENTS
Mudahkan Hidup Anda!, Bayar PBB Kapan Saja, Di Mana Saja! - Aceh Singkil

Andrews mengatakan meski ada perintah sementara dari Mahkamah Internasional terkait kasus genosida yang diajukan oleh Gambia, pelanggaran hak asasi manusia sistematis terhadap warga etnis Rohingya terus terjadi.

“Mereka yang berharap pada junta untuk memulihkan ketertiban dan stabilitas di Myanmar kecewa. Junta adalah penyebab utama kekerasan, ketidakstabilan, kemerosotan ekonomi, dan pelanggaran hukum di negara ini,” kata dia.

Berita Lainnya:
AS 'Geram' Atas Serangan Udara Israel Terhadap Konvoi Bantuan World Central Kitchen

Andrews memperingatkan bahwa kekacauan di Myanmar dapat meluas ke kawasan dan dunia, dan mendesak komunitas internasional memberi dukungan lebih besar sampai kekejaman junta berakhir.

Myanmar, negara di Asia Tenggara yang mayoritas penduduknya beragama Buddha, berada di bawah kekuasaan junta sejak Februari 2021. Militer, yang dikenal sebagai Tatmadaw, menghadapi perlawanan sengit dari kelompok etnis di banyak wilayah di negara itu.

Setidaknya tiga kelompok etnis bersenjata dalam Aliansi Persaudaraan telah melawan rezim junta untuk merebut kendali di Myanmar utara sejak akhir Oktober.

Mereka menyerang pasukan junta dan merebut banyak kota dan pos militer. Banyak orang dilaporkan tewas dalam serangan tersebut.

sumber : Antara

Sumber: Republika

ADVERTISEMENTS

x
ADVERTISEMENTS

Reaksi & Komentar

Berita Lainnya

Tampilkan Lainnya Loading...Tidak ditemukan berita/artikel lainnya.
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi