UPDATE

SEJARAH

Hotel Transylvania, Sejarah “Horor” dan Kisah Unik dengan Khalifah Utsmaniyah

Siapa yang pernah nonton film animasi “Hotel Transylvania”? Film ini bahkan sudah sering tayang di televisi nasional kita terlebih di hari-hari libur. Sebuah film unik yang menggambarkan kumpulan hantu-hantu, hidup di sebuah hotel dan menggambarkan image yang bukannya horor malah lucu. Nah, tahukah kamu bahwa “Transylvania” adalah sebuah nama wilayah yang benar-benar ada di dunia nyata? Dan mengapa film itu mengambil nama Transylvania?

Transylvania adalah sebuah wilayah historis di Rumania tengah dan barat, terletak di semenanjung Balkan Eropa Tenggara. Dalam cerita-cerita orang Eropa, Transylvania jadi punya image sebagai tempat horor karena legenda “Count Dracula” yang populer melalui novel Bram Stoker (1897). Ia jadi terkenal dalam dunia fiksi sebagai markas para vampir. Jika kau ke sana, suasananya memang ada di pegunungan yang banyak kastil tua, hutan lebat, dan arsitektur abad pertengahan yang cocok dengan nuansa makhluk-makhluk malam.

Tapi kenyataannya Transylvania tak benar-benar horor, kok. Bahkan menariknya, Transylvania benar-benar punya sejarah panjang dengan Kekhalifahan Utsmaniyah. Sebuah kisah yang mind-blowing. Ternyata daya jangkau umat Islam bisa sejauh itu. Nah, ada masanya Transylvania menjadi wilayah Eropa Tenggara yang hidup loyal dan setia kepada kekhalifahan Utsmaniyah. Bagaimana ceritanya? Ia terjadi Pada abad ke-16 hingga ke-17, setelah kekalahan pasukan Eropa menghadapi Utsmani di Pertempuran Mohács.

Wilayah Transylvania, memang memerintah diri mereka sendiri. Punya pangeran sendiri. Dan hidup dengan agama masing-masing, tetapi mengakui kedaulatan Sultan Utsmani dan membayar upeti. Ya, saat itu Kekhalifahan Utsmaniyah memang sedang jaya-jayanya di Eropa Tengah dan Tenggara, sehingga bisa memberi pengaruh kuat pada negara-negara di wilayahnya. Nah, menariknya Utsmani tidak melakukan pemaksaan pada penduduk Transylvania untuk masuk Islam.

Bahkan Transylvania dikenal sebagai salah satu wilayah paling toleran di Eropa pada abad ke-16–17. Pada tahun 1568 terjadi Edict of Torda, dimana Transylvania menyatakan kebebasan beragama bagi Katolik, Lutheran, Calvinis, dan Unitarian, tanpa pemaksaan. Ini menjadi sebuah peristiwa sangat revolusioner pada masa ketika Eropa dilanda Perang Agama. Dan penguasa yang menandatanganinya —John Sigismund Zápolya— adalah penguasa yang loyal kepada kekhalifahan Utsmaniyah.

Di bawah pengaruh Utsmaniyah, Transylvania akhirnya menjelma jadi wilayah yang bebas dari pemaksaan Katolik Roma, minoritas Protestan pun punya ruang bertumbuh. Kekhalifahan Utsmaniyah sendiri sudah lama menerapkan “millet system”, yaitu mengizinkan komunitas non-Muslim menjalankan hukum dan agama sendiri. Dan model ini akhirnya juga “menular” ke Transylvania. Tak hanya Transylvania, dalam sejarahnya, bahkan Umat Islam menjadi tempat pengungsian Yahudi Sefardim yang melarikan diri dari Spanyol.

Ini barangkali adalah episode sejarah yang sangat “underrated”, karena bangsa Eropa seringkali meringkas pengaruh Utsmani di wilayah mereka hanya dengan nuansa buruk dan keras. Padahal 400 tahun pengaruh Umat Islam di Eropa begitu panjang dan ada masa megah dimana Kaum Muslimin menjamin toleransi beragama, bahkan membuka jalur pasar yang luas agar wilayah Eropa Tenggara bisa berdagang lintas benua. Transylvania, akhirnya bukan tentang horor saja. Ada cerita yang berbeda. Ada jejak peradaban Islam di sana. Alhamdulillah ala ni’matil Islam.

Referensi:
1. درس المد الإسلامي وبداية التدخل الأوربي للجذع المشترك آداب
2. Constantinople: City of the World’s Desire, 1453–1924
3. معركة موهاكس، يوم من أيام الله
4. Remembering the Jagiellonians (Routledge, 2018) pp. 71–100.

(Dikutip dari saluran Gen Saladin), Senin, 29 Desember 2025)

Subscribe
Notify of
guest
0 Komentar
Inline Feedbacks
View all comments

Reaksi

Berita Lainnya

Tampilkan Lainnya Loading...Tidak ditemukan berita/artikel lainnya.