Minggu, 05/05/2024 - 18:37 WIB
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi

TERBARU

EROPAINTERNASIONAL

Suhu Laut Menghangat Berdampak pada Nelayan Perempuan Fiji

ADVERTISEMENTS

Suhu yang lebih hangat mengganggu pertumbuhan rumput laut.

ADVERTISEMENTS
Selamat Memperingati Hardiknas dari Bank Aceh Syariah

 SUVA — Karen Vusisa telah berjuang untuk menemukan rumput laut atau dikenal dengan nama yang menjadi favorit olahan hidangan dari Fiji. Pemanasan suhu laut memicu kekhawatiran panen dan mengancam mata pencaharian para nelayan perempuan sepertinya.

ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat dan Sukses atas Pelantikan Reza Saputra sebagai Kepala BPKA
ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat Memperingati Hari Kartini dari Bank Aceh Syariah


Seperti banyak orang lain, perempuan berusia 52 tahun hanya berhasil mengumpulkan sekitar setengah dari jumlah panen dulu. Dia harus berburu di wilayah yang lebih luas, menghabiskan lebih banyak waktu di laut.

ADVERTISEMENTS
Manyambut Kemenangan Idul Fitri 1445 H dari Bank Aceh Syariah
ADVETISEMENTS
Ucapan Belasungkawa Zakaria A Rahman dari Bank Aceh


“Kami berjuang untuk menemukan beberapa tempat untuk banyak nama,” kata nelayan Fiji lainnya, Sera Baleisasa.

ADVERTISEMENTS
Selamart Hari Buruh


Nama yang kebanyakan ditemukan di perairan Fiji ini menyerupai buah anggur hijau kecil. Ini adalah bagian dari makanan sehari-hari negara kepulauan Pasifik dan biasanya disajikan dengan direndam dalam santan dan ditambahkan ke salad.

ADVERTISEMENTS
Top Up Pengcardmu Dimanapun dan Kapanpun mudah dengan Aplikasi Action
Berita Lainnya:
Pentingnya Membangun Ketahanan Anak Terhadap Perubahan Iklim  


Rumput laut ini juga penting untuk mata pencaharian ratusan nelayan perempuan. Mereka bisa menghasilkan sekitar 10 hingga 20 dolar AS untuk 10 kg nama yang dikumpulkan.

ADVERTISEMENTS
PDAM Tirta Bengi Bener Meriah Aplikasi Action Bank Aceh


Saat memanen, para nelayan perempuan akan membiarkan akar rumput laut tetap utuh untuk membantu bertumbuh kembali, kemudian mereka melanjutkan untuk mengumpulkan di petak yang diregenerasi. Namun selama beberapa tahun terakhir, nama membutuhkan waktu lebih lama untuk tumbuh kembali.

ADVETISEMENTS
Ucapan Belasungkawa Thantawi Ishak mantan Komisaris Utama Bank Aceh


Ahli biologi kelautan Alani Tuivucilevu menyalahkan lautan yang lebih hangat karena mengganggu pertumbuhan nama. “Sangat sensitif terhadap panas,” ujarnya merujuk kepada rumput laut itu.

Berita Lainnya:
Ahli Sebut Penyebab Banjir Dubai karena Perubahan Iklim


“Ini menyedihkan, sungguh, ini menyedihkan, karena ini telah menjadi cara hidup mereka. Menipisnya persediaan nama berarti mengikis cara hidup dan, sampai tingkat tertentu, budaya dan tradisi,” kata Tuivucilevu yang bekerja dengan kelompok penelitian Women in Fisheries Network Fiji.


Laporan oleh Badan Perlindungan Lingkungan Amerika Serikat menunjukkan, pada 2021 adalah tahun terpanas untuk lautan di dunia sejak pencatatan dimulai pada akhir 1800-an. Ilmuwan iklim telah memperingatkan bahwa negara-negara kepulauan Pasifik lebih rentan terhadap perubahan iklim karena ketergantungan pada sumber daya laut. 


sumber : Reuters

Sumber: Republika

ADVERTISEMENTS

x
ADVERTISEMENTS

Reaksi & Komentar

Berita Lainnya

Tampilkan Lainnya Loading...Tidak ditemukan berita/artikel lainnya.
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi