Jumat, 26/04/2024 - 22:29 WIB
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi

TERBARU

EROPAINTERNASIONAL

Suhu Laut Menghangat Berdampak pada Nelayan Perempuan Fiji

ADVERTISEMENTS

Suhu yang lebih hangat mengganggu pertumbuhan rumput laut.

ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat Memperingati Hari Kartini dari Bank Aceh Syariah
ADVETISEMENTS
Ucapan Belasungkawa Zakaria A Rahman dari Bank Aceh

 SUVA — Karen Vusisa telah berjuang untuk menemukan rumput laut atau dikenal dengan nama yang menjadi favorit olahan hidangan dari Fiji. Pemanasan suhu laut memicu kekhawatiran panen dan mengancam mata pencaharian para nelayan perempuan sepertinya.

ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat dan Sukses atas Pelantikan Reza Saputra sebagai Kepala BPKA


Seperti banyak orang lain, perempuan berusia 52 tahun hanya berhasil mengumpulkan sekitar setengah dari jumlah panen dulu. Dia harus berburu di wilayah yang lebih luas, menghabiskan lebih banyak waktu di laut.

ADVERTISEMENTS
Manyambut Kemenangan Idul Fitri 1445 H dari Bank Aceh Syariah


“Kami berjuang untuk menemukan beberapa tempat untuk banyak nama,” kata nelayan Fiji lainnya, Sera Baleisasa.

ADVERTISEMENTS


Nama yang kebanyakan ditemukan di perairan Fiji ini menyerupai buah anggur hijau kecil. Ini adalah bagian dari makanan sehari-hari negara kepulauan Pasifik dan biasanya disajikan dengan direndam dalam santan dan ditambahkan ke salad.

ADVERTISEMENTS
Mudahkan Hidup Anda!, Bayar PBB Kapan Saja, Di Mana Saja! - Aceh Singkil
Berita Lainnya:
Biden: Iran Jangan Lakukan Serangan Balasan


Rumput laut ini juga penting untuk mata pencaharian ratusan nelayan perempuan. Mereka bisa menghasilkan sekitar 10 hingga 20 dolar AS untuk 10 kg nama yang dikumpulkan.


Saat memanen, para nelayan perempuan akan membiarkan akar rumput laut tetap utuh untuk membantu bertumbuh kembali, kemudian mereka melanjutkan untuk mengumpulkan di petak yang diregenerasi. Namun selama beberapa tahun terakhir, nama membutuhkan waktu lebih lama untuk tumbuh kembali.


Ahli biologi kelautan Alani Tuivucilevu menyalahkan lautan yang lebih hangat karena mengganggu pertumbuhan nama. “Sangat sensitif terhadap panas,” ujarnya merujuk kepada rumput laut itu.

Berita Lainnya:
Perubahan Iklim Mempengaruhi Rotasi Bumi dan Waktu


“Ini menyedihkan, sungguh, ini menyedihkan, karena ini telah menjadi cara hidup mereka. Menipisnya persediaan nama berarti mengikis cara hidup dan, sampai tingkat tertentu, budaya dan tradisi,” kata Tuivucilevu yang bekerja dengan kelompok penelitian Women in Fisheries Network Fiji.


Laporan oleh Badan Perlindungan Lingkungan Amerika Serikat menunjukkan, pada 2021 adalah tahun terpanas untuk lautan di dunia sejak pencatatan dimulai pada akhir 1800-an. Ilmuwan iklim telah memperingatkan bahwa negara-negara kepulauan Pasifik lebih rentan terhadap perubahan iklim karena ketergantungan pada sumber daya laut. 


sumber : Reuters

Sumber: Republika

x
ADVERTISEMENTS

Reaksi & Komentar

Berita Lainnya

Tampilkan Lainnya Loading...Tidak ditemukan berita/artikel lainnya.
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi