Jumat, 26/04/2024 - 11:56 WIB
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi

TERBARU

ACEH

Frozen Shoulder, Apa Hubungannya dengan Diabetes?

ADVERTISEMENTS

Bahu kaku adalah gangguan menyakitkan yang picu pengurangan rentang gerak.

ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat Memperingati Hari Kartini dari Bank Aceh Syariah
ADVETISEMENTS
Ucapan Belasungkawa Zakaria A Rahman dari Bank Aceh

JAKARTA — Frozen shoulder atau bahu kaku adalah kelainan yang menyebabkan kekakuan dan ketidaknyamanan pada sendi bahu. Bahu kaku terjadi ketika jaringan ikat di sekitar sendi bahu menjadi bengkak dan kaku.

ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat dan Sukses atas Pelantikan Reza Saputra sebagai Kepala BPKA

“Ini adalah gangguan menyakitkan yang menyebabkan pengurangan rentang gerak bahu tanpa indikasi radang sendi,” kata kata konsultan ahli bedah ortopedi dan penggantian sendi Sitaram Bhartia Institute and Holy Family Hospital, New Delhi, India, Biren Nadkarni Sr, dilansir Indian Express, Senin (25/7/2022).

ADVERTISEMENTS
Manyambut Kemenangan Idul Fitri 1445 H dari Bank Aceh Syariah

Peradangan ini dapat mempersulit penderitanya melakukan tugas sehari-hari. Seiring perkembangan penyakit, ketidaknyamanan dan kekakuan semakin melemahkan bahu.

ADVERTISEMENTS


Bahu terdiri dari tulang, ligamen, dan tendon yang dibungkus dalam kapsul jaringan ikat. Ketika kapsul di sekitar sendi bahu menebal dan mengencang, secara bertahap itu akan membatasi gerakan.

ADVERTISEMENTS
Mudahkan Hidup Anda!, Bayar PBB Kapan Saja, Di Mana Saja! - Aceh Singkil


Kondisi ini biasanya terjadi dalam tiga tahap berbeda. Pertama, tahap awal kekakuan. Ini terjadi antara enam hingga sembilan bulan. Bahu akan sakit untuk digerakkan, dan kehilangan banyak rentang gerak.

Berita Lainnya:
Kehadiran ASN Kemenag Aceh Besar Usai Libur Idul Fitri Capai 100 Persen

Kedua, panggung kaku. Periode ini berlangsung empat sampai 12 bulan. Selama itu, rasa sakit mungkin menjadi lebih tertahankan, tetapi mobilitas memburuk saat kekakuan berkembang.


Ketiga, tahap merenggang. Anda mungkin memperhatikan bahwa mobilitas meningkat, dan dapat melanjutkan banyak tugas enam bulan hingga bertahun-tahun setelah awal gejala. Setiap pasien memiliki pengalaman unik dengan bahu beku. Intervensi awal yang tepat dapat mengurangi keparahan kasus pribadi.

Apa hubungan antara diabetes dan bahu kaku? Nadkarni mengatakan kadar gula darah yang tidak terkontrol dapat mengubah kolagen, protein penting yang membentuk jaringan ikat, sehingga pengidap diabetes lebih mungkin mengembangkan bahu kaku.


Ketika gula menempel pada kolagen, maka itu menjadi lengket. Alhasil, kondisi itu akan membatasi mobilitas, dan menyebabkan bahu menjadi kaku.

“Saat Anda mencoba mengatasi kelengketan, Anda akan mengalami rasa sakit ringan hingga berat. Dalam keadaan tertentu, menggerakkan bahu Anda tidak mungkin,” ujar Nadkarni.

Berita Lainnya:
Jus Buah Dianggap Minuman tak Sehat oleh Ahli Kesehatan, Mengapa?

Jika bahu tidak dapat bergerak untuk waktu yang lama, seperti saat digips, maka Anda berisiko mengalami bahu kaku. Setelah cedera, seperti robekan rotator cuff, penyakit ini juga dapat berkembang.


Perempuan lebih rentan terhadap bahu kaku daripada pria. Mereka yang berusia antara 40 hingga 60 tahun paling mungkin untuk mengalaminya.

Bahu kaku hanya dapat didiagnosis berdasarkan tanda dan gejala. Seorang dokter biasanya akan membuat diagnosis dengan memeriksa rentang gerak aktif (dengan meminta untuk menggerakkan bahu), serta rentang gerak pasif (dengan meminta menggerakkan bahu dengan lengan.


Persoalannya, tidak ada jaminan bahwa frozen shoulder tidak akan terjadi. Namun, ingatlah perlindungan terbesar adalah menjaga gula darah serendah mungkin.


Selain itu, mempertahankan program peregangan dan latihan fisik secara teratur sangat penting untuk mempertahankan rentang gerak bahu. Ingatlah bahwa meskipun Anda tidak dapat memprediksi apakah akan mengalami bahu kaku atau tidak, Anda dapat menempatkan diri dalam situasi sebaik mungkin.

Sumber: Republika

x
ADVERTISEMENTS

Reaksi & Komentar

Berita Lainnya

Tampilkan Lainnya Loading...Tidak ditemukan berita/artikel lainnya.
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi