Kamis, 02/05/2024 - 21:58 WIB
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi

TERBARU

NASIONAL
NASIONAL

Politik Identitas Diprediksi akan Semakin Marak, Anies Dinilai Bisa Jadi Target Potensial

ADVERTISEMENTS

Bawaslu tengah menyiapkan strategi menekan masifnya politik identitas di pemilu.

ADVETISEMENTS
Ucapan Belasungkawa Thantawi Ishak mantan Komisaris Utama Bank Aceh

Oleh: Mimi Kartika, Antara

ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat dan Sukses atas Pelantikan Reza Saputra sebagai Kepala BPKA
ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat Memperingati Hari Kartini dari Bank Aceh Syariah


Politik identitas diyakini akan semakin marak ke depannya. Menurut Ketua Badan Pengawas Pemilihan Umum (Bawaslu) Rahmat Bagja, pemahaman yang belum tuntas mengenai sikap menjaga toleransi dan eksistensi tiap identitas dalam ruang politik menjadi faktor penyebab politik identitas.

ADVERTISEMENTS
Manyambut Kemenangan Idul Fitri 1445 H dari Bank Aceh Syariah
ADVETISEMENTS
Ucapan Belasungkawa Zakaria A Rahman dari Bank Aceh


“Prediksi kami yang paling besar ke depan, politik identitas akan dipakai sebagai serangan terhadap parpol atau kepentingan politik tertentu,” ujar Bagja dikutip laman Bawaslu, Kamis (30/6/2022),

ADVERTISEMENTS
Selamart Hari Buruh


Selain itu, kata dia, ada faktor kecerobohan atau kesengajaan individu atau politikus tertentu dalam berkomunikasi yang menyinggung psikoIogi massa. Faktor penyebab politik identitas lainnya ialah media arus utama maupun media sosial (medsos).

ADVERTISEMENTS
Top Up Pengcardmu Dimanapun dan Kapanpun mudah dengan Aplikasi Action


Untuk menekan masifnya politik identitas, Bawaslu tengah menyiapkan strategi. Beberapa strategi itu antara lain, pendekatan kelompok masyarakat, menyiapkan buku ceramah enam agama yang berhubungan pemilu dan menolak politisasi SARA (suku, agama, ras, dan antargolongan), intellegence media management, serta Indeks Kerawanan Pemilu (IKP).

ADVERTISEMENTS
PDAM Tirta Bengi Bener Meriah Aplikasi Action Bank Aceh
Berita Lainnya:
Pengamat: Anies Mulai Ditinggal Parpol Pendukungnya


“Politik identitas dieksploitasi dan dikapitalisasi oleh elite seperti konsultan politik, anggota parpol, tim sukses, elit ormas dengan bentuk penyebaran isu, hoaks dan politik identitas. Ini konsen kita bersama,” kata Bagja.


Menurut dia, pidato politik dapat dimanfaatkan partai politik untuk menebar isu SARA. Bahkan, berdasarkan pengalaman pemilu sebelumnya, ditemukan kasus penyebaran ujaran kebencian di rumah ibadah, sehingga terjadi polarisasi pada tokoh agama.


“Kami berharap masyarakat bisa merayakan perbedaan dan menjadikannya suatu potensi dalam pembangunan demokrasi. Media sosial harus kita anggap pemersatu dalam hal yang positif,” ucap dia.


 


Pengamat komunikasi politik dari Universitas Esa Unggul Jamiluddin Ritonga bermuara dari elite politik. Ia pun menegaskan, politik polarisasi atau identitas memang sudah seharusnya diakhiri karena sangat berbahaya bagi keutuhan NKRI.

Berita Lainnya:
Jokowi dan Gibran Dipastikan Jabat Posisi Strategis Jika Masuk Golkar


“Politik polarisasi sebenarnya sangat mudah diakhiri. Karena politik tersebut bermula dari elite politik, maka kapan saja mereka dapat mengakhirinya,” katanya pada Rabu (29/6/2022).


Untuk mengakhiri praktik politik identitas, kata Jamiluddin, harus dimulai dari para elite politik. Alasannya, massa di akar rumput hanya mengikuti kehendak elite politik.


“Karena itu, para elite politik perlu berikrar untuk tidak terlibat dalam politik polarisasi atau identitas. Ikrar tersebut sebaiknya dinyatakan para elite partai politik,” kata dia.


 


Menurut Jamiluddin, bagi elite yang melanggar ikrar tersebut sebaiknya diberi sanksi. Sanksinya, partai politik tersebut didiskualifikasi dalam Pemilu 2024.


“Dengan adanya sanksi itu, diharapkan semua elite partai politik komit atas ikrarnya. Kalau ini dipatuhi, maka politik polarisasi atau identitas diharapkan dapat diminimalkan pada Pemilu 2024,” kata dia.


Sumber: Republika

ADVERTISEMENTS

x
ADVERTISEMENTS

Reaksi & Komentar

Berita Lainnya

Tampilkan Lainnya Loading...Tidak ditemukan berita/artikel lainnya.
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi