Selasa, 30/04/2024 - 01:01 WIB
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi

TERBARU

ACEH

CDC Beri Peringatan untuk Parechovirus, Apa Itu?

ADVERTISEMENTS

CDC imbau waspada parechovirus yang banyak terdeteksi di AS.

ADVETISEMENTS
Ucapan Belasungkawa Thantawi Ishak mantan Komisaris Utama Bank Aceh

 JAKARTA — Orang tua dari bayi harus waspada terhadap gejala virus yang kini banyak terdeteksi di Amerika Serikat (AS). Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) mengeluarkan Health Alert Network Health Advisory untuk parechovirus. Peringatan ini muncul setelah satu kematian bayi dan laporan lain tentang virus di beberapa negara bagian sejak Mei 2022.

ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat dan Sukses atas Pelantikan Reza Saputra sebagai Kepala BPKA
ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat Memperingati Hari Kartini dari Bank Aceh Syariah


Human parechoviruses (PeVs) adalah patogen masa kanak-kanak yang umum dan menyebar melalui tetesan pernapasan atau rute fekal-oral. Menurut CDC, virus ini dapat menyebabkan gejala asimtomatik atau ringan atau penyakit parah, terutama pada bayi.

ADVERTISEMENTS
Manyambut Kemenangan Idul Fitri 1445 H dari Bank Aceh Syariah
ADVETISEMENTS
Ucapan Belasungkawa Zakaria A Rahman dari Bank Aceh


Pada anak-anak dari 6 bulan sampai 5 tahun, gejala termasuk infeksi saluran pernapasan atas, demam, dan ruam. Sebagian besar anak-anak telah terinfeksi pada saat mereka mulai taman kanak-kanak. Namun, pada bayi kurang dari 3 bulan, penyakit parah dapat terjadi, termasuk penyakit seperti sepsis, kejang, dan meningitis atau meningoensefalitis, terutama pada bayi di bawah 1 bulan.

ADVERTISEMENTS
Berita Lainnya:
Tinjau Pos Angkutan Lebaran, Ini Kata Sekda Banda Aceh


Pada bulan Juni, seorang bayi Connecticut meninggal setelah tertular virus ketika ia berusia 8 hari. Ronan Delancy hanya hidup 34 hari

ADVERTISEMENTS
Mudahkan Hidup Anda!, Bayar PBB Kapan Saja, Di Mana Saja! - Aceh Singkil


Menurut ibunya Katherine, dia mengalami ruam dan dadanya merah. Dia tampak kurang aktif tiba-tiba dan kemudian berhenti menangis. Dia mengalami kejang.


“Mereka memeriksanya untuk epilepsi dan gangguan kejang tertentu,” ujarnya seperti dilansir dari laman People, Senin (18/7/2022).


Mereka juga mencari untuk melihat apakah dia mungkin mengalami cedera kepala. Sebelum dia meninggal, virus menyerang otaknya dan menciptakan kondisi yang disebut encephalomalacia. Hal ini menghancurkan materi putih di sebagian besar otaknya.

Berita Lainnya:
Tak Hanya Kapal Laut, Liburan ke Sabang Kini Bisa Pakai Pesawat, Cuma 15 Menit


Karena gejala parechovirus mungkin mirip dengan virus lain, CDC mendorong dokter untuk sangat menyadarinya dan menguji virus pada bayi muda yang menunjukkan kemungkinan gejala. Tes dilakukan melalui darah, sekresi pernapasan, kotoran atau cairan serebrospinal.


“Karena saat ini tidak ada pengawasan sistematis untuk PeVs di Amerika Serikat, tidak jelas bagaimana jumlah kasus PeV yang dilaporkan pada tahun 2022 dibandingkan dengan musim sebelumnya,” ujar CDC.


Pengujian laboratorium PeV telah menjadi lebih banyak tersedia dalam beberapa tahun terakhir, dan ada kemungkinan bahwa peningkatan pengujian telah menyebabkan jumlah diagnosis PeV yang lebih tinggi dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya.

Sumber: Republika

x
ADVERTISEMENTS

Reaksi & Komentar

Berita Lainnya

Tampilkan Lainnya Loading...Tidak ditemukan berita/artikel lainnya.
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi