Kamis, 02/05/2024 - 12:20 WIB
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi

TERBARU

ACEH

Popcorn Lung Mengintai Pengguna Vape, Kerusakannya Permanen

ADVERTISEMENTS

Popcorn lung merupakan kerusakan yang bersifat permanen di saluran napas.

ADVETISEMENTS
Ucapan Belasungkawa Thantawi Ishak mantan Komisaris Utama Bank Aceh

JAKARTAR — Dokter dari National Health Service di Inggris, Dr Sara Kayat, memperingatkan bahaya kesehatan terkait dengan vape. Para pengguna vape bisa terkena penyakit gusi dan ada banyak kekhawatiran lain yang kian membesar, salah satunya adalah cedera paru-paru atau disebut juga popcorn lung.

ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat dan Sukses atas Pelantikan Reza Saputra sebagai Kepala BPKA
ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat Memperingati Hari Kartini dari Bank Aceh Syariah

“Ini adalah penyakit radang paru-paru yang bisa terjadi akibat vaping,” ujar Dr Kayat, dilansir laman Express, Selasa (19/7/2022).

ADVERTISEMENTS
Manyambut Kemenangan Idul Fitri 1445 H dari Bank Aceh Syariah
Berita Lainnya:
HIMPSI Soroti Peluang Perempuan Jadi Calon Gubernur di Pilkada Aceh 2024
ADVETISEMENTS
Ucapan Belasungkawa Zakaria A Rahman dari Bank Aceh

Sebuah badan amal terkemuka, Asthma and Lung UK menjelaskan bahwa popcorn lung secara medis disebut sebagai bronkiolitis obliterans. Ini menggambarkan kerusakan permanen pada saluran pernapasan kecil, yang disebabkan oleh peradangan dan jaringan parut.

ADVERTISEMENTS
ADVERTISEMENTS

Salah satu penyebab utama kondisi ini adalah menghirup bahan kimia yang mengiritasi paru-paru. Pusat informasi Genetic and Rare Disease (GARD) mencantumkan gejala-gejalanya, seperti batuk kering, sesak napas, kelelahan, dan mengi tanpa adanya pilek atau asma.

ADVERTISEMENTS
Mudahkan Hidup Anda!, Bayar PBB Kapan Saja, Di Mana Saja! - Aceh Singkil
Berita Lainnya:
Vape Berpotensi Tingkatkan Risiko Gagal Jantung

American Lung Association mengatakan gejala dapat muncul saat berolahraga atau melakukan pekerjaan manual. “Tidak semua orang dengan bronkiolitis obliterans akan memiliki gejala,” tulis lembaga dalam keterangannya.

Diagnosis perlu melibatkan dokter yang mendengarkan langsung pernapasan dan melakukan rontgen dada atau CT scan serta tes fungsi paru-paru. Tes ini mengukur jumlah udara yang dapat dihirup masuk dan keluar.

Sumber: Republika

ADVERTISEMENTS

x
ADVERTISEMENTS

Reaksi & Komentar

Berita Lainnya

Tampilkan Lainnya Loading...Tidak ditemukan berita/artikel lainnya.
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi