Selasa, 30/04/2024 - 16:39 WIB
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi

TERBARU

ACEH

Konsumsi Makanan dengan Zat Aditif Ini Ternyata Tingkatkan Risiko Kanker Usus Besar

ADVERTISEMENTS

Para ahli peringatkan zat aditif pada makanan bisa memicu kanker usus besar.

ADVETISEMENTS
Ucapan Belasungkawa Thantawi Ishak mantan Komisaris Utama Bank Aceh

 JAKARTA — Para ahli memperingatkan satu aditif tertentu yang digunakan dalam makanan telah dikaitkan dengan kanker usus besar. “Nitrat adalah senyawa yang ditemukan dalam makanan kita yang terdiri dari nitrogen dan oksigen. Mereka berasal dari dua sumber utama dalam makanan kita,” jelas Lindsay Delk, RD/RDN, ahli gizi dengan pengalaman lebih dari 20 tahun, dilansir dari laman BestLife, Selasa (26/7/2022), 

ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat dan Sukses atas Pelantikan Reza Saputra sebagai Kepala BPKA
ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat Memperingati Hari Kartini dari Bank Aceh Syariah


Delk menambahkan, nitrat dalam daging olahan dan nitrat alami pada tumbuhan. “Tergantung pada asalnya, kedua jenis nitrat ini berperilaku berbeda di dalam tubuh,” ujarnya.

ADVERTISEMENTS
Manyambut Kemenangan Idul Fitri 1445 H dari Bank Aceh Syariah
ADVETISEMENTS
Ucapan Belasungkawa Zakaria A Rahman dari Bank Aceh


Menurut laporan terbaru yang dikeluarkan oleh badan keamanan pangan Prancis ANSES, bukti sekarang menunjukkan senyawa ini menimbulkan bahaya bagi kesehatan kita. Mengingat pengetahuan saat ini tentang pengaruhnya terhadap kesehatan manusia, ANSES merekomendasikan untuk mengurangi paparan populasi terhadap zat-zat ini dengan mengambil langkah-langkah proaktif untuk membatasi paparan makanan.

ADVERTISEMENTS
Berita Lainnya:
549 PPPK Langsa Terima SK Pengangkatan


Secara khusus, ANSES menarik perhatian pada satu camilan yang mereka katakan sebagai sumber umum nitrat tambahan yaitu charcuterie. Zat ini sering digunakan untuk meningkatkan warna dan rasa daging, serta memperpanjang umur simpan.

ADVERTISEMENTS
Mudahkan Hidup Anda!, Bayar PBB Kapan Saja, Di Mana Saja! - Aceh Singkil


ANSES telah menganalisis studi kanker ilmiah yang telah diterbitkan sejak karya referensi Otoritas Keamanan Makanan Eropa (EFSA, 2017) dan Badan Internasional untuk Penelitian Kanker (IARC, 2018). Hasilnya menegaskan ada hubungan antara risiko kanker kolorektal dan paparan nitrit atau nitrat.


“Semakin tinggi paparan senyawa ini, semakin besar risiko kanker kolorektal,” tulis organisasi itu dalam laporannya.


 


Daging olahan


Pada tahun 2015, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengeluarkan peringatan baru yang melabeli daging olahan sebagai karsinogen kelompok 1, di samping zat penyebab kanker lainnya seperti tembakau dan asbes.


Meskipun ini tidak berarti daging olahan menyebabkan kanker pada tingkat yang sama dengan karsinogen lainnya, ini menunjukkan sama seperti item lain dalam wp-signup.php, ada cukup bukti bahwa mereka menyebabkan kanker. WHO menjelaskan klasifikasi menggambarkan kekuatan bukti ilmiah tentang agen yang menjadi penyebab kanker, daripada menilai tingkat risiko.

Berita Lainnya:
Sekda Aceh Hadiri Halal Bihalal di RSUDZA


Makan daging olahan secara teratur juga telah dikaitkan dengan berbagai kondisi kesehatan serius lainnya, kata para ahli dari Harvard TH Chan School of Public Health.


“Sudah diketahui selain meningkatkan risiko beberapa jenis kanker, konsumsi daging merah dan olahan yang tinggi juga dapat meningkatkan risiko penyakit kronis dan berpotensi mengancam jiwa lainnya. Misalnya penyakit jantung koroner, stroke, dan diabetes tipe 2 dibandingkan dengan sumber protein lain seperti seperti unggas, kacang-kacangan dan ikan,” tulis mereka dalam laporan tahun 2015.


Tim, bersama dengan rekan dari Harvard Medical School, juga mengeksplorasi tingkat kematian total yang terkait dengan daging merah atau olahan. Mereka menemukan pada tahun 2013, ada 644 ribu kematian yang disebabkan oleh pola makan daging olahan, termasuk kematian akibat penyakit kardiovaskular atau diabetes dan kanker kolorektal.

Sumber: Republika

x
ADVERTISEMENTS

Reaksi & Komentar

Berita Lainnya

Tampilkan Lainnya Loading...Tidak ditemukan berita/artikel lainnya.
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi