Jumat, 26/04/2024 - 22:38 WIB
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi

TERBARU

EROPAINTERNASIONAL

Warga Rusia yang Gabung dengan Pasukan Cadangan tidak Diberikan Paspor

ADVERTISEMENTS

Rusia tidak akan berikan paspor pada warga yang terpilih dalam pasukan cadangan

ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat Memperingati Hari Kartini dari Bank Aceh Syariah
ADVETISEMENTS
Ucapan Belasungkawa Zakaria A Rahman dari Bank Aceh

MOSKOW — Rusia tidak akan memberikan paspor kepada warganya yang terpilih dalam pasukan cadangan untuk berperang di Ukraina. Langkah ini diambil karena kekhawatiran pembatasan perjalanan meningkat dan puluhan ribu orang bergegas meninggalkan Rusia di tengah mobilisasi pasukan cadangan.

ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat dan Sukses atas Pelantikan Reza Saputra sebagai Kepala BPKA

“Jika seorang warga negara dipanggil untuk dinas militer atau menerima panggilan (untuk mobilisasi), paspornya akan ditolak,” kata situs web pemerintah, dilansir Alarabiya, Kamis (29/9/2022).

ADVERTISEMENTS
Manyambut Kemenangan Idul Fitri 1445 H dari Bank Aceh Syariah

Sejak Presiden Vladimir Putin mengumumkan mobilisasi untuk menopang tentara Rusia di Ukraina, puluhan ribu telah melarikan diri ke negara-negara tetangga untuk menghindari wajib militer. Banyak yang khawatir bahwa pria usia wajib militer akan dilarang meninggalkan Rusia.  

ADVERTISEMENTS

Rusia  memiliki sistem paspor internal atau dokumen yang digunakan sebagai tanda pengenal, dan diterima di beberapa negara tetangga bekas Soviet. Hanya sebagian kecil orang Rusia yang memiliki paspor, sehingga mereka dapat bepergian ke negara yang bukan bekas Soviet.

ADVERTISEMENTS
Mudahkan Hidup Anda!, Bayar PBB Kapan Saja, Di Mana Saja! - Aceh Singkil
Berita Lainnya:
Rusia Targetkan Peluncuran Roket Baru B ertenaga Metana Amur pada 2030  

Warga Rusia dapat melakukan perjalanan ke Armenia, Belarus, Kazakhstan, dan Kirgistan dengan paspor internal. Sebagian besar warga Rusia telah melarikan diri ke negara-negara tersebut sejak Putin mengumumkan mobilisasi.

Eksodus massal pria Rusia mulai berlangsung pada 21 September, tak lama setelah pidato Putin yang menyerukan mobilisasi pasukan cadangan. Awalnya, mereka membeli tiket pesawat dengan harga yang melonjak tajam. Namun beberapa pria Rusia lainnya memilih untuk bepergian dengan mobil bersama teman-teman, keluarga, atau bahkan pergi sendirian. Mereka mengantre selama berjam-jam untuk mencapai perbatasan.

Menurut situs website Yandex Maps, kemacetan lalu lintas menuju Verkhny Lars, yaitu perbatasan yang melintasi Georgia dari wilayah Ossetia Utara Rusia, membentang sekitar 15 kilometer pada Selasa. Media sosial menunjukkan, ratusan pejalan kaki berbaris di pos pemeriksaan setelah penjaga perbatasan Rusia melonggarkan peraturan dan mengizinkan orang untuk menyeberang dengan berjalan kaki. Antrean panjang juga dilaporkan di beberapa pos penyeberangan ke Kazakhstan.

Berita Lainnya:
Hamas: AS Berikan Perlindungan Politik pada Pembantaian oleh Israel

Kementerian Dalam Negeri Georgia mengatakan, lebih dari 53 ribu orang Rusia telah memasuki negara itu sejak pekan lalu. Sementara pejabat Kementerian Dalam Negeri Kazakhstan mengatakan, sebanyak 98 ribu orang Rusia menyeberang ke negara itu.  

Badan Penjaga Perbatasan Finlandia mengatakan, lebih dari 43 ribu orang Rusia tiba pada periode yang sama.  Laporan media juga mengatakan 3.000 orang Rusia lainnya memasuki Mongolia, yang juga berbatasan dengan negara itu.

Pihak berwenang Rusia berusaha untuk membendung arus keluar warganya, dan melarang beberapa orang pergi dengan mengutip undang-undang mobilisasi. Namun praktik itu tidak berhasil. Banyak pria Rusia yang memenuhi syarat perang melarikan diri dari negara mereka.

Sumber: Republika

x
ADVERTISEMENTS

Reaksi & Komentar

Berita Lainnya

Tampilkan Lainnya Loading...Tidak ditemukan berita/artikel lainnya.
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi