Kamis, 02/05/2024 - 13:42 WIB
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi

TERBARU

LIFESTYLE

Rutin Jalan Kaki Minimal 8.000 Langkah Kurangi Risiko Sakit Diabetes Hingga Depresi

ADVERTISEMENTS

Rutin jalan kaki juga kurangi risiko obesitas, GERD, dan sleep apnea.

ADVETISEMENTS
Ucapan Belasungkawa Thantawi Ishak mantan Komisaris Utama Bank Aceh

 JAKARTA — Berjalan kaki rutin setiap hari terbukti dapat mengurangi risiko mengidap penyakit kronis. Studi terbaru mengungkap bahwa kebiasaan itu bisa menghindarkan seseorang dari obesitas, diabetes, tekanan darah tinggi, depresi, dan sleep apnea.

ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat dan Sukses atas Pelantikan Reza Saputra sebagai Kepala BPKA
ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat Memperingati Hari Kartini dari Bank Aceh Syariah


Kesimpulan didapat dari analisis data yang dikumpulkan dari perangkat 6.042 orang di Amerika Serikat. Temuan itu mendukung penelitian sebelumnya. Bedanya, studi terkini terkait dengan catatan kesehatan elektronik dan merupakan bagian dari program penelitian “All of Us” besutan US National Institutes of Health.

ADVERTISEMENTS
Manyambut Kemenangan Idul Fitri 1445 H dari Bank Aceh Syariah
ADVETISEMENTS
Ucapan Belasungkawa Zakaria A Rahman dari Bank Aceh


Hasil tersebut memberikan bukti empiris baru bahwa tingkat aktivitas berkaitan dengan risiko penyakit kronis. Itu juga menunjukkan bahwa integrasi data komersial yang terhimpun dari catatan kesehatan elektronik mungkin berharga untuk mendukung perawatan klinis.

ADVERTISEMENTS
Selamart Hari Buruh


Setiap peserta rata-rata dilacak aktivitasnya selama empat tahun. Sampel pada studi berdasarkan orang-orang yang memakai perangkat Fitbit milik masing-masing selama 10 jam atau lebih dalam sehari, selama setidaknya sepanjang enam bulan.

ADVERTISEMENTS
Top Up Pengcardmu Dimanapun dan Kapanpun mudah dengan Aplikasi Action


Jumlah langkah dan intensitas harian (didefinisikan sebagai langkah per menit) kemudian direferensikan terhadap kejadian penyakit dalam kelompok. Hasilnya kemudian dibandingkan dengan tingkat penyakit pada populasi umum.

Berita Lainnya:
Tips 'SANTAI' untuk Cegah Penyakit Pasca Lebaran: Saran Kesehatan dari Dokter Spesialis


Saat langkah meningkat, risiko sebagian besar kondisi penyakit yang mungkin terjadi menjadi menurun. Ada perkecualian untuk tekanan darah tinggi (hipertensi) dan diabetes, yakni setelah individu mencapai sekitar 8.000 hingga 9.000 langkah per hari, manfaat dari berjalan kaki lebih banyak justru menjadi tidak stabil.


Untuk penurunan risiko penyakit lainnya, jumlah langkah yang tercatat efektif adalah sekitar 8.200 langkah sehari. Berjalan kaki sebanyak itu mengurangi risiko obesitas, sleep apnea, penyakit refluks gastroesofageal (GERD), dan gangguan depresi berat.


Para peneliti juga menemukan kaitan berjalan kaki dan kelebihan berat badan. Orang yang meningkatkan langkah harian mereka dari 6.000 menjadi 11.000 langkah memiliki kemungkinan 64 persen lebih kecil untuk menjadi gemuk, dibandingkan mereka yang mempertahankan jumlah langkah harian yang sama.


Secara statistik, relasi berjalan kaki dan penurunan risiko penyakit tidak menunjukkan hubungan sebab-akibat langsung, lantaran ada banyak faktor lain yang terlibat. Akan tetapi,  hubungan yang diungkap cukup kuat untuk menunjukkan bahwa berjalan kaki lebih banyak setiap hari dan meningkatkan intensitas langkah yang lebih cepat dapat menekan risiko penyakit.

Berita Lainnya:
Dokter Penipu yang Tawarkan Injeksi Otak untuk Sembuhkan Anak Autis Diburu Polisi Inggris


Perlu dicatat bahwa orang-orang yang terlibat dalam penelitian relatif berusia muda, kebanyakan berkulit putih, berjenis kelamin perempuan, dan berpendidikan tinggi. Mereka memiliki perangkat Fitbit sendiri dan rata-rata lebih aktif daripada kebanyakan orang dewasa. 


Hasil penelitian telah dipublikasikan di Nature Medicine. Tim peneliti berencana melakukan studi lanjutan menggunakan sampel populasi yang lebih besar dan lebih beragam, termasuk orang yang memiliki tingkat aktivitas yang lebih mencerminkan populasi umum.


Dari hasil studi yang sudah ada, menurut peneliti itu bisa dijadikan dasar untuk merancang rencana kesehatan yang dipersonalisasi. Bisa saja itu dilakukan dengan perangkat yang dapat diakses konsumen dan aplikasi terkait. Penggunaan itu dinilai menbantu pemantauan.


“Meskipun validasi dalam sampel yang lebih beragam diperlukan, temuan ini memberikan basis bukti nyata untuk panduan klinis mengenai tingkat aktivitas yang diperlukan untuk mengurangi risiko penyakit,” tulis para peneliti, dikutip dari laman Science Alert, Sabtu (22/10/2022).

Sumber: Republika

ADVERTISEMENTS

x
ADVERTISEMENTS

Reaksi & Komentar

Berita Lainnya

Tampilkan Lainnya Loading...Tidak ditemukan berita/artikel lainnya.
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi