Sabtu, 27/04/2024 - 06:38 WIB
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi

TERBARU

EKONOMIPERTANIAN

Kementan Dorong Petani Pakai Pupuk Organik Alternatif Pupuk Mahal

ADVERTISEMENTS

Penggunaan pupuk organik berimbang jadi langkah penting hasilkan padi berkualitas

ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat Memperingati Hari Kartini dari Bank Aceh Syariah
ADVETISEMENTS
Ucapan Belasungkawa Zakaria A Rahman dari Bank Aceh

JAKARTA — Kementerian Pertanian (Kementan) terus mendorong para petani untuk meningkatkan produktivitas produksi beras. Salah satunya dengan menggencarkan penggunaan pupuk organik secara berimbang sebagai alternatif di tengah mahalnya harga pupuk kimia saat ini.

ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat dan Sukses atas Pelantikan Reza Saputra sebagai Kepala BPKA

Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (Mentan SYL) mengatakan, alternatif pupuk organik secara berimbang menjadi langkah penting untuk menghasilkan padi yang berkualitas.

ADVERTISEMENTS
Manyambut Kemenangan Idul Fitri 1445 H dari Bank Aceh Syariah

“Pertanian adalah sektor kunci yang bisa memperkuat ekonomi. Karena itu, diperlukan pendekatan baru dalam meningkatkan produktivitas. Caranya adalah memperkuat networking dan mengembangkan pupuk organik sebagai penyubur tanaman,” kata Syahrul, Kamis (27/10/2022).

ADVERTISEMENTS

Adapun untuk mendorong petani agar mau menggunakan pupuk organik, Kementan telah menyiapkan sejumlah langkah. Pertama memperkuat edukasi dan pelatihan. Kedua, membuat manajemen sistem yang akan menjadi acuan petani dalam penggunaan pupuk organik. Ketiga, mengubah pola pikir dari para pelaku pertanian untuk berubah dengan kondisi yang ada.

ADVERTISEMENTS
Mudahkan Hidup Anda!, Bayar PBB Kapan Saja, Di Mana Saja! - Aceh Singkil
Berita Lainnya:
Demi Modernisasi Alsintan, Kementan Gencarkan Program Gelisah

Menurut Syahrul, sektor pertanian sudah sejak lama menjadi bantalan ekonomi nasional. Pertanian juga terbukti menjadi sektor pembuka lapangan kerja hingga berjuta-juta. Karena itu, generasi yang ada saat ini harus memperkuatnya dengan bekerja lebih keras lagi.

“Pertanian itu harus kita jaga bersama. Dan kita yang menjadi pejabat jangan sampai salah maintenance. Yang paling penting, kita jangan menjadi orang yang menghilangkan nilai-nilai kebangsaan,” katanya.

Sementara itu, Kepala BPPSDMP Kementan, Dedi Nursyamsi mengatakan, salah satu yang harus dilakukan bersama adalah melakukan pemupukan berimbang. Sistem tersebut sangat penting untuk mendukung tumbuh kembangnya sebuah tanaman. Namun, kata dia, pemupukan juga tidak boleh berlebih karena bisa mengakibatkan erosi dan gagal tanam.

“Pemupukan tidak boleh berlebih. Kalau pupuk urea berlebih dia memasamkan tanah dan berbahaya. Akibatnya gampang tererosi dan cepat jenuh airnya. Disitulah bisa mengakibatkan gagal tanam,” ujarnya.

Ia memaparkan, pupuk setidaknya berkontribusi antara 15 persen hingga 75 persen terhadap produktivitas tanaman. Karena itu diperlukan keberimbangan baik urea maupun dengan proses perawatan.

Berita Lainnya:
Pemerintah Berikan Subsidi Penerbangan Menuju Lombok  


Salah satunya dengan mengatur aliran air. Air sangat diperlukan pada sawah yang baru proses tanam. Namun pengairan tidak boleh berlebih karena dapat merusak akar tanaman.

“Air adalah infiltrasi, dengan kita belokan airnya ke lahan pertanian untuk irigasi maka dengan sendirinya akan menghasilkan karbohidrat dalam bentuk beras. Disitulah pentingnya kita membuat sumur resapan sebanyak banyaknya,” katanya.

Sebagaimana diketahui, pemerintah telah menyediakan pupuk subsidi dengan kapasitas 9 juta ton. Para petani bisa mendapatakan pupuk tersebut melalui sistem e-RDKK. Sistem itulah yang akan mendata siapa saja para petani yang berhak menerima pupuk.

Di samping itu, pemerintah juga mendorong para petani untuk membuat pupuk organik yang bisa dilakukan menggunakan bahan alami seperti jerami dan kotoran hewan ternak. Petani bahkan bisa membuat sertifikasi untuk pembuatan pupuk organik berbasis bisnis.

Sumber: Republika

x
ADVERTISEMENTS

Reaksi & Komentar

Berita Lainnya

Tampilkan Lainnya Loading...Tidak ditemukan berita/artikel lainnya.
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi