Sabtu, 27/04/2024 - 06:36 WIB
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi

TERBARU

ISLAM

Jujur Berburu Ilmu

ADVERTISEMENTS

Saat ini, kejujuran merupakan barang mahal di dunia pendidikan

ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat Memperingati Hari Kartini dari Bank Aceh Syariah
ADVETISEMENTS
Ucapan Belasungkawa Zakaria A Rahman dari Bank Aceh

Oleh: M Tobroni

ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat dan Sukses atas Pelantikan Reza Saputra sebagai Kepala BPKA

”Maka, siapakah yang lebih zalim daripada orang-orang yang mengada-adakan kedustaan terhadap Allah atau mendustakan ayat-ayat-Nya?” (QS Yunus [10]: 17).Sejarah Islam pernah dibangun dalam tradisi keemasan, saat ilmu pengetahuan berkembang pesat di tengah hiruk pikuk orang memburu kekayaan dan kemegahan dunia. Ketika banyak orang abai terhadap ilmu pengetahuan, terdapat orang-orang yang tak pernah lelah berburu ilmu.

ADVERTISEMENTS
Manyambut Kemenangan Idul Fitri 1445 H dari Bank Aceh Syariah

Di antara teladan penting ialah Imam Al-Ghazali, atau Abu Hamid bin Muhammad an-Nishapuri. Al-Ghazali membaca, mengajarkan, menulis, dan menyebarkan apa yang dipikirkan dan direnungkannya dari persoalan sosial sekitarnya.Namun, Al-Ghazali tak menjalaninya dengan mudah. Ia rela belajar kepada siapa pun di mana pun. Pernah dalam perjalanan dari sebuah madrasah, Al-Ghazali dihadang gerombolan perampok. Seluruh buku dan naskahnya dirampas, termasuk bekalnya.

ADVERTISEMENTS
Berita Lainnya:
Kondisi Orang Saleh dan Munafik Berbeda di Alam Kubur, Seperti Apa?

”Kembalikan buku dan naskah-naskahku,” seru Al-Ghazali kepada pemimpin perampok. Mendengar itu, pemimpin perampok pun tertawa terbahak-bahak. Mengapa orang ini hanya meminta buku dan naskah, bukan perbekalan yang lain, uang misalnya?

ADVERTISEMENTS
Mudahkan Hidup Anda!, Bayar PBB Kapan Saja, Di Mana Saja! - Aceh Singkil

 

Bertanyalah si perampok, ”Mengapa engkau menginginkannya? Begitu pentingkah buku dan naskah ini untukmu?” Al-Ghazali menegaskan, buku dan naskah itu merupakan hasil perburuannya menuntut ilmu pengetahuan. Kian meledaklah tertawa para perampok.

”Aku tidak butuh merampok pengetahuan semacam itu, yang hanya dalam bentuk buku. Jika pengetahuan hanya sebatas buku, apakah engkau layak disebut orang berpengetahuan?” ejek perampok itu.Al-Ghazali terhenyak. Ia tercenung ucapan perampok tadi. Ejekan itu dirasakannya seperti hunjaman kata-kata hikmah. Maka, pascaperistiwa itu, ia terus-menerus menempa ilmu pengetahuannya.

Pelajaran penting dari peristiwa di atas adalah kejujuran. Kejujuran untuk bersedia menimba ilmu dari orang lain, meskipun orang yang hendak mencelakainya.Saat ini, kejujuran merupakan barang mahal di dunia pendidikan Indonesia. Untuk mendaftar sebagai pejabat, orang berlomba membeli ijazah, atau mengikuti pendidikan instan. Untuk mendapatkan nilai ujian tinggi, murid dan guru berlomba curang.

Berita Lainnya:
Kisah Umar bin Abdul Aziz Mencopot Gubernur

Padahal, kejujuran adalah kunci perkembangan ilmu pengetahuan. Ini bukan sekadar soal perlunya pendidikan pekerti, tapi bagaimana kejujuran menjadi roh bagi proses pengembangan pendidikan. Mengapa? Karena kejujuran dapat melahirkan berkah kreativitas.Sebaliknya, ketidakjujuran menciptakan manusia malas, malas membaca, diskusi, mengkaji, juga menciptakan karya. Ketidakjujuran akan mengungkung perilaku serbainstan, proyek, dan tidak mampu mengembangkan imajinasi kreatif di berbagai bidang.Kejujuran memang mahal harganya. Tapi, inilah kunci menciptakan manusia kreatif dan penuh karya.

 

sumber : Republika

Sumber: Republika

x
ADVERTISEMENTS

Reaksi & Komentar

Berita Lainnya

Tampilkan Lainnya Loading...Tidak ditemukan berita/artikel lainnya.
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi