Rabu, 08/05/2024 - 09:34 WIB
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi

TERBARU

ISLAM

Konsep Kemenangan dalam Islam adalah Melawan Hawa Nafsu  

ADVERTISEMENTS

JAKARTA — Sebagai seorang Muslim kita mengetahui bahwa agama Islam mengajarkan umatnya untuk bersikap Qanaah, baik saat mencapai kemenangan maupun ketika menemui kekalahan. Karena menang dan kalah, merupakan takdir Allah yang diberikan kepada manusia secara bergantian.

ADVERTISEMENTS
Selamat Memperingati Hardiknas dari Bank Aceh Syariah

Prof Imam Suprayogo menyebutkan dalam sebuah riwayat, bahwa perang Badar di zaman Rasulullah SAW amat berat. Tetapi disebutkan pula bahwa masih ada peperangan yang lebih berat lagi yang akan dihadapi oleh kaum muslimin setelah perang badar, ialah perang melawan hawa nafsu.

ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat dan Sukses atas Pelantikan Reza Saputra sebagai Kepala BPKA
ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat Memperingati Hari Kartini dari Bank Aceh Syariah

Karenanya konsep kemenangan dalam Islam sejatinya adalah ketika kita mampu untuk mengendalikan hawa nafsu tersebut, semata-mata untuk mendapatkan Ridho Allah Swt. Karena hawa nafsu merupakan musuh yang tidak terlihat dan tidak nampak, oleh karena itu, orang yang berhasil melawan hawa nafsunya maka Allah bentangkan jalannya menuju Surga Allah.

ADVERTISEMENTS
Manyambut Kemenangan Idul Fitri 1445 H dari Bank Aceh Syariah
ADVETISEMENTS
Ucapan Belasungkawa Zakaria A Rahman dari Bank Aceh

Allah berfirman, “Orang-orang yang berjihad (bersungguh-sungguh) di jalan Kami, sungguh akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan Allah benar-benar bersama orang-orang yang berbuat baik.” (QS. Al-Ankabut: 69)

ADVERTISEMENTS
Selamart Hari Buruh

Ali bin Muhammad ad-Dihami menyebutkan dalam bukunya “Upaya Mengendalikan Hawa Napsu Upaya Meraih Ridha Allah” mengatakan, bahwa ayat tersebut merupakan petunjuk yang didapat manusia bergantung pada jihadnya atau kesungguhannya. Oleh karena itu, orang yang paling sempurna hidayahnya adalah orang yang paling keras jihadnya. 

ADVERTISEMENTS
Top Up Pengcardmu Dimanapun dan Kapanpun mudah dengan Aplikasi Action
Berita Lainnya:
Jamaah Haji Ingin Meninggal di Tanah Suci, Benarkah Jadi Tanda Husnul Khatimah?

Adapun jihad yang diwajibkan, secara berurutan adalah jihad melawan nafsu, jihad melawan ego, jihad melawan setan dan jihad melawan dunia. Barangsiapa berjihad melawan empat hal ini, Allah akan membentangkan baginya jalan untuk meraih ridha-Nya yang akan mengantarkannya ke surga. Sementara orang yang meninggalkan jihad secara sengaja, akan kehilangan petunjuk sebesar jihad yang ditinggalkannya.

ADVERTISEMENTS
PDAM Tirta Bengi Bener Meriah Aplikasi Action Bank Aceh

Rasulullah SAW bersabda,

ADVETISEMENTS
Ucapan Belasungkawa Thantawi Ishak mantan Komisaris Utama Bank Aceh

“Jihad yang paling utama adalah orang yang berjihad melawan nafsunya karena Allah.”

Menurut Ibnul Qayim, jihad untuk melawan musuh Allah yang berada di luar adalah cabang, sedangkan jihad untuk melawan nafsu adalah pokok. Karena itu, jihad melawan nafsu harus didahulukan, sebagaimana sabda Rasulullah SAW, ”Orang yang berjihad adalah orang yang memerangi nafsunya dalam taat kepada Allah, sedangkan orang yang berhijrah adalah orang yang meninggalkan larangan Allah.”

Oleh karena itu, selama belum menundukkan dan memaksa nafsunya untuk melaksanakan perintah dan meninggalkan larangan, seseorang tidak mungkin dapat memerangi musuh yang berada di luar. Tidak mungkin ia dapat memerangi dan berada di tengah-tengah musuh jika musuh yang berada di depannya masih menguasai dirinya. Sekadar keluar untuk menghadapinya, ia pun tidak akan mampu, kecuali jika ia menundukkan nafsunya terlebih dahulu.

Berita Lainnya:
Keutamaan Bulan Dzulhijjah

Ahmad dan Tirmidzi meriwayatkan sebuah hadis marfu yang berbunyi, “Orang yang cerdas adalah orang yang dapat menundukkan nafsunya kemudian bekerja untuk kehidupan setelah mati, sementara orang yang lemah akalnya adalah orang yang menuruti hawa nafsunya kemudian berharap kepada Allah.”

Menurut riwayat di atas, manusia terbagi menjadi dua kelompok: orang yang cerdas dan orang yang lemah akalnya. Orang yang cerdas adalah orang cerdik yang berpendirian teguh dan selalu memperhatikan akibat segala sesuatu. la dapat menundukkan dan menggunakan nafsunya untuk berbuat sesuatu yang bermanfaat bagi kehidupan di akhirat.

Orang yang lemah akalnya adalah orang yang dungu yang tidak berpengetahuan, yang tidak pernah memikirkan buah dari perbuatannya. Orang tersebut lebih suka mengikuti nafsunya yang cenderung kepada sesuatu yang membawa kenikmatan duniawi, meskipun sebenarnya kenikmatan itu membawa malapetaka bagi kehidupannya di akhirat, bahkan juga bagi kehidupannya di dunia ini.

 

Sumber: Republika

ADVERTISEMENTS

x
ADVERTISEMENTS

Reaksi & Komentar

Berita Lainnya

Tampilkan Lainnya Loading...Tidak ditemukan berita/artikel lainnya.
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi