Sabtu, 11/05/2024 - 09:08 WIB
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi

TERBARU

EDUKASI
EDUKASI

‘Kurikulum Merdeka Buat Pendidikan Indonesia Masuki Fase Konflik’

ADVERTISEMENTS

Sekjen FSGI sebut Kurikulum Merdeka buat pendidikan di Indonesia masuki fase konflik.

ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat & Sukses ada Pelantikan Direktur PT PEMA dan Kepala BPKS

JAKARTA — Kurikulum Merdeka Belajar yang berjilid-jilid disebut-sebut sebagai kebijakan paling menghebohkan dan menimbulkan pro kontra di lapangan dari Menteri Pendidikan, Kebudataan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek), Nadiem Makarim. Sebab, kebijakan yang sejatinya bagus secara konsep, ternyata di lapangan tidak berhasil membumi.

ADVERTISEMENTS
Selamat Memperingati Hardiknas dari Bank Aceh Syariah

“Kami menyaksikan di lapangan, kebijakan yang sebenarnya bagus secara konsep, namun tidak berhasil membumi sehingga menimbulkan potensi pendidikan Indonesia tengah berada pada fase konflik,” ujar Sekjen Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI), Heru Purnomo, kepada Republika, Ahad (1/1/23).

ADVERTISEMENTS
Manyambut Kemenangan Idul Fitri 1445 H dari Bank Aceh Syariah
ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat dan Sukses atas Pelantikan Reza Saputra sebagai Kepala BPKA
ADVETISEMENTS
Ucapan Belasungkawa Zakaria A Rahman dari Bank Aceh

Dia mengatakan, program Merdeka Belajar yang berjilid-jilid dan tidak pernah selesai seolah akan menuju akhir episode yang menghawatirkan. Pihaknya menilai, gagasan kebijakan sampai implementasi di lapangan masih jauh panggang dari api.

ADVERTISEMENTS
Selamart Hari Buruh

Heru menambahkan, Merdeka Belajar yang diusung Kemendikbudristek memiliki tujuan untuk mencapai pendidikan berkualitas bagi seluruh rakyat Indonesia melalui transformasi pada empat hal. Empat hal itu, yakni infrastruktur dan teknologi, kebijakan, prosedur dan pendanaan untuk kepemimpinan masyarakat dan budaya, serta kurikulum pedagogis dan penilaian.

ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat Memperingati Hari Kartini dari Bank Aceh Syariah
Berita Lainnya:
Universitas Atma Jaya akan Buka Peminatan Manajemen Konten dan Media Kreatif
ADVERTISEMENTS
Top Up Pengcardmu Dimanapun dan Kapanpun mudah dengan Aplikasi Action

“Namun, tampaknya di level pemahaman kebijakan ini saja, masih jauh dari harapan,” terang dia.

ADVERTISEMENTS
PDAM Tirta Bengi Bener Meriah Aplikasi Action Bank Aceh

Sejak konflik merek Merdeka Belajar, FSGI selaku organisasi profesi guru telah memberikan kritik dan rekomendasi. Tapi, kebijakan tersebut terus ditayangkan bahkan kini telah mencapai 22 episode. Hal itu pada akhirnya kemudian menimbulkan pertanyaan baru.

ADVETISEMENTS
Ucapan Belasungkawa Thantawi Ishak mantan Komisaris Utama Bank Aceh

“Benarkah semuanya telah menuju kearah transformasi Pendidikan Indonesia? Apakah setiap episodenya berjalan berkesinambungan? Apakah dapat terlihat masa depan pendidikan Indonesia yang berkualitas ataukah justru terbaca tujuan spekulatif yang tidak berkelanjutan?” ujar Wakil Sekjen FSGI, Mansur.

Mansur memberikan contoh terobosan Merdeka Belajar yang cukup memberi angin segar bagi pendidikan Indonesia, yakni pada episode I. Di mana kala itu ada empat bidang sasaran, di antaranya mengganti UN menjadi Asesmen Nasional. Tapi, ternyata tidak semua episode berdampak seperti itu.

“Kenyataannya adalah tidak semua episode Merdeka Belajar berdampak bagi pendidikan, bahkan tidak sedikit yang dinilai kontra produktif terhadap kelangsungan program pendidikan di Indonesia,” tambah Mansur.

Berita Lainnya:
Pasca-Pandemi, Jumlah Mahasiswa Lima PTJJ di Asia Tenggara Meningkat Signifikan

Salah satu contoh, ketika episode empat diluncurkan, yakni tentang Program Organisasi Penggerak (POP). Saat program tersebut diluncurkan, berbagai reaksi ketidakpercayaan publik mengemuka. FSGI memberikan kritik keras dimulai dari proses rekrutmen hingga model implementasinya.

“Apa yang terlihat hingga paruh kedua tahun bukanlah sebuah kemajuan yang diharapkan,” ujar Kepala Bidang Diklat FSGI, Eka Ilham.

Eka menambahkan, dari fakta lapangan diketahui, kebanyakan pelatihan model online yang diikuti oleh para guru sekolah sasaran sebatas pelatihan satu hingga tiga jam atau paling lama dengan durasi tiga hari. Itu pun kebanyakan berisi teori tanpa dibekali praktik dan tidak disertai pendampingan.

“Kebanyakan guru justru bingung saat akan mencoba mengimplementasikan, karena tidak ada contoh-contoh praktik yang sudah dilakukan. Akibatnya, pelatihan hanya tinggal pelatihan yang berujung sekedar pengetahuan tanpa implementasi,” jelas Eka.

Sejak awal menjabat sebagai Mendikbudristek, Nadiem memang telah mengeluarkan berbagai kebijakan dalam tajuk Merdeka Belajar. Mulai dari episode kesatu pada 2019, hingga pada akhir 2022 sudah mencapai episode ke-22. Berbagai pro kontra timbul dari sejumlah episode yang dihadirkan.

Sumber: Republika

ADVERTISEMENTS

x
ADVERTISEMENTS

Reaksi & Komentar

Berita Lainnya

Tampilkan Lainnya Loading...Tidak ditemukan berita/artikel lainnya.
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi