Selasa, 30/04/2024 - 23:53 WIB
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi

TERBARU

LIFESTYLE

Psikolog Ungkap Faktor yang Membuat Orang tak Jera Selingkuh Berulang Kali

ADVERTISEMENTS

Orang dengan latar tertentu bisa merasakan keinginan berselingkuh yang sangat besar.

ADVETISEMENTS
Ucapan Belasungkawa Thantawi Ishak mantan Komisaris Utama Bank Aceh

JAKARTA — Ada banyak faktor yang bisa melatarbelakangi terjadinya sebuah perselingkuhan. Salah satu faktor yang mungkin jarang disadari adalah gangguan kejiwaan atau psikologis.

ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat dan Sukses atas Pelantikan Reza Saputra sebagai Kepala BPKA
ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat Memperingati Hari Kartini dari Bank Aceh Syariah

“Ternyata, perselingkuhan juga ada yang termasuk ke dalam gangguan serius atau gangguan berat. Gangguan psikis yang berat, gangguan psikologis yang berat,” jelas psikolog klinis dan konselor keluarga, Novy Yulianty MPsi Psikolog, kepada Republika.co.id.

ADVERTISEMENTS
Manyambut Kemenangan Idul Fitri 1445 H dari Bank Aceh Syariah
Berita Lainnya:
Anemia Aplastik Akibat Konsumsi Obat Sakit Kepala Jarang Terjadi
ADVETISEMENTS
Ucapan Belasungkawa Zakaria A Rahman dari Bank Aceh

Orang dengan kondisi seperti ini bisa merasakan keinginan berselingkuh yang sangat besar. Mereka juga dapat merasakan ketidakpuasan bila hanya menjalin hubungan dengan satu orang.

ADVERTISEMENTS

“(Bila merasakan kondisi serupa) jangan ragu untuk mencari bantuan profesional untuk menggali diri kita seperti apa, karena ada kasus-kasus perselingkuhan yang memang dilakukan oleh orang yang mengalami gangguan kejiwaan,” ujar Novy.

ADVERTISEMENTS
Mudahkan Hidup Anda!, Bayar PBB Kapan Saja, Di Mana Saja! - Aceh Singkil
Berita Lainnya:
Dokter Bagikan Kiat Menjaga Kesehatan di Tempat Kerja

 

Novy menyebut, tindakan berselingkuh dengan intensitas yang sering atau berulang kali juga bisa berkaitan dengan gangguan jiwa atau psikologis tertentu. Jenis gangguan jiwa atau psikologis yang dapat memberikan dorongan seperti ini bisa berbeda-beda pada tiap orang.

“Misalnya, gangguan kepribadian atau gangguan mood,” ujar Novy.

Sumber: Republika

ADVERTISEMENTS

x
ADVERTISEMENTS

Reaksi & Komentar

Berita Lainnya

Tampilkan Lainnya Loading...Tidak ditemukan berita/artikel lainnya.
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi