Jumat, 26/04/2024 - 09:31 WIB
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi

TERBARU

LIFESTYLE

Korban Perkosaan Masih Belia, Apa Risikonya Jika Meneruskan Kehamilan?

ADVERTISEMENTS

Hamil di usia anak mendatangkan risiko bagi calon ibu dan janinnya.

ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat Memperingati Hari Kartini dari Bank Aceh Syariah
ADVETISEMENTS
Ucapan Belasungkawa Zakaria A Rahman dari Bank Aceh

JAKARTA — Anak dan remaja yang hamil akibat tindak perkosaan harus dilihat kondisi kejiwaannya. Jika tidak depresi maka kehamilan dapat dilanjutkan, menurut dokter spesialis kebidanan dan kandungan, Kamilah Tsurayya Fitriana.

ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat dan Sukses atas Pelantikan Reza Saputra sebagai Kepala BPKA

Andaikan anak yang dikandung cenderung tidak diinginkan, menurut dr Kamilah, maka setelah lahir bayi tersebut dapat diasuh dan diserahkan kepada panti asuhan. Namun, jika korban mengalami depresi berat atau kejiwaan terganggu, maka terminasi kehamilan dapat dipertimbangkan melalui keputusan konferensi holistik dengan dokter psikiatri dan Komite Etik dan Medikolegal.

ADVERTISEMENTS
Manyambut Kemenangan Idul Fitri 1445 H dari Bank Aceh Syariah

Dr Kamilah menjelaskan, pada usia 10 sampai 19 tahun, anak remaja  belum matang secara psikis, emosional, sosial, dan mental. Pada usia ini, kondisi fisik belum 100 persen siap dan organ reproduksi belum matang sempurna sehingga kehamilan dijalani dengan keterbatasan.

ADVERTISEMENTS
Berita Lainnya:
Apa Itu Ganja Cair yang Digunakan Selebgram Chandrika Chika di Vape?

“Komplikasi kehamilan pun dapat meningkat, terutama kelahiran prematur, ketuban pecah dini, pertumbuhan janin terhambat, Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), preeklampsia/eklampsia, dan anemia,” ujarnya kepada Republika.co.id, Kamis (5/1/2023).

ADVERTISEMENTS
Mudahkan Hidup Anda!, Bayar PBB Kapan Saja, Di Mana Saja! - Aceh Singkil

 

Dr Kamilah menjelaskan semua proses persalinan memiliki risiko terjadinya komplikasi yang dapat menyebabkan kematian. Oleh sebab itu, dianjurkan untuk melahirkan di fasilitas kesehatan yang lengkap. Data WHO menunjukkan bahwa kehamilan remaja berkontrobusi pada kematian ibu dan bayi.

“Di Indonesia, kehamilan dan persalinan remaja meningkatkan angka kematian ibu dan janin sebesar empat sampai enam kali lipat dibandingkan wanita yang hamil dan bersalin pada usia 20 sampai 30 tahun,” ungkap dokter yang praktik di RS Hermina Depok, Jawa Barat.

Anak/remaja juga lebih sering mengalami nutrisi yang buruk dan diet yang buruk selama kehamilan. Itu karena pengetahuan akan gizinya masih kurang sehingga rentan terjadi anemia atau malanutrisi.

Berita Lainnya:
Penyakit Rusa Zombie Dikhawatirkan Bisa Menular ke Manusia, Gejalanya Seperti Apa?

 

Dr Kamilah menyarankan orang tua menjelaskan kepada anaknya bahwa sebentar lagi ia akan menjadi seorang ibu dan memiliki anak. Artinya, calon ibu harus makan makanan yang bergizi agar anak yang dikandungnya tumbuh sehat dan optimal.

Kehamilan remaja merupakan suatu kondisi risiko tinggi yang akan berujung pada masalah psikologis, luaran perinatal yang buruk, dan luaran obstetri yang buruk. Itu sebabnya, anak/remaja perlu mendapatkan pengawasan dan melakukan pemeriksaan kehamilan yang memadai secara rutin.

Menurut dr Kamilah, kontrol kehamilan harus rutin dilakukan untuk memonitor dan memastikan pertumbuhan dan perkembangan janin berlangsung baik. Kontrol kehamilan juga dapat membantu mempersiapkan fisik dan mental ibu selama kehamilan sampai persalinan.

“Komplikasi persalinan remaja lebih sering timbul karena organ reproduksi yang belum matang, sehingga perlu kewaspadaan terhadap kemungkinan komplikasi yang akan terjadi,” ujarnya.

Sumber: Republika

x
ADVERTISEMENTS

Reaksi & Komentar

Berita Lainnya

Tampilkan Lainnya Loading...Tidak ditemukan berita/artikel lainnya.
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi