Kamis, 02/05/2024 - 22:41 WIB
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi

TERBARU

LIFESTYLE

Ngemis Online Viral di TikTok, Mengapa Ada yang Mau Jadi Kreator Konten Macam Itu?

ADVERTISEMENTS

Kreator ngemis online dinilai ingin raih hasil sebanyak-banyaknya dengan usaha minim.

ADVETISEMENTS
Ucapan Belasungkawa Thantawi Ishak mantan Komisaris Utama Bank Aceh

JAKARTA — Sebagai wadah kreator untuk menghibur dan terhubung dengan komunitas secara real-time lewat siaran langsung, fitur TikTok Live banyak dimanfaatkan penggunanya. Namun, belakangan ini, marak fenomena ngemis online di TikTok dengan menyakiti diri sendiri atau mengeksploitasi kemalangan orang lain demi mendapat gift.

ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat dan Sukses atas Pelantikan Reza Saputra sebagai Kepala BPKA
ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat Memperingati Hari Kartini dari Bank Aceh Syariah

Psikolog Ifa Hanifah Misbach beranggapan fenomona itu berkaitan dengan masalah mental dan faktor didikan orang tuanya. Misalnya, apakah para kreator itu hanya mendapat didikan meminta alih-alih melatih kemandirian.

ADVERTISEMENTS
Manyambut Kemenangan Idul Fitri 1445 H dari Bank Aceh Syariah
Berita Lainnya:
'Kita Bikin Romantis' Viral di TikTok, Maliq & D'Essentials Sempat Kebingungan
ADVETISEMENTS
Ucapan Belasungkawa Zakaria A Rahman dari Bank Aceh

“Kalau pola asuhnya merujuk ke kemandirian, si anak pas gedenya akan bisa survive (bertahan) untuk menciptakan apapun yang misalnya menghasilkan kemampuan finansial,” kata Ifa kepada Republika.co.id, Senin (9/1/2023).

ADVERTISEMENTS
Selamart Hari Buruh

Terkait fenomena itu, Ifa merasa yang perlu ditelusuri adalah latar belakang kreator “pengemis online” itu. Kegiatan mengemis bisa diartikan dengan menyerah dengan keadaan.

ADVERTISEMENTS
Top Up Pengcardmu Dimanapun dan Kapanpun mudah dengan Aplikasi Action

 

ADVERTISEMENTS
PDAM Tirta Bengi Bener Meriah Aplikasi Action Bank Aceh

Artinya, kreator ini ingin mendapatkan hasil sebanyak-banyaknya, tetapi dengan usaha seadanya. Menurut Ifa, mental orang-orang seperti itu berasosiasi cara termudah, tercepat, dan jalan pintas.

Berita Lainnya:
Fitur Khusus Taylor Swift Tersedia di TikTok, Apa yang Menarik?

“Jadi secara logika, orang-orang ini tidak terlatih bagaimana bekerja dengan proses,” ujar Ifa.

Menurut Ifa, orang yang tidak menghargai proses itu memiliki kemampuan regulasi diri yang rendah. Mereka tidak memiliki kemampuan delay satisfaction (menunda kepuasan). Selain itu, masalah rendahnya literasi di Indonesia juga menyumbang larisnya tontonan tidak bermutu di media sosial.

“Balik lagi, terlatih ketidakmandirian. Dan juga, orang kayak gitu nggak mikirin harga diri, karena itu mempertontonkan kebodohan. Itu pasti biasanya pola asuhnya selalu mendapatkan apa yang dia mau,” kata Ifa.

Sumber: Republika

ADVERTISEMENTS

x
ADVERTISEMENTS

Reaksi & Komentar

Berita Lainnya

Tampilkan Lainnya Loading...Tidak ditemukan berita/artikel lainnya.
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi