Aku tanyakan, apakah ada orang yang murtad karena benci agamanya setelah ia memeluknya, kau jawab tidak ada. Begitulah halnya perkara iman ketika telah bercampur pesonanya dengan hati.
Aku tanyakan, apakah ia pernah berkhianat, kau jawab belum pernah. Begitulah para Rasul, tidak pernah berkhianat.
Aku tanyakan, apa yang ia perintahkan, kau jawab bahwa ia memerintahkan agar kalian menyembah Allah, tidak mempersekutukanNya dengan sesuatu pun, melarang kalian menyembah berhala, memerintah kalian shalat, berkata benar, dan menjaga kehormatan.
Jika yang telah kau katakan adalah benar, maka ia akan dapat memiliki tempat kedua kakiku berdiri ini. Aku tahu bahwa ia akan diutus. Aku tidak menyangka ternyata dia dari bangsa kalian. Jika saja aku dapat memastikan bahwa aku akan bertemu dengannya, niscaya aku memilih bertemu dengannya. Jika aku ada di sisinya, pasti aku cuci kedua kakinya (Sebagai bentuk penghormatan).
Kemudian, Raja Heraclius meminta diambilkan surat dari Nabi Muhammad itu lalu dibacanya. Setelah selesai dari membaca surat, ramailah suara-suara di sampingnya dan semakin gaduh. Abu Sufyan pun diperintahkan untuk keluar.
Abu Sufyan kemudian berkata, “Aku katakan kepada sahabat-sahabatku ketika kami keluar, Sungguh masalah anak Abi Kabsyah (Muhammad) ini semakin runyam, sungguh ia ditakuti raja orang kulit kuning. Maka aku senantiasa selalu meyakini perkara Rasulullah bahwa ia akan meraih kejayaan hingga akhirnya Allah memasukanku ke dalam agama Islam.”
Inilah yanhg dilihat Abu Sufyan dari pengaruh surat Nabi Muhammad kepada Raja Romawi. Di antara kesan surat itu adalah, dia menghadiahi hadiah berupa uang dan pakaian kepada Dihyah bin Khalifah bin al-Kalbi, pembawa surat Nabi itu.
Sumber :
Syekh Safiyyurahman Mubarakfuri/Perjalanan Hidup Rasul yang Agung Muhammad SAW
Sumber: Republika