Iklan Ucapan Selamat dan Sukses atas Pelantikan Direktur Utama PT. Bank Aceh Syariah
Senin, 20/03/2023 - 19:34 WIB
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi

UPDATE TERBARU

Iklan Ucapan Selamat & Sukses atas Pelantikan Direktur Utama, Muhammad Syah
ISLAM

Wapres Tolak Tudingan Ilmu Pengetahuan Sebagai Penyebab Kehancuran di Muka Bumi

Wapres menyebut kehancuran di muka bumi karena keserakahan.

JAKARTA–Wakil Presiden Ma’ruf Amin mendorong umat Islam kembali membangkitkan kejayaan peradaban Islam di masa lalu. Kiai Ma’ruf mengatakan, caranya dengan umat Islam menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi di tengah era globalisasi saat ini.

“Peran ilmu pengetahuan (sains) sangat penting, dan bahkan ia berfungsi sebagai kunci peradaban,” ujar Kiai Ma’ruf ketika membuka Muktamar Internasional I Fiqih Peradaban dalam rangkaian Peringatan Satu Abad Nahdlatul Ulama (NU) di Hotel Shangri-La, Surabaya, Jawa Timur (Jatim), Senin, (6/2/2023).

Dia mengingatkan, sejarah telah mencatat bahwa umat Islam pernah menorehkan tinta emas dalam membangun peradaban. Namun, hal itu kemudian mengalami era kemunduran, karena saat ini dunia sudah masuk pada babak baru peradaban, terutama karena globalisasi yang tidak terbendung.

BACAAN LAIN:
Siapa Izzuddin Al Qassam yang Dijadikan Nama Sayap Militer Hamas? Ini 10 Faktanya

Namun demikian, dia menolak pendapat yang menyebutkan bahwa ilmu pengetahuan penyebab munculnya berbagai permasalahan di muka bumi.

“Tidak benar anggapan bahwa ilmu pengetahuan merupakan penyebab terjadinya kerusakan dan kekacauan di muka bumi ini. Sumber kerusakan dan kekacauan di muka bumi ini adalah nafsu serakah manusia yang menyalahgunakan ilmu pengetahuan,” katanya.

Karena itu, Ketua Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia (MUI) itu mengatakan, penting untuk mempersiapkan sumber daya manusia yang menguasai kunci peradaban tersebut baik ilmu pengetahuan dan teknologi.

Selain itu, Ma’ruf juga berharap peran ulama dalam mencari solusi di tengah pengaruh globalisasi saat ini. Sebab menurutnya, ketentuan fiqih sebelumnya, memungkinkan sudah tidak sesuai dengan permasalahan yang terjadi saat ini.

BACAAN LAIN:
Masuki Abad Kedua NU, Kegiatan Ngaji dan Kebudayaan Digelar di TMII

“Oleh karena itu, para ulama dituntut mampu menjawab dinamika peradaban baru ini, yang di banyak sisi sangat berbeda dengan peradaban sebelumnya,” ujarnya.

Dia mengatakan, ketentuan hukum Islam atau fiqih akan terus berkembang mengikuti dinamika zaman. Menurutnya, fiqih yang ada tiap zaman merupakan bentuk respon terhadap peradaban sebelumnya.

Karena itu, di tengah era globalisasi saat ini, memungkinkan fiqih sudah tidak relevan lagi.

“Bisa jadi tidak cocok lagi untuk merespons peradaban saat ini, sehingga dibutuhkan konstruksi fikih baru yang lebih sesuai dengan peradaban saat ini,” ujarnya.

 

 

 

Sumber: Republika

Reaksi & Komentar

Berita Lainnya

Tampilkan Lainnya Loading...Tidak ditemukan berita/artikel lainnya.
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi