Sabtu, 27/04/2024 - 10:48 WIB
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi

TERBARU

EKONOMIENERGI

Bisakah APBN 2023 Menahan Lonjakan Kuota BBM Subsidi?

ADVERTISEMENTS

Menteri BUMN Erick Thohir dan Dirut Pertamina Nicke Widywati menjelaskan terkait penurunan harga jual BBM non subsidi di SPBU MT Haryono, Selasa (3/1).

ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat Memperingati Hari Kartini dari Bank Aceh Syariah
ADVETISEMENTS
Ucapan Belasungkawa Zakaria A Rahman dari Bank Aceh

JAKARTA — Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2022 masih mampu menahan lonjakan kuota BBM subsidi. Hanya saja, Institute for Development of Economics and Finance (Indef) mengungkapkan pada 2023 merupakan tahun konsolidasi fiskal.

ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat dan Sukses atas Pelantikan Reza Saputra sebagai Kepala BPKA

“Defisit APBN maksimal tiga persen terhadap PDB maka apabila terulang kembali lonjakan volume BBM subsidi seperti pada 2022 sejauh mana kapasitas fiskal 2023 akan menanggung?” kata Kepala Pusat Pangan, Energi, dan Pembangunan Berkelanjutan Indef Abra Talattov dalam webinar Indef, Selasa (14/2/2023).

ADVERTISEMENTS
Manyambut Kemenangan Idul Fitri 1445 H dari Bank Aceh Syariah
Berita Lainnya:
Antisipasi Praktik Curang Penjualan BBM, Polisi Cek Sejumlah SPBU di Gayo Lues

Agar defisit APBN 2023 tidak jebol melebihi tiga persen terhadap PDB, Abra mengatakan pemerintah akan menghadapi beberapa alternatif skenario kebijakan. Skenario pertama yakni pembatasan distribusi BBM dan LPG subsidi.

ADVERTISEMENTS

“Pembatasan distribusi BBM dan LPG subsidi diharapkan dapat menekan kuota minimal 10 persen sehingga defisit APBN dapat dijaga pada level dua persen,” ujar Abra.

ADVERTISEMENTS
Mudahkan Hidup Anda!, Bayar PBB Kapan Saja, Di Mana Saja! - Aceh Singkil

Dia menilai, penyesuaian harga jual BBM dan LPG minimal tujuh persen akan membantu defisit turun ke bawah tiga persen terhadap PDB. Opsinya, lanjut Abra, adalah kombinasi antara pembatasan distribusi BBM dan LPG serta penyesuaian harga empat persen dapat menurunkan defisit APBN ke bawah tiga persen terhadap PDB.

Berita Lainnya:
Indonesia Bersama Sejumlah Negara Tolak Pemberlakuan EUDR

Abra menambahkan, meskipun tren harga minyak mentah turun namun beberapa skenario harga bisa mencapai 100 dolar per barel bahkan lebih dari 110 dolar per barel. “Kita tentu waspada, ketika ketidakpastian tidak bisa diantisipasi nanti ruang fiskal sejauh mana bisa menahan gejolak.” tutur Abra.

Sumber: Republika

x
ADVERTISEMENTS

Reaksi & Komentar

Berita Lainnya

Tampilkan Lainnya Loading...Tidak ditemukan berita/artikel lainnya.
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi