Jumat, 03/05/2024 - 23:42 WIB
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi

TERBARU

LINGKUNGAN

Petunjuk dari Bintang, Usia Air di Bumi Mungkin Lebih Tua Dibandingkan Matahari

ADVERTISEMENTS

 JAKARTA—Asal usul air di dalam tata surya dan juga bumi masih kerap menyisakan pertanyaan di antara para ilmuwan. Akan tetapi, sebuah protobintang bernama V883 Orionis memberikan petunjuk bahwa usia air di bumi mungkin lebih tua dibandingkan matahari.

ADVERTISEMENTS
Selamat Memperingati Hardiknas dari Bank Aceh Syariah

Perlu diketahui, bintang seperti matahari awalnya terbentuk dari awan debu dan gas atau awan molekul di alam semesta. Ketika awan ini kolaps, sebuah protobintang akan terbentuk di bagian pusat awan tersebut.

ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat dan Sukses atas Pelantikan Reza Saputra sebagai Kepala BPKA
ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat Memperingati Hari Kartini dari Bank Aceh Syariah

Ketika hal tersebut terjadi, material dari awan tersebut akan membentuk sebuah cakram di sekitar protobintang. Dalam kurun waktu jutaan tahun, beragam unsur dalam cakram tersebut akan membentuk komet, asteroid, dan bahkan planet.

ADVERTISEMENTS
Manyambut Kemenangan Idul Fitri 1445 H dari Bank Aceh Syariah
ADVETISEMENTS
Ucapan Belasungkawa Zakaria A Rahman dari Bank Aceh

Hal ini pula yang sedang dialami oleh protobintang V883 Orionis. Sebagai protobintang, V883 Orionis masih dalam proses mengumpulkan massa dari awan molekul induknya dalam bentuk cakram gas dan debu yang berputar.

ADVERTISEMENTS
Selamart Hari Buruh

Tim peneliti yang merupakan bagian dari European Southern Observatory (ESO) menggunakan Atacama Large Millimeter/submillimeter Array (ALMA) untuk menganalisis V883 Orionis. Tim peneliti yang terdiri atas astronom ini mengungkapkan bahwa protobintang V883 Orionis berjarak 1.300 tahun cahaya dari bumi.

ADVERTISEMENTS
Top Up Pengcardmu Dimanapun dan Kapanpun mudah dengan Aplikasi Action

Tim peneliti lalu menemukan bahwa sebagian besar air yang ditemukan pada cakram di sekitar V883 Orionis terdiri dari air beku, sehingga instrumen yang digunakan peneliti tak bisa mendeteksinya. Akan tetapi, energi dari V883 Orionis membuat bagian tengah cakram menjadi lebih panas sehingga air di sekitar area tersebut muncul dalam bentuk gas.

ADVERTISEMENTS
PDAM Tirta Bengi Bener Meriah Aplikasi Action Bank Aceh
Berita Lainnya:
Matahari Buatan Korea Selatan Pecahkan Rekor Reaktor Fusi

Hal tersebut memungkinkan tim peneliti untuk mengidentifikasi komposisi kimia pada air tersebut. Instrumen yang digunakan tim peneliti juga memungkinkan mereka untuk memetakan distribusi air di sepanjang cakram.

ADVETISEMENTS
Ucapan Belasungkawa Thantawi Ishak mantan Komisaris Utama Bank Aceh

Hasil analisis menunjukkan bahwa cakram V883 Orionis memiliki air dalam jumlah setidaknya 1.200 kali lebih banyak dibandingkan dengan air di seluruh lautan bumi. Tim peneliti juga berhasil mendeteksi air berat, yaitu air yang terdiri dari isotop berat hidrogen bernama deuterium.

Air berat hanya bisa terbentuk dalam kondisi yang spesifik, ketika ada cukup energi untuk menghasilkan reaksi yang mengikat hidrogen, deuterium, dan oksigen. Air berat juga ditemukan secara alami di bumi namun dalam jumlah yang sangat kecil, dengan perbandingan satu molekul air berat untuk setiap 3.200 molekul air normal, seperti dilansir Indian Express

Rasio antara air normal dan air berat ini bisa digunakan oleh tim peneliti untuk menelusuri kapan dan di mana air terbentuk. Jalur perjalanan air di alam semesta, lanjut tim peneliti, bisa dilihat sebagai sebuah jejak.

Berita Lainnya:
Dua Mineral Baru Ditemukan di Bulan, Seperti Apa?

“Kita tahu ujung dari jalur tersebut seperti apa, yaitu air di planet dan komet, tetapi kita ingin menelusuri jalur tersebut hingga ke sumber awal air,” ujar astronom sekaligus ketua tim peneliti John J Tobin dari National Radio Astronomy Observatory, seperti dilansir Independent.

Dengan memahami jalur air di cakram V883 Orionis, tim peneliti bisa menelusuri asal mula air di dalam tata surya. Berdasarkan hasil analisis ini, tim peneliti menemukan bahwa air di dalam tata surya telah terbentuk sebelum matahari terbentuk.

Kesimpulan ini didapatkan setelah tim peneliti mempelajari komposisi air di cakram V883 Orionis. Menurut tim peneliti, komposisi air di cakram V883 Orionis sangat mirip dengan air yang terdapat dalam sistem planet yang telah terbentuk sejak miliaran tahun lalu, sebelum matahari terbentuk. Air inilah yang kemudian diturunkan ke komet dan juga bumi.

Temuan ini sejalan dengan sebuah studi telah dilakukan sebelumnya. Studi tersebut mengindikasikan bahwa lebih dari setengah air di planet bumi berusia lebih tua dibandingkan matahari. Akan tetapi, studi terbaru ini mengindikasikan bahwa semua air di bumi berusia lebih tua dari matahari. “V883 Orionis adalah mata rantai yang selama ini hilang (dan menyimpan jawaban seputar asal-usul air di tata surya),” jelas Tobin.

Sumber: Republika

ADVERTISEMENTS

x
ADVERTISEMENTS

Reaksi & Komentar

Berita Lainnya

Tampilkan Lainnya Loading...Tidak ditemukan berita/artikel lainnya.
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi