Selasa, 30/04/2024 - 00:57 WIB
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi

TERBARU

ASIAINTERNASIONAL

Perdana Menteri Australia Jamin Kapal Selam Tenaga Nuklir Buka Banyak Lapangan Kerja

ADVERTISEMENTS

 SYDNEY — Perdana Menteri Australia Anthony Albanese mengatakan Negeri Kanguru telah memberi pengarahan pada negara-negara Asia mengenai rencana pembangunan kapal selam tenaga nuklir. Media Australia melaporkan program itu dapat membuka 20 ribu lapangan kerja.

ADVETISEMENTS
Ucapan Belasungkawa Thantawi Ishak mantan Komisaris Utama Bank Aceh

Albanese, Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden dan Perdana Menteri Inggris Rishi Sunak bertemu di San Diego, AS, pada Senin (13/3/2023) ini. Mereka akan mengumumkan rencana pembelian kapal selam nuklir oleh Australia dalam satu dekade ke depan.

ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat dan Sukses atas Pelantikan Reza Saputra sebagai Kepala BPKA
ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat Memperingati Hari Kartini dari Bank Aceh Syariah

Albanese mengatakan Australia telah menginformasikan tentang rencana yang dikenal sebagai AUKUS. “Saya sudah berbicara dengan para pemimpin lain di kawasan, serta, menjelaskan posisi kami, dan telah diterima dengan baik dan dipahami mengapa kami melakukannya,” kata Albanese usai bertemu Sunak di San Diego.

ADVERTISEMENTS
Manyambut Kemenangan Idul Fitri 1445 H dari Bank Aceh Syariah
ADVETISEMENTS
Ucapan Belasungkawa Zakaria A Rahman dari Bank Aceh

Cina menolak pengiriman teknologi propulsi nuklir ke Australia. AUKUS merupakan kesepakatan trilateral Australia, Inggris, dan AS dalam menghadapi pembangunan militer Cina dan tekanannya pada Taiwan.

ADVERTISEMENTS
Berita Lainnya:
Menlu Retno: ASEAN Harus Bekerja Sama Atasi Tantangan Keamanan

Ketua eksekutif Perth USAsia Gordon Flake mengatakan pengumuman AS dan Inggris akan berbagi teknologi kapal selam tenaga nuklir pada Australia pada tahun 2021 lalu mengejutkan pemerintah negara-negara Asia Tenggara.  

ADVERTISEMENTS
Mudahkan Hidup Anda!, Bayar PBB Kapan Saja, Di Mana Saja! - Aceh Singkil

“Pemerintah benar untuk mengatasi: banyak kesalahpahaman awal mengenai kesepakatan ini di Asia Tenggara karena mereka tidak mengerti perbedaan kecil antara kapal selam tenaga nuklir dan kapal selam bersenjata nuklir, kekhawatiran itu telah lama hilang,” kata Flake.  

Di dalam negeri Albanese ditekan untuk menunjukkan bagaimana Australia mampu membayar proyek pertahanan termahal dalam sejarah negara itu serta bagaimana proyek tersebut dapat membuka lapangan kerja dan mendorong industri dalam negeri. Sebelumnya dilaporkan kapal selam pertama akan dibeli dari AS dan dalam tahap berikutnya proyek AUKUS akan melibatkan kapal selam rancangan Inggris.

Media setempat melaporkan pemerintah Australia memprediksi proyek ini akan membuka 20 ribu lapang kerja, termasuk 8.500 lapangan kerja dalam pembangunan kapal selam dalam 30 tahun ke depan.

Berita Lainnya:
Rumahnya di Bom Israel, Bayi Perempuan Meninggal Kepanasan di Tenda di Rafah

“Ini mengenai lapangan kerja, termasuk pekerjaan dan manufaktur dan terutama di Adelaide yang akan mendapat manfaat besar dari pengumuman ini, serta Western Australia,” katanya.

Kepala Kajian Pertahanan dan Strategis Australian National University Stephan Fruhlin mengatakan sebagian besar manufaktur untuk kapal selam kelas Collins milik Australia ini merupakan pabrik dalam negeri. Tapi hal itu tidak realistis bila mengharapkan hal yang sama untuk kapal selam tenaga nuklir.

“Sebagian besar akan dibangun di luar negeri, di reaktor nuklir, kelas politik mengkondisikan pada masyarakat Australia untuk berharap pengeluaran pertahanan akan baik untuk lapangan kerja Australia, katanya.

Flake mengatakan Albanese benar untuk fokus pada dampak ekonomi jangka panjang dari pengadaan armada kapal selam tenaga nuklir. “Kami tidak boleh terpaku dari mana kapal pertama akan dibangun dan berapa banyak pekerja galangan kapal, pelayanan dan pemeliharan kapal membuka lapangan kerja lebih banyak dari pembangunannya,” katanya.

sumber : Reuters

Sumber: Republika

x
ADVERTISEMENTS

Reaksi & Komentar

Berita Lainnya

Tampilkan Lainnya Loading...Tidak ditemukan berita/artikel lainnya.
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi