Rabu, 29/05/2024 - 07:13 WIB
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi

TERBARU

EKONOMIENERGI

OPEC Pangkas Produksi Minyak, Waspada Beban Subsidi BBM Membengkak

JAKARTA — Beban fiskal untuk mensubsidi harga bahan bakar minyak (BBM) diproyeksi bakal bertambah seiring dengan kemungkinan kenaikan harga minyak dunia imbas langkah Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak dan mitranya (OPEC Plus) memangkas produksi minyak.

ADVERTISEMENTS
Selamat & Sukses kepada Pemerintah Aceh

OPEC Plus memutuskan untuk kembali menambah pemangkasan produksi minyak sekitar 1,16 juta barel per hari mulai Mei 2023 atau total menjadi 3,66 juta barel per hari. Itu setara dengan 3,7 persen permintaan dunia.

ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat & Sukses atas Pelantikan Pejabat di Pemerintah Aceh

Pengamat Ekonomi Energi dari Universitas Gadjah Mada, Fahmy Radhi, menuturkan, Indonesia akan menjadi negara yang sangat dirugikan karena telah ketergantunag terhadap impor minyak. Tercatat rerata lifting minyak tersisa 700 ribu barel per hari dari kebutuhan sekitar 1,4 juta barel per hari.

ADVERTISEMENTS
QRISnya satu Menangnya Banyak

 

ADVERTISEMENTS
Bayar PDAM menggunakan Aplikasi Action Bank Aceh Syariah - Aceh Selatan

“Indonesia sebagai net importir sangat dirugikan karena akan menguras devisa dan yang penting ini juga menambah beban APBN dalam bentuk subsidi BBM Pertalite dan Solar,” kata Fahmy kepada Republika, Senin (3/4/2023).

Kementerian Keuangan mencatat, hingga Februari 2023, total subsidi energi dari APBN yang telah disalurkan mencapai Rp 11,8 triliun atau naik 12,1 persen dibandingkan periode sama tahun lalu. Subsidi tersebut diberikan untuk BBM bersubsidi, gas elpiji tiga kilogram, serta subsidi listrik.

ADVERTISEMENTS
Top Up Pengcardmu Dimanapun dan Kapanpun mudah dengan Aplikasi Action
Berita Lainnya:
Seberapa Besar Dampak Kematian Raisi pada Harga Minyak dan Pasar Saham?

Fahmy mengatakan, opsi menaikkan harga Pertalite dan Solar hampir tak mungkin dilakukan karena bakal melanggar amanat konstitusi sebab negara harus hadir meringankan beban masyarakat. Oleh karena itu, sebagai konsekuensi, beban fiskal pemerintah yang akan menahan laju kenaikan harga minyak dunia.

ADVERTISEMENTS
PDAM Tirta Bengi Bener Meriah Aplikasi Action Bank Aceh

“Ada BBM nonsubsidi yang itu bisa dilakukan penyesuaian harga oleh Pertamina, artinya sudah dilepas ke pasar,” ujarnya.

ADVERTISEMENTS

Fahmy meyakini kenaikan harga minyak dunia akibat pemangkasan kemungkinan tidak akan tinggi. Pasalnya, pengaruh OPEC terhadap variabel pembentuk harga minyak dunia tak sekuat dulu. Ada Rusia sebagai produsen minyak yang turut dapat membanjiri pasar lewat pihak ketiga seperti China, India, hingga Arab Saudi.

ADVERTISEMENTS

Ia pun memproyeksi kenaikan harga minyak dunia paling tinggi akan berkisar 90 dolar AS per barel atau masih sama dengan asumsi dasar ekonomi makro Indonesia 2023. Dikutip dari oilprice.com, harga minyak acuan West Texas Intermediate (WTI) hingga Senin (3/4/2023) untuk kontrak Mei 2023 tercatat sebesar 79,14 dolar AS per barel atau mengalami kenaikan 4,76 persen. 

Berita Lainnya:
Pupuk Indonesia Pastikan Alokasi Pupuk Bersubsidi Tepat Sasaran

“Sebelumnya, harga bisa naik di atas 100 dolar AS per barel karena minyak Rusia tidak masuk pasar. Sekarang, Rusia masuk pasar, jadi 90 dolar AS per barel itu maksimal,” kata Fahmy.

Direktur Eksekutif ReforMiner Institute, Komaidi Notonegoro menuturkan, penurunan harga minyak dunia yang sempat menyentuh 70 dolar AS per barel membuat para produsen tidak diuntungkan dan sulit mencapai target fiskal negara.

“Kemungkinan ini digunakan untuk mengerek harga lagi. Tentu akan terasa dampaknya (ke Indonesia),” kata Komaidi.

Harga bahan bakar minyak (BBM) di dalam negeri per 1 April 2023 tengah mengalami penurunan, seperti yang dilakukan oleh Pertamina, Shell, dan BP sebagai penyediaan BBM di Indonesia. Menjelang masa mudik lebaran, besar harapan masyarakat agar harga BBM dapat kembali turun agar lebih terjangkau terlebih didukung oleh penguatan nilai tukar rupiah.

“Tapi, dengan adanya penyesuaian ini, dalam satu-dua bulan ke depan peluang untuk harga turun jadi kecil. Tapi kalau kenaikan, relatif bisa ditahan pemerintah terutama untuk BBM bersubsidi karena ini berkaitan dengan kapasitas fiskal pemerintah,” kata Komaidi.

Sumber: Republika

ADVERTISEMENTS
x
ADVERTISEMENTS

Reaksi & Komentar

Berita Lainnya

Tampilkan Lainnya Loading...Tidak ditemukan berita/artikel lainnya.
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi