Mengapa Manusia Bisa Bermuka Dua?

Ⓒ Hak cipta foto di atas dikembalikan sesungguhnya kepada pemilik foto

Orang-orang kafir dan munafik kelak akan ditempatkan di neraka. FOTO/Munafik/ilustrasi

JAKARTA –Goncangan hidup dapat berdanpak pada ragamnya perilaku manusia. Salah satunya manusia bermuka dua.

ADVERTISEMENTS

Imam Masjid New York, Imam Shamsi Ali mengatakan sifat bermuka dua lebih dikenal dengan “double standard personality” juga dikenal dengan “split personality” ini sangat berbahaya.

ADVERTISEMENTS

“Karena anda akan menemukan di hadapan anda seseorang yang berubah di belakang anda. Karakter orang yang seperti ini juga dikenal dalam bahasa agama disebut dzul wajhaen,”ujar dia.

Sebuah karakter yang dilabel sebagai “asyarrin naas” (seburuk-buruk) manusia (hadits).

 

ADVERTISEMENTS

Manusia berwajah dua paling pintar menampilkan keindahan di hadapan seseorang. Namun di belakangnya dia akan menusuk tanpa belas kasih dan rasa. Tersenyum manis tapi beri’tikad bengis.

ADVERTISEMENTS

Dalam dunia informasi, khususnya dunia maya dan media sosial, hal seperti ini dapat ditangkap dengan mudah. Seseorang seringkali tampil seolah zuhud, wars’, bahkan nampak suci dengan postingan-postingan pesan seolah dunia tidak penting.

Postingan-postingannya seolah menafikan urgensi dunia. Bahkan seringkali dengan meme tangisan seolah menampilkan hati yang lembut.

ADVERTISEMENTS

Akan tetapi kenyataannya dibalik dari postingan-postingan itu, Allah Maha Tahu, seseorang itu memiliki kepentingan duniawi yang diselimuti oleh propaganda-propaganda ukhrawi.

ADVERTISEMENTS

Di sinilah puasa hadir dengan keberkahannya. Puasa yang benar akan meluruskan seseorang, baik pada karakter batin maupun karakter lahirnya. Puasa yang merupakan ibadah yang paling personal sifatnya pertama kali mengajarkan kejujuran pada diri sendiri. Bahwa apa yang dinampakkan secara lahir harusnya selaras dengan kata batin.

Kejujuran pada diri itu terbangun di atas kejujuran pada Pencipta. Karena memang “iman” yang memang menjadi asas perintah puasa (wahai orang-orang yang beriman diwajibkan atasmu berpuasa). Dengan kejujuran batin ini akan terlahir karakter lahir yang juga jujur.

Kadang memang kejujuran itu pahit. Tapi itu lebih mulia dari karakter paradoksikal pada diri seseorang.

Semoga puasa menjaga kita dari sifat diuble standard dan wajah ganda ini. Dunia telah muak dengan kepura-puraan dan kemunafikan. Bahkan kepura-puraan dalam ekspresi relijiositas sekalipun.

Sumber: Republika

ADVERTISEMENTS
x
ADVERTISEMENTS
Exit mobile version