Jumat, 03/05/2024 - 06:42 WIB
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi

TERBARU

EROPAINTERNASIONAL

Monumen Holocaust Kritik Kesepakatan Israel-Polandia

ADVERTISEMENTS

 YERUSALEM — Kantor tugu peringatan korban Holocaust, Yad Vashem mengkritik kesepakatan perjalanan siswa Israel ke Polandia. Yad Vashem mengatakan perjalanan itu merekomendasikan sejumlah lokasi problematik yang mendistorsi sejarah.

ADVERTISEMENTS
Selamat Memperingati Hardiknas dari Bank Aceh Syariah

Pernyataan ini disampaikan beberapa pekan setelah Israel dan Polandia mengumumkan kerja sama untuk memperbaiki hubungan yang rusak akibat ketidaksepakatan mengenai perilaku Polandia selama Holocaust. Perjalanan siswa Israel ke Polandia menjadi salah satu pokok perdebatan.

ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat dan Sukses atas Pelantikan Reza Saputra sebagai Kepala BPKA
ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat Memperingati Hari Kartini dari Bank Aceh Syariah

Dalam kesepakatan 22 Maret yang telah diratifikasi parlemen dua negara, menekankan pentingnya pendidikan pemuda-pemudi dan kebutuhan untuk mengungkapkan cerita utuh masa kelam Holocaust dan Perang Dunia II. Surat kabar Haaretz yang pertama kali melaporkan isi kesepakatan tersebut.

ADVERTISEMENTS
Manyambut Kemenangan Idul Fitri 1445 H dari Bank Aceh Syariah
ADVETISEMENTS
Ucapan Belasungkawa Zakaria A Rahman dari Bank Aceh

Kesepakatan itu juga mengajak untuk mengunjungi “lokasi-lokasi peringatan Holocaust dan kejahatan lain selama Perang Dunia II” termasuk lokasi yang sangat penting bagi sejarah dua negara. Kelompok siswa wajib mengunjungi setidak satu lokasi dari daftar panjang museum dan lokasi bersejarah yang direkomendasikan pemerintah.

ADVERTISEMENTS
Selamart Hari Buruh

 

ADVERTISEMENTS
Top Up Pengcardmu Dimanapun dan Kapanpun mudah dengan Aplikasi Action

“(Perjalanan ini harus berisi) sejarah lengkap yang akurat, termasuk peran Polandia dalam persekusi, menangani dan membunuh orang Yahudi selama Holocaust serta aksi penyelamatannya,” kata Yad Vashem dalam pernyataannya, Selasa (11/4/2023).

ADVERTISEMENTS
PDAM Tirta Bengi Bener Meriah Aplikasi Action Bank Aceh

Yad Vashem mengatakan daftar lokasi yang direkomendasikan untuk dikunjungi di Polandia disusun tanpa masukan dari mereka. “(Termasuk) lokasi problematik yang seharusnya tidak boleh dikunjungi dalam konteks pendidikan,” tambahnya.

ADVETISEMENTS
Ucapan Belasungkawa Thantawi Ishak mantan Komisaris Utama Bank Aceh

Daftar itu termasuk lusinan lokasi termasuk galeri seni, istana kerajaan dan museum sejarah Yahudi yang sudah populer di kalangan turis Yahudi. “Dua negara mencapai kesepakatan, baik bagi anak-anak muda untuk mempelajari semua aspek sejarah Yahudi, Israel dan Polandia, tidak terbatas pada Holocaust,” kata Kementerian Luar Negeri Polandia.

Berita Lainnya:
Hamas: AS Berikan Perlindungan Politik pada Pembantaian Israel

Yad Vashem tidak mengungkapkan lokasi mana yang mereka anggap problematik. Tapi daftar itu mencakup Ulma Family Museum, lokasi yang menceritakan sebuah keluarga Polandia yang menyelamatkan orang-orang Yahudi selama Holocaust.

Museum itu dikritik karena menggambarkan sebuah keluarga, yang dibunuh bersama orang-orang Yahudi yang mereka tampung, mencerminkan sebagian besar keluarga Polandia saat itu. Bukan minoritas kecil yang mempertaruhkan nyawa mereka.

Museum lainnya memperingati apa yang di Polandia disebut “tentara terkutuk”, pejuang anti-komunis yang beberapa diantaranya berkolaborasi dengan Nazi dan membunuh Yahudi di akhir perang dan setelah perang. Sebagai upaya mencegah Polandia jatuh ke tangan komunis.

Kementerian Luar Negeri Israel mengecilkan kontroversi itu. Mereka mengatakan daftar tersebut sudah disetujui Kementerian Pendidikan Israel dan mencakup berbagai suara termasuk museum POLIN yang populer, lokasi yang menceritakan sejarah Yahudi Polandia.

Masuknya lokasi-lokasi kontroversial ke daftar itu mungkin berakar dari politik Polandia sendiri dibandingkan pendidikan lintas negara. Pemerintah nasionalis Polandia dapat menjadikan daftar itu untuk menarik suara pada basis politiknya menjelang pemilihan parlemen yang digelar musim gugur ini.

Polandia telah menjadi salah satu sekutu terdekat Israel di Eropa. Tapi beberapa tahun terakhir hubungan dua negara itu memburuk akibat ketidaksepakatan mengenai sejarah keterlibatan Polandia dalam pembunuhan orang Yahudi yang dilakukan Nazi Jerman selama Perang Dunia II.

Berita Lainnya:
Israel Pastikan Serangan ke Rafah Sudah di Depan Mata

Nazi menduduki Polandia pada tahun 1939 dan membunuh jutaan Yahudi dan non-Yahudi di negara itu. Tidak seperti negara lain yang diduduki Jerman saat itu, tidak ada pihak dari pemerintah Polandia yang berkolaborasi dengan Nazi.

Sementara beberapa orang Polandia mempertaruhkan nyawa mereka untuk menyelamatkan orang Yahudi. Beberapa membantu Jerman memburu dan membunuh mereka.

Pemerintah dari kubu nasionalis yang berkuasa saat ini berusaha menggambarkan kejahatan orang Polandia selama Perang Dunia II sebagai fenomena marjinal dan fokus pada bagaimana orang-orang Polandia menyelamatkan orang Yahudi. Sejarawan, pihak berwenang Israel, dan penyintas persekusi di Polandia selama dan setelah perang mengecam sikap pemerintah nasionalis dan menuduh pemerintah berusaha menutupi sejarah.

Selama bertahun-tahun anak-anak muda Israel berziarah ke Auschwitz dan lokasi Holocaust dan bersejarah lainnya. Tapi tahun lalu Israel membatalkan perjalanan itu, mengklaim pemerintah Polandia berusaha mengendalikan kurikulum pelajaran Holocaust yang diajarkan ke anak-anak Israel.

Dalam tajuk rencananya, Haaretz menulis kesepakatan ini “datang dengan biaya yang besar bagi Israel.” Surat kabar itu menuduh pemerintah meremehkan kenangan Holocaust atas nama diplomasi.

Haaretz mencatat Israel memperingati hari Holocaust pekan depan. “Kita tidak boleh lupa orang-orang yang telah sepakat untuk menjual kenangan Holocaust,” tambah surat kabar itu.

Sudah Beralih ke Motor Listrik? Merek Apa yang Sudah Nangkring di Garasi Kamu?

Suka Pakai Aplikasi Paylater? Favorit Kamu yang Mana?

ADVERTISEMENTS

x
ADVERTISEMENTS
1 2

Reaksi & Komentar

Berita Lainnya

Tampilkan Lainnya Loading...Tidak ditemukan berita/artikel lainnya.
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi