Harian Aceh Indonesia menampilkan berbagai iklan online kepada para pengunjung. Mohon dukungannya untuk membiarkan situs kami ini tetap menayangkan iklan dan dijadikan whitelist di ad blocker browser anda.
OPINI
OPINI

Usia Masih Belia Tapi Tingkah Lakunya Kian Menggila

Siapa yang menyangka, anak kecil yang belum sempurna akal pikirannya. Namun, bisa berbuat kejam dan sadis bak orang dewasa yang tak lagi terkontrol emosinya. Anak-anak saat ini mulai terlatih dengan kejahatan ganas yang kian memanas. Emosinya yang gampang meledak-ledak dan tak pandai bersikap saat berhadapan dengan berbagai masalah.

Sebut saja bocah kelas 2 di salah satu Sekolah Dasar Negeri (SDN) di Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat (Jabar), meninggal dunia akibat dikeroyok oleh kakak kelasnya pada Senin (15/5/2023). Berdasarkan keterangan dokter, korban mengalami luka pada bagian organ dalamnya. Dokter mengatakan bahwa hasil visum korban mengalami luka pecah pembuluh darah, dada retak, dan tulang punggung retak. (Kompas.com, 20 Mei 2023)

Secara manusiawi, perilaku ini tentu sangat menyayat hati. Sungguh tak di sangka, anak-anak yang terlihat lugu itu ternyata mampu membuat perencanaan kematian untuk temannya sendiri dengan motif pengeroyokan. Miris, ini benar-benar sangat sadis.

Kasus pengeroyokan yang dilakukan oleh anak SD ini bukanlah kasus pertama dan tak ada jaminan menjadi kasus terakhir apabila masih berada dalam sistem sekular saat ini. Karena pada faktanya kasus serupa banyak terjadi di wilayah lain dengan berbagai motif kejahatan. Belum lagi kasus bullying yang banyak memakan korban, terus berulang terjadi terutama di bangku sekolah dan tak terkecuali sampai ke perguruan tinggi. Mulai dari kasus tawuran karena masalah sepele hingga berani membawa benda tajam ke sekolah. Ditambah kasus perkelahian yang berujung kematian dan masih banyak lainnya yang membuat semua resah dan gundah.

Bagaimana dengan masa depan mereka dan masa depan bangsa ini. Jika para generasi tak lagi cerdas menyelesaikan masalah dengan solusi yang tepat. Hanya mengandalkan emosi sesaat yang merugikan dirinya dan orang lain. Ingin dilihat hebat padahal tak lebih dari benih penjahat yang rusak dan merusak masyarakat serta tatanan peradaban manusia.

Selain kasus kekerasan, saat ini ada yang tak kalah mengerikan, anak-anak sudah terlibat dalam kasus pelecehan seksual. Mungkin berawal dari pacaran sampai mengarah pada hal-hal intim yang harusnya untuk anak seusia itu belum saatnya mereka tahu. Misalnya berita yang sempat viral, anak SD menulis surat berisi kata-kata mesum yang dia berikan kepada lawan jenisnya di beberapa waktu silam. Itu artinya di alam bawah sadar kebanyakan anak-anak zaman sekarang sudah disetir oleh pemikiran seks yang agaknya telah mereka lihat sendiri secara nyata atau lewat android yang bebas dilihatnya kapanpun dia mau.

Berita Lainnya:
Penemuan Pemancar Cahaya Baru yang Diakui Dunia Internasional

Hal tersebut sangat mengerikan, perkara ini jika tidak diselesaikan akan menjadi bola salju yang yang terus membesar seiring berjalannya waktu. Karena kasus yang terjadi saat ini jumlahnya banyak, maka ini adalah masalah sistemik yang bersifat global. Mengapa demikian, karena jika hanya satu atau dua anak saja yang melakukannya mungkin hanyalah masalah kegagalan parenting keluarga saja.

Oleh karena itu, hal ini bisa terjadi tak lain karena kita masih tinggal dalam sistem yang tidak islami, sistem yang tak jelas tolak ukur perbuatan manusia, sistem yang menjunjung tinggi kebebasan dan sistem pendidikan yang berlandaskan sekulerisme yang gagal mencetak generasi yang berkualitas. Apalagi di era digital saat ini, di mana semua bisa diakses dalam waktu beberapa menit saja. Bahkan tanpa dicari bisa muncul sendiri. Menawarkan dengan berbagai model dan variasi serta gaya kekinian yang menyita setiap mata orang yang melihatnya. Apalagi kalau bukan konten seksual atau konten yang minim dari pengajaran alias konten sampah.

Konten yang tak pantas ini berkeliaran bebas di sosial media. Siapapun bebas menonton dan membuat konten apapun tanpa batasan. Negara telah abai dengan tontonan yang menjadi tuntunan anak muda zaman sekarang. Yang pastinya sangat jauh dari nilai-nilai Islam dan mengajarkan hal-hal negatif yang dapat merusak generasi. Sebaliknya, konten yang bernuansa islami diolok-olok bahkan diblokir dengan alasan mengandung paham radikal dan teror. Padahal tak ada buktinya, karena semua tuduhan itu sengaja disematkan oleh barat untuk menaruh paham Islamophobia di tengah-tengah umat Islam.

Berita Lainnya:
Kabar Baik yang Ditunggu di Penghujung 2023, Netanyahu Segera Diadili sebagai Penjahat Perang

Kehidupan yang jauh dari Islam dan ketakutan yang sengaja diciptakan ini berhasil menjadikan kaum muslimin abai dengan agamanya dan enggan menjalankannya. Padahal di balik semua persoalan yang terjadi tidak lain lahir dari sistem yang memisahkan agama dari kehidupan. Sehingga yang terjadi, mendidik anak dengan parenting Islam bagi orang tua menjadi kalah pentingnya dengan kesibukan mengejar dunia yang tiada artinya. Anak tak diberi landasan yang kuat dalam hidupnya, tak ditanamkan ketakwaan sejak dini kepada mereka. Sehingga wajar saja mereka tak ada filter atas perbuatan yang berada dalam kendalinya. Padahal Islam telah menjelaskan dunia parenting sedemikian rupa untuk mencetak generasi emas yang baik tingkah lakunya dan berguna untuk bangsa serta agamanya.

Tak heran, jika menoleh pada sejarah, ada banyak umat Islam yang tercetak menjadi generasi tangguh, lahir secara masal dari sistem pendidikan Islam. Sebut saja Imam Syafi’i, di usianya yang belia dia telah menghafal seluruh isi Qur’an dan hadits, mengkhatamkan kitab para ulama sampai ia mampu menulis kitab dengan kandungan ilmu yang sangat luar biasa. Jasanya terhadap umat Islam sungguh tak terbalaskan. Ia mewariskan ilmu dari hasil ijtihadnya melalui kitab-kitab yang dituliskannya. Zaman di mana ulama dan para faqihufiddin serta para ilmuan yang berperan untuk kemaslahatan umat tercetak secara sistematis dari sistem pendidikan Islam. MasyaAllah

Oleh karena itu, sejarah kegemilangan Islam hendaknya kembali terwujud. Karena penerapan Islam secara paripurna adalah perkara yang sangat mendesak. Dan hanya dengan Islam generasi bisa diselamatkan. Akan banyak kerusakan yang terus bermunculan karena ketiadaan sistem Islam. Sehingga upaya penegakannya harus senantiasa terus diperjuangkan. Karena hanya ada dua pilihan, khilafah tegak di depan mata atau mati di atas jalan perjuangan menegakkannya. Wallahu a’lam.

**). Penulis: Jumratul Sakdiah, S.Pd, Penulis adalah Pendidik Generasi

Reaksi & Komentar

Berita Lainnya

Click to Hide Advanced Floating Content

Click to Hide Advanced Floating Content