Kamis, 02/05/2024 - 08:38 WIB
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi

TERBARU

EROPAINTERNASIONAL

Pesaing Erdogan Jual Isu Anti-Migran

ADVERTISEMENTS

ANKARA — Calon presiden Turki Kemal Kilicdaroglu menjual retorika anti-migran untuk mencoba membalikkan keadaan di putaran kedua pemilihan presiden pada Ahad (28/5/2023). Presiden pejawat Recep Tayyip Erdogan berhasil mengunggulinya pada putaran pertama dan berhasil berkoalisi dengan Sinan Ogan yang berada di posisi ketiga.

ADVETISEMENTS
Ucapan Belasungkawa Thantawi Ishak mantan Komisaris Utama Bank Aceh

Untuk menarik perhatian publik, Kilicdaroglu mengumumkan kesepakatan dengan pemimpin sayap kanan  Victory Party Umit Ozdag untuk mendukungnya dalam putaran kedua pada 24 Mei 2023. Ozdag merupakan sosok yang memiliki pandangan anti-migran bahkan xenofobik yakni ketidaksukaan terhadap orang-orang dari negara lain atau yang dianggap asing.

ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat dan Sukses atas Pelantikan Reza Saputra sebagai Kepala BPKA
ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat Memperingati Hari Kartini dari Bank Aceh Syariah

Ozdag mengatakan, kepergian migran yang dijanjikan akan mengangkat “beban” ekonomi dan menghentikan Turki menjadi “istana migran”. Menurut data resmi, Turki memiliki populasi pengungsi terbesar di dunia sebanyak lima juta jiwa.

ADVERTISEMENTS
Manyambut Kemenangan Idul Fitri 1445 H dari Bank Aceh Syariah
ADVETISEMENTS
Ucapan Belasungkawa Zakaria A Rahman dari Bank Aceh

Stereotip xenofobik pun digunakan dengan menuduh pengungsi Suriah dan Afghanistan melakukan pencurian, pelecehan seksual, dan kejahatan lainnya. Ozdag mengatakan, bahwa memulangkan migran akan membuat jalanan kembali aman.

ADVERTISEMENTS

 

ADVERTISEMENTS
Mudahkan Hidup Anda!, Bayar PBB Kapan Saja, Di Mana Saja! - Aceh Singkil

Bahasa yang mengandung unsur xenofobik hingga poster anti-migran pun digunakan dalam kampanye terbaru Kilicdaroglu. Poster-poster yang digantung di tiang lampu dan di atas jalan bawah tanah sangat mengkhawatirkan warga Suriah.

Berita Lainnya:
Setelah Dubai, Kini Provinsi Guangdong Terancam Banjir Besar 

“Bisakah seseorang dengan sedikit kemanusiaan menerima untuk melihat tanda-tanda yang tergantung di dinding sekolah dan jalan-jalan ramai yang mengancam akan mendeportasi warga Suriah?” tanya Ahmad, warga Suriah yang telah berkewarganegaraan Turki.

Ahmad menyatakan kekhawatiran tanda-tanda itu akan mempengaruhi anak-anak Suriah yang bisa membaca bahasa Turki karena mereka dididik dalam bahasa tersebut. Dia menggambarkan kampanye yang dilakukan Kilicdaroglu sebagai ujaran kebencian yang menjijikkan.

Meskipun Erdogan lebih ramah terhadap warga Suriah dan migran lainnya di Turki, dia juga mengambil langkah untuk mempercepat kembalinya migran ke Suriah. Janji-janji dari kedua pihak menyebabkan banyak orang bertanya-tanya apakah mereka harus memulai lagi setelah melarikan diri dari perang mematikan di tanah air.

Terlebih lagi, jika kembali ke Suriah, kondisi masih tidak stabil. Kehidupan di seberang perbatasan juga sangat sulit, dengan infrastruktur yang rusak, ekonomi yang porak-poranda, dan ancaman terus-menerus bahwa perang bisa tiba-tiba meletus lagi. Orang-orang di wilayah yang dikuasai pemberontak Suriah yang didukung Turki takut akan pembalasan jika pemerintah merebut kembali wilayah tersebut.

Dengan nasib mereka menjadi masalah politik yang berkembang, banyak warga Suriah mungkin masih merasa tidak nyaman bahkan jika Erdogan mengalahkan Kilicdaroglu. Seperti para pemimpin regional lainnya, Erdogan juga memperbaiki hubungan dengan Presiden Suriah Bashar al-Assad  Keputusan itu meningkatkan kemungkinan pemulihan hubungan yang dapat membuat khawatir banyak warga Suriah di Turki.

Berita Lainnya:
Prabowo dan Erdogan Saling Ucapkan Selamat Hari Raya Idul Fitri

Saad Abdalkader yang telah tinggal di Turki sejak 2015, mengatakan, dia tidak bisa membayangkan tidak ada stabilitas di Suriah ketika Assad memegang kekuasaan. Dia sedang mempertimbangkan untuk pergi ke Eropa untuk mencari keselamatan.

Abdalkader menceritakan sebuah kejadian ketika seorang teman dirampok tetapi dia khawatir akan diserang jika pergi ke polisi. Kondisi ini menggambarkan posisi genting yang dirasakan banyak orang Suriah di Turki.

Warga Suriah yang bekerja di lembaga ekonomi TEPAV yang berbasis di Ankara Omar Kadkoy mengatakan, warga Suriah masih menghadapi kesengsaraan dan ketakutan di negara asal. Mereka juga masih merasa seperti negeri asing.

“Ini bukan keputusan yang mudah untuk dibuat,” katanya tentang kembali secara sukarela ke Suriah.

Bahkan untuk anak-anak Suriah di Turki, Suriah terasa tidak nyata. “Mereka dibentuk oleh segala sesuatu yang berbau Turki. Bagi mereka, Suriah adalah dongeng sebelum tidur,” ujar Kadkoy.

sumber : Reuters

Sumber: Republika

ADVERTISEMENTS

x
ADVERTISEMENTS

Reaksi & Komentar

Berita Lainnya

Tampilkan Lainnya Loading...Tidak ditemukan berita/artikel lainnya.
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi