Jumat, 24/05/2024 - 23:49 WIB
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi

TERBARU

ASIAINTERNASIONAL

Uni Eropa Jatuhkan Lebih Banyak Sanksi terhadap Pejabat dan Entitas Myanmar

Junta Myanmar. ilustrasi

ADVERTISEMENTS
QRISnya satu Menangnya Banyak

 BRUSSELS — Uni Eropa pada hari Kamis (20/7/2023), yang menjatuhkan sanksi ketujuh kalinya terhadap Myanmar. Pemberian sanksi yang lebih banyak kepada Myanmar ini, sebagai tanggapan atas apa yang dikatakan Uni Eropa bahwa eskalasi kekerasan dan pelanggaran hak asasi manusia di Myanmar terus meningkat sejak kudeta militer tahun 2021, yang menggulingkan pemimpin terpilih Aung Suu Kyi.

ADVERTISEMENTS
Bayar PDAM menggunakan Aplikasi Action Bank Aceh Syariah - Aceh Selatan

Sanksi baru ini menargetkan enam orang dan satu entitas, termasuk menteri imigrasi dan kependudukan, menteri tenaga kerja, serta menteri kesehatan dan menteri olahraga, kata Uni Eropa dalam sebuah pernyataan. “Langkah-langkah pembatasan saat ini berlaku untuk total 99 individu dan 19 entitas. Merekayang ditetapkan tunduk pada pembekuan aset dan larangan perjalanan, yang mencegah mereka memasuki atau transit melalui wilayah Uni Eropa,” tambahnya.

Berita Lainnya:
Mahasiswa Universitas Jenewa Lanjutkan Aksi Dukung Palestina

“Selain itu, orang dan entitas Uni Eropa dilarang menyediakan dana bagi mereka yang terdaftar.”

Myanmar telah mengalami kekacauan sejak kudeta tahun 2021, dengan gerakan perlawanan kelompok etnis minoritas yang melawan junta militer di berbagai bidang. Terlebih ketika pasukan militer melakukan penumpasan berdarah terhadap para penentang yang membuat sanksi Barat diberlakukan kembali.

ADVERTISEMENTS
PDAM Tirta Bengi Bener Meriah Aplikasi Action Bank Aceh
Berita Lainnya:
MUI: Bubarkan Mahkamah Internasional Kalau tak Berani Tangkap Benjamin Netanyahu

Junta mengatakan bahwa mereka harus mengambil alih kekuasaan Myanmar, karena kecurangan pemungutan suara dalam pemilihan umum pada November 2020, yang dengan mudah dimenangkan oleh partai Suu Kyi. Sementara kelompok-kelompok sipil pemantau pemilu tidak menemukan bukti adanya kecurangan massal.

ADVERTISEMENTS
Top Up Pengcardmu Dimanapun dan Kapanpun mudah dengan Aplikasi Action

Junta militer sebelumnya menyalahkan pandemi Covid-19 dan kelompok-kelompok perlawanan bersenjata atas kegagalannya mencapai perdamaian. 

sumber : Reuters

ADVERTISEMENTS

Sumber: Republika

ADVERTISEMENTS

ADVERTISEMENTS
x
ADVERTISEMENTS

Reaksi & Komentar

Berita Lainnya

Tampilkan Lainnya Loading...Tidak ditemukan berita/artikel lainnya.
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi