Selasa, 30/04/2024 - 02:28 WIB
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi

TERBARU

ASIAINTERNASIONAL

Dilanda Kebakaran Lahan, Australia Siaga Musim Kering Ekstrem

ADVERTISEMENTS

 SYDNEY — Empat tahun sejak kebakaran hutan menghancurkan sebagian besar wilayah tenggara Australia dan menewaskan 33 orang, kini negara ini sekali lagi dalam keadaan siaga tinggi. Australia bersiap-siap menghadapi apa yang menurut para ahli cuaca akan menjadi periode terpanas dan terkering sejak apa yang disebut Musim Panas Hitam.

ADVETISEMENTS
Ucapan Belasungkawa Thantawi Ishak mantan Komisaris Utama Bank Aceh

Menjelang musim semi Australia, yang dimulai pada bulan September, rekor panas dipecahkan di daerah padat penduduk di sekitar Sydney. Di mana di wilayah itu, beberapa sekolah regional ditutup karena risiko kebakaran hutan sebulan sebelum musim kebakaran hutan resmi dimulai.

ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat dan Sukses atas Pelantikan Reza Saputra sebagai Kepala BPKA
ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat Memperingati Hari Kartini dari Bank Aceh Syariah

Kondisi itu menambah ketegangan, hujan lebat yang tidak biasa sejak kebakaran tahun 2019 dan 2020 telah memacu pertumbuhan vegetasi. Itu menghasilkan lebih banyak dedaunan untuk dibakar dalam sistem cuaca El Nino, yang ditandai dengan cuaca panas dan kering, yang diumumkan pada hari Selasa (19/9/2023).

ADVERTISEMENTS
Manyambut Kemenangan Idul Fitri 1445 H dari Bank Aceh Syariah
ADVETISEMENTS
Ucapan Belasungkawa Zakaria A Rahman dari Bank Aceh

“Setelah kita benar-benar mengeringkan lanskap dari kondisi basah, bisa jadi kita akan mendapatkan lanskap yang sangat kering tetapi sekarang memiliki banyak bahan bakar karena pertumbuhan vegetasi yang sangat baik,” kata Jason Evans, seorang profesor di Pusat Penelitian Perubahan Iklim di University of New South Wales.

ADVERTISEMENTS
Berita Lainnya:
World Central Kitchen Tuntut Penyelidikan Independen Atas Serangan Israel

 

ADVERTISEMENTS
Mudahkan Hidup Anda!, Bayar PBB Kapan Saja, Di Mana Saja! - Aceh Singkil

“Itu adalah kondisi yang sempurna untuk kebakaran hutan,” katanya. Warga Australia juga menyaksikan dengan muram saat kebakaran hutan melanda Eropa dan Amerika Utara pada musim panas tahun 2023. 

Sekarang ada perasaan bahwa kembali giliran Australia lagi, dengan pemanasan global yang semakin cepat dan memperbesar perubahan pola cuaca, menurut para ilmuwan iklim.

Dari 10 tahun terpanas yang tercatat di Australia, delapan di antaranya terjadi sejak tahun 2010, kata para ahli meteorologi.

Singkatnya waktu sejak musim kebakaran hutan yang dahsyat terakhir telah menyebabkan penundaan dalam pengurangan bahaya kebakaran. Di mana petugas pemadam kebakaran secara pre-emptive membakar area untuk membatasi penyebaran kebakaran hutan, karena beberapa petugas pemadam kebakaran sukarelawan berhenti karena trauma, kata Dinas Pemadam Kebakaran Pedesaan New South Wales.

Berita Lainnya:
Spanyol Bereaksi atas Penyerbuan Kedutaan Meksiko di Ekuador

Hujan lebat yang terus menerus juga telah memperlambat kemampuan dinas pemadam kebakaran untuk melakukan pengendalian kebakaran. Dengan puluhan kebakaran hutan yang telah terjadi, dinas sukarelawan tersebut mengatakan bahwa mereka baru melakukan 24 persen dari pengurangan bahaya yang direncanakan.

“Kami baru saja mengalami hujan demi hujan, jadi kami cukup tertinggal,” ujar Komisaris Dinas Pemadam Kebakaran Pedesaan Bob Rogers kepada Reuters.

Hujan lebat juga berarti bahwa, meskipun musim panas telah kembali, kondisi awal kebakaran berbeda dengan kebakaran pada tahun 2019 dan 2020, yang terjadi setelah kemarau panjang, kata Rogers. KiMeskipun kaya akan bahan bakar, setidaknya tidak kering kerontang seperti pada Musim Panas Hitam.

Namun, lanjut dia, “pihaknya menanggapi itu dengan sangat serius,” tambahnya. “Meskipun mungkin tidak seburuk itu, Anda tidak perlu musim kebakaran seburuk itu untuk menghancurkan rumah dan tentu saja merenggut nyawa. 

sumber : Reuters

Sumber: Republika

x
ADVERTISEMENTS

Reaksi & Komentar

Berita Lainnya

Tampilkan Lainnya Loading...Tidak ditemukan berita/artikel lainnya.
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi