Oleh: Muhammad E Fuady, Pakar Komunikasi Universitas Islam Bandung (Unisba)
Erick Thohir bukan anak kemarin sore. Ia sejatinya adalah seorang profesional muda yang sebelumnya publik nilai tidak melibatkan diri dalam kegiatan politik di tanah air. Ia fokus mengurusi bisnis media, olahraga, dan hiburan.
Pemberitaan yang paling heboh mengenai pembelian Inter Milan oleh Erick membuat publik mengenal lebih dalam sosok pengusaha ini. Ada semacam fenomena ‘local pride’ di dunia internasional, orang Indonesia bangga ada pengusaha dari tanah air bisa beli klub sepakbola Italia.
Tidak main-main, ini Inter Milan. Klub yang sarat dengan sejarah. Dan, ‘cawe-cawe’ ala Erick di Inter Milan berhasil membenahi manajemennya yang sedang terpuruk.
Itulah mengapa Interisti menyebut Erick sebagai penyelamat klub kesayangan mereka. Hebatnya, ia membeli dan membenahi Inter Milad di kisaran usia 40 tahun. Usia yang terbilang masih muda.
Sebagai Ketua Umum PSSI, malah bukan ia yang diuji publik. Akan tetapi, ia yang menguji timnas dengan langsung mengundang Argentina sebagai lawan tanding.
Artinya, ia dinamis, bergerak dengan cepat. Ia juga mengaudit PSSI. Hal yang tak mungkin terjadi sebelumnya. Ia sosok yang bersih dan memiliki komitmen, jadi mudah melakukannya.
Di tanah air, Erick udah diuji dalam beberapa perhelatan internasional. Asian Games terbukti berhasil diselenggarakan dengan baik oleh 48 negara di Asia. Pembukaan dan penutupan Asian Games 2018 juga sangat memorable.
Bila itu adalah ujian Presiden Jokowi kepada seorang profesional, Erick berhasil melewatinya dengan sukses. Ia mampu mengeksekusi amanah dengan baik. Salah satu di antaranya adalah keberhasilannya sebagai ketua Tim Kampanye Nasional di Pilpres 2019.
Erick ini adalah kandidat cawapres terbaik. Bahkan seharusnya ia dapat menjadi kandidat capres. Hanya saja ia tak memiliki kendaraan politik, Erick bukan pemilik partai, bukan anggota partai pula dan memang tak harus bergabung dalam sebuah partai.
Sebagai cawapres, ia serba lengkap. Erick ini seorang profesional, muda, berkarakter, dan memiliki kemampuan komunikasi plus eksekutor terbaik.
Sebagai menteri BUMN, ia juga mampu menerjemahkan apa yang menjadi visi presiden. Di tangan Erick, lqba konsolidasi BUMN tumbuh signifikan. Pada 2022, laba konsolidasi tercatat Rp 303,7 triliun.
Angka ini melesat 142,4 persen dibanding periode 2021 yang sebesar Rp 125 triliun. Komitmen memperbaiki BUMN juga ia lakukan dengan mengaudit dana pensiun BUMN. Ia memiliki komitmen pada penegakan good governance dengan melaporkannya langsung ke Kejaksaan Agung.
Tak banyak orang tahu, Erick ini memilili banyak anak asuh. Bantuan perusahaan ke lembaga Islam, seperti pesantren, sudah dilakukannya jauh hari, sebelum ia menjadi menteri. Erick tipikal pengusaha yang tak pamer kederamawanannya, namun di era medsos kebaikan yang ditunjukan secara terbuka bukanlah hal tabu
Berpasangan dengan siapapun Erick ini menjadi sebuah keberlimpahan, surplus. Ia adalah aset. Erick seorang loyalis pada bangsa dan negara, visioner, dan menjadi mata rantai yang dapat menyelesaikan berbagai persoalan bangsa. Itulah mengapa elektabilitasnya tinggi. Dengan siapapun berpasangan, elektabilitas akan terus meningkat.
Pilihannya kembali kepada publik, mau sosok profesional yang sudah teruji di tanah air dan dunia internasional seperti Erick, ataukah mereka yang sama sekali belum teruji di berbagai level. Erick dianggap sebagai juru selamat Inter Milan, mengapa tidak ia menjadi ‘juru selamat’ dalam sebuah perhelatan politik di tanah air.
Sumber: Republika