Rabu, 01/05/2024 - 17:45 WIB
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi

TERBARU

EROPAINTERNASIONAL

Claudia Goldin Dapat Nobel Ekonomi karena Penelitian Kesenjangan Upah Wanita dan Pria

ADVERTISEMENTS

 STOCKHOLM — Sejarawan ekonomi Claudia Goldin memenangkan hadiah Nobel bidang ekonomi. Akademi Ilmu Pengetahuan Swedia mengatakan Goldin diganjar hadiah bergengsi itu atas penelitiannya yang mengungkapkan akar kesenjangan dan pasar lapangan kerja perempuan dan laki-laki.

ADVETISEMENTS
Ucapan Belasungkawa Thantawi Ishak mantan Komisaris Utama Bank Aceh

Penghargaan Nobel Ekonomi ini menjadi bidang terakhir yang diumumkan tahun ini. Para penerima penghargaan Nobel mendapatkan sekitar 11 juta crown Swedia atau hampir 1 juta dolar AS.

ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat dan Sukses atas Pelantikan Reza Saputra sebagai Kepala BPKA
ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat Memperingati Hari Kartini dari Bank Aceh Syariah

“Penerima penghargaan Ilmu Pengetahuan Ekonomi tahun ini, Claudia Goldin memberikan laporan komprehensif pertama mengenai pendapatan dan partisipasi perempuan di lapangan kerja sepanjang abad,” kata panitia Hadiah Nobel dalam pernyataanya, Senin (9/10/2023).

ADVERTISEMENTS
Manyambut Kemenangan Idul Fitri 1445 H dari Bank Aceh Syariah
ADVETISEMENTS
Ucapan Belasungkawa Zakaria A Rahman dari Bank Aceh

“Penelitiannya mengungkapkan penyebab perubahan, serta sumber utama bertahannya kesenjangan upah,” tambah pernyataan tersebut.

ADVERTISEMENTS

 

ADVERTISEMENTS
Mudahkan Hidup Anda!, Bayar PBB Kapan Saja, Di Mana Saja! - Aceh Singkil

Tahun ini Hadiah Nobel memberikan penghargaan pada penemuan vaksin Covid-19, lintasan atom, dan “titik-titik kuantum” serta penulis drama Norwegia dan aktivis Iran. Goldin yang menjadi perempuan pertama menjadi dosen tetap departemen ekonomi Harvard merupakan perempuan ketiga yang memenangkan hadiah Nobel bidang ekonomi dan satu-satunya perempuan yang memenangkan hadiah ini sendirian.

Ia menyanjung penghargaan ini sebagai “penghargaan pada gagasan besar dan untuk perubahan jangka panjang.”

“Masih terdapat perbedaan besar antara perempuan dan laki-laki pada apa yang mereka lakukan, bagaimana membalasnya dan sebagainya,” kata Goldin di rumahnya di Cambridge, Massachusetts.

Berita Lainnya:
Biden: Netanyahu tidak Berbuat cukup untuk Fasilitasi Bantuan Gaza

“Dan pertanyaan mengapa seperti itu? Dan itulah tujuan penelitian ini,” tambahnya.

Buku Goldin yang berjudul Understanding the Gender Gap: An Economic History of American Women sangat berpengaruh dalam meneliti akar kesenjangan upah dalam sejarah sepanjang 200 tahun.

“Saya selalu berpikir diri saya sebagai detektif dan saya menulis bertahun-tahun yang lalu, tulisan yang berjudul “ekonom sebagai detektif”, saya telah menjadi detektif sejak kecil,” kata Goldin seperti dikutip di situs Hadiah Nobel.

Ia telah melanjutkan penelitiannya mengenai dampak kontrasepsi pada karir perempuan dan keputusan dalam pernikahan, nama belakang perempuan usai menikah sebagai indikator sosial dan alasan mengapa kini perempuan mayoritas lulusan sarjana.

“Penemuan Claudia Goldin memiliki dampak sosial yang luas, ia telah menunjukkan pada kita sifat atau sumber masalah dari perubahan kesenjangan upah sepanjang sejarah dan seiring dengan perkembangannya,” kata anggota komite Hadiah Nobel bidang ekonomi Randi Hjalmarsson.

“Dengan akhirnya memahami masalah dan menyebutnya dengan nama yang tepat, kami dapat membuka jalan untuk rute ke depan yang lebih baik,” kata Hjalmarsson mengutip kata-kata Goldin.

“Dedikasi (Goldin) untuk memperbaiki kesenjangan ekonomi menjadi inspirasi bagi kami semua,” kata Presiden Bank Sentral Eropa Christine Lagarde.

Berita Lainnya:
Korsel Bersama AS Latihan Perang Bersama di Laut Timur

Meski di seluruh dunia sudah mengilegalkan perbedaan upah antara laki-laki dan perempuan. Tapi upah perubahan masih jauh dibandingkan rekan laki-laki.

Berdasarkan analis Pew Research Center tahun lalu pendapatan perempuan Amerika Serikat (AS) rata-rata lebih rendah 82 persen dari pria. Sementara data Komisi Eropa menunjukkan rata-rata upah per jam perempuan Eropa 13 persen lebih rendah dari pria.

Penelitian Goldin mengungkapkan meski ada peningkatan dalam mempersempit jurang kesenjangan upah selama beberapa dekade terakhir. Tapi hanya sedikit bukti yang menunjukkan kesenjangan itu benar-benar tertutup dalam waktu dekat.

Ia mengaitkan kesenjangan disebabkan dengan berbagai faktor, mulai dari diskriminasi langsung hingga fenomena seperti “kerja serakah”, sebuah istilah yang ia ciptakan untuk pekerjaan yang membayar lebih banyak secara tidak proporsional per jam ketika seseorang bekerja lebih lama atau memiliki lebih sedikit kontrol atas jam-jam tersebut – yang secara efektif menghukum perempuan yang perlu mencari pekerjaan yang fleksibel.

Wakil Pertama Direktur Pelaksana Dana Moneter Internasional (IMF) Gita Gopinath memuji penelitian Goldin sebagai “terobosan. Ia menambahkan partisipasi “angkatan kerja perempuan di banyak negara sangat rendah.”

ADVERTISEMENTS

x
ADVERTISEMENTS
1 2

Reaksi & Komentar

Berita Lainnya

Tampilkan Lainnya Loading...Tidak ditemukan berita/artikel lainnya.
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi