Rabu, 08/05/2024 - 04:12 WIB
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi

TERBARU

ACEH

13 Tokoh di Aceh Terima Penghargaan Anugerah Budaya

ADVERTISEMENTS

BANDA ACEH – Lembaga Wali Nanggroe Aceh memberikan penghargaan kepada 13 orang yang berjasa dan berkontribusi dalam dunia seni, adat, dan budaya.

ADVERTISEMENTS
Selamat Memperingati Hardiknas dari Bank Aceh Syariah

Malam Penghargaan Anugerah Budaya dalam rangkaian Pekan Kebudayaan Aceh (PKA) ke-8 itu berlangsung di Meuligoe Wali Nanggroe Aceh, Darul Imarah, Aceh Besar, Senin 6 November 2023.

ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat dan Sukses atas Pelantikan Reza Saputra sebagai Kepala BPKA
ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat Memperingati Hari Kartini dari Bank Aceh Syariah

Ada tiga penghargaan yang diberikan oleh lembaga Wali Nanggroe, yaitu; Penghargaan Meukuta Alam, Tajul Alam, dan Penghargaan Syah Alam.

ADVERTISEMENTS
Manyambut Kemenangan Idul Fitri 1445 H dari Bank Aceh Syariah
ADVETISEMENTS
Ucapan Belasungkawa Zakaria A Rahman dari Bank Aceh

Para penerima sudah melalui seleksi dan penjaringan yang ketat oleh tim juri yang diketuai akademisi Prof Dr Syahrizal Abbas, dengan anggotanya Dr Yusri Yusuf M.Pd, Drs Nurdin Ar M.Hum, Drs Nabhany, Muhammad Taufik Abda, dan Dr Rafiq.

ADVERTISEMENTS
Selamart Hari Buruh

Penerima penghargaan Meukuta Alam ada empat orang yang berasal dari berbagai daerah. Mereka adalah Alm M Kalam Daud asal Banda Aceh untuk kategori pelestarian warisan budaya. Syarifuddin asal Gayo Lues atas kontribusi pada pelestarian seni.

ADVERTISEMENTS
Top Up Pengcardmu Dimanapun dan Kapanpun mudah dengan Aplikasi Action

Lalu Amirullah Hamzah asal Banda Aceh untuk kategori sejarah dan peradaban. Terakhir, penghargaan Meukuta Alam diberikan kepada Alm Abdul Gani Mutiara asal Banda Aceh untuk kategori pengembangan inovasi produk budaya.

ADVERTISEMENTS
PDAM Tirta Bengi Bener Meriah Aplikasi Action Bank Aceh

Untuk penghargaan Tajul Alam terdapat dua penerima, yaitu Yanimar W Yusuf asal Aceh Barat, untuk kategori pelestarian seni, dan Hamidah asal Aceh Tenggara untuk kategori pelestarian warisan budaya.

ADVETISEMENTS
Ucapan Belasungkawa Thantawi Ishak mantan Komisaris Utama Bank Aceh
Berita Lainnya:
PPIH Aceh Diminta Berikan Layanan Ekstra dan Prioritas untuk Jamaah Haji Lansia

Sementara penghargaan Syah Alam terdapat tujuh orang penerimanya. Mereka adalah Zakirul Pohan asal Aceh Singkil untuk kategori pelestarian warisan budaya. Yasuddin asal Aceh Singkil untuk kategori pelestarian adat, Mahrisal Rubi asal Bireuen untuk kategori pelestarian seni.

Selanjutnya, Muntasir Wandiman asal Aceh Tamiang untuk kategori sejarah dan peradaban. Junaidi asal Pidie untuk kategori pengembangan dan inovasi produk warisan budaya. Kurniatun asal Banda Aceh untuk kategori pelestarian seni. Terakhir, Pekeriana Kobat asal Aceh Tengah untuk kategori pelestarian warisan budaya.

Wali Nanggroe Aceh Malik Mahmud Al-Haytar dalam sambutannya menyampaikan, seperti tahun-tahun sebelumnya Lembaga Wali Nanggroe kembali memberikan anugerah budaya, bertepatan dengan PKA-8 tahun 2023.

“Penyerahan anugerah tentunya bukan sebuah hal kebetulan, melainkan hasil proses panjang, mulai dari tahapan rapat persiapan, pendaftaran, penilaian, hingga verifikasi calon penerima anugerah. Begitu pula dengan calon penerima untuk setiap masing-masing kategori. Anugerah yang diserahkan malam ini juga bukan hasil yang diperoleh secara instan, tapi buah dari dedikasi berpuluh tahun lamanya,” ujarnya.

Oleh karena itu, tutur Malik Mahmud, jika dibandingkan dengan apa yang telah diabdikan oleh masing-masing calon penerima, anugerah ini tentunya tak dapat dibanding-bandingkan.

Berita Lainnya:
Hadiri Rakernas BKKBN, Wapres Ingatkan Kawal Peningkatan Kualitas SDM

“Namun inilah salah satu bentuk nyata upaya kami dalam menghargai dan mengapresiasi setinggi-tingginya jasa besar para penjaga warisan indatu di bumi Serambi Mekkah ini,” ungkapnya.

Malik Mahmud menambahkan keberadaan Lembaga Wali Nanggroe merupakan salah satu manifestasi dari perjanjian damai antara Gerakan Aceh Merdeka (GAM) dengan Pemerintah Republik Indonesia pada 2005 lalu.

Dalam UUPA dan Qanun Nomor 10 tahun 2019, disebutkan bahwa salah satu wewenang Lembaga Wali Nanggroe adalah memberikan  gelar atau derajat.

“Dimana dalam qanun ini disebutkan antara lain; Lembaga Wali Nanggroe mempunyai wewenang untuk memberikan dan mencabut gelar kehormatan kepada seseorang atau badan dengan nama-nama gelar berdasarkan tradisi sejarah, bahasa, dan adat istiadat rakyat Aceh,” jelasnya.

Sehingga, pemberian gelar khususnya di bidang kebudayaan, sangat penting untuk dilaksanakan secara berkelanjutan. Karena budaya merupakan identitas suatu bangsa.

Menurut Wali, khusus bagi bangsa Aceh, menjaga warisan budaya sama artinya dengan menegakkan agama. Karena kebudayaan Aceh selalu berlandaskan pada pondasi dimensi Islami.

“Filosofi hidup orang Aceh muncul sebuah Hadih Maja, ‘hukom ngen adat, lage zat ngen sifuet’. Dimensi tersebut telah membentuk pola hukum dan kebudayaan dalam masyarakat Aceh sehingga adat han jeut barangkahoe takong, hukom han jeut barangkahoe takieh,” ungkapnya.

ADVERTISEMENTS

x
ADVERTISEMENTS
1 2

Reaksi & Komentar

Berita Lainnya

Tampilkan Lainnya Loading...Tidak ditemukan berita/artikel lainnya.
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi