Sabtu, 25/05/2024 - 12:43 WIB
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi

TERBARU

INTERNASIONALPALESTINA

Bicara Pembantaian oleh Teroris Israel kepada Warga Gaza, Abu Salem: Hidup atau Mati, Menyerah Bukan Pilihan

“Tak Ada Waktu untuk Istirahat”

ADVERTISEMENTS
QRISnya satu Menangnya Banyak

Di ruang gawat darurat, dokter muda wanita bernama Alaa Kassab menunjukkan kondisi pasien di mana bagian tubuhnya ada yang membiru.

ADVERTISEMENTS
Bayar PDAM menggunakan Aplikasi Action Bank Aceh Syariah - Aceh Selatan

Ia menjelaskan, pecahan peluru kemungkinan besar telah menimbulkan banyak kerusakan sehingga anggota badan si pasien tidak mendapatkan oksigen dan mungkin perlu diamputasi.

Kejadian seperti ini, ujar Kassab, terutama dialami oleh para anak-anak.

Hal tersebut berdampak pada dirinya hingga ia terkadang tak dapat bicara.

ADVERTISEMENTS
PDAM Tirta Bengi Bener Meriah Aplikasi Action Bank Aceh

Hampir setiap hari, Kassab duduk diam untuk memulihkan kondisi mentalnya.

ADVERTISEMENTS
Top Up Pengcardmu Dimanapun dan Kapanpun mudah dengan Aplikasi Action

Kassab menyelesaikan studi kedokterannya di Universitas Ain Shams di Kairo, Mesir.

Berita Lainnya:
Rencana Prabowo Anggarkan Rp 16 Triliun untuk IKN Berpotensi Proyek Mangkrak

Ia kembali ke kampung halamannya di Deir al-Balah pada Februari 2023 lalu.

ADVERTISEMENTS

“Saya bermimpi untuk menyelesaikan tahun magang medis saya, kemudian bepergian ke luar negeri untuk menyelesaikan studi saya di bidang spesialisasi, sebelum akhirnya pulang ke Gaza,” urai dia.

ADVERTISEMENTS

“Apa yang saya lihat dalam dua minggu terakhir sejak menjadi sukarelawan, membuat saya semakin bertekad untuk menjadi seorang dokter.”

Ia mengatakan tidak ada waktu baginya dan tenaga medis lainnya untuk beristirahat.

Jumlah korban terluka semakin bertambah, hingga para dokter berada di bawah tekanan yang sangat besar.

“Tidak ada hari di mana kami dapat beristirahat,” kata dia.

Berita Lainnya:
Prabowo Mesti Coret Nadiem Makarim dari Daftar Menteri

“Jumlah korban terluka tidak pernah berkurang. Itu sebabnya saya menjadi sukarelawan, karena saya tahu para dokter berada di bawah tekanan yang sangat besar dan situasinya sangat sulit.”

Kassab mengatakan, RS Shuhada Al-Aqsa hampir mengalami kehancuran total dalam layanannya.

Tanpa peralatan bedah, bahan bakar, pasokan medis, atau personel yang memadai, para tenaga medis tidak akan mampu merawat pasien lagi, katanya.

“Tentu saja, saya di sini untuk melayani rakyat saya, dan saya tidak menyesalinya sedetik pun,” ujar Kassab.

“Tetapi, situasi di Jalur Gaza sangat buruk.”

ADVERTISEMENTS
x
ADVERTISEMENTS
1 2

Reaksi & Komentar

Berita Lainnya

Tampilkan Lainnya Loading...Tidak ditemukan berita/artikel lainnya.
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi