Rabu, 01/05/2024 - 02:46 WIB
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi

TERBARU

LIFESTYLE

Anak Prematur Cenderung Bodoh? Simak Penjelasan Dokter Anak

ADVERTISEMENTS

Ilustrasi bayi.

ADVETISEMENTS
Ucapan Belasungkawa Thantawi Ishak mantan Komisaris Utama Bank Aceh

JAKARTA — Dokter Anak Konsultan Neonatologi yang juga anggota Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Rinawati Rohsiswatmo menepis stigma anak yang terlahir prematur cenderung bodoh.

ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat dan Sukses atas Pelantikan Reza Saputra sebagai Kepala BPKA
ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat Memperingati Hari Kartini dari Bank Aceh Syariah

 

ADVERTISEMENTS
Manyambut Kemenangan Idul Fitri 1445 H dari Bank Aceh Syariah
ADVETISEMENTS
Ucapan Belasungkawa Zakaria A Rahman dari Bank Aceh

“Tidak benar kalau ada stigma bayi prematur bodoh, tidak benar juga kalau ada yang bilang (anak prematur) yang pintar, jadi pintar banget. Yang paling penting itu otaknya harus tetap sempurna, walaupun terlahir kecil harus kita sempurnakan,” kata Rinawati pada temu media memperingati Hari Prematur Sedunia di Rumah Sakit Anak dan Bunda (RSAB) Harapan Kita, Jakarta, Jumat (15/12/2023).

ADVERTISEMENTS
Berita Lainnya:
Gejala Kelainan Darah yang Perlu Diwaspadai, Segera Periksa Diri ke Dokter

 

ADVERTISEMENTS
Mudahkan Hidup Anda!, Bayar PBB Kapan Saja, Di Mana Saja! - Aceh Singkil

Namun, ia membenarkan bayi yang lahir prematur cenderung sakit-sakitan. Untuk itu, perlu pencegahan sejak dini dengan menjaga kesehatan ibu sejak sebelum kehamilan.

 

“Karena dia terlahir dalam kondisi yang sedang dalam penyempurnaan, bayi prematur faktor kekebalannya lebih rendah. Kita bisa menyiasati, bisa mengembangkan metode kanguru,” ujarnya.

Rina menjelaskan metode kanguru adalah cara terbaik untuk memberikan kenyamanan pada bayi prematur, dengan memberikan sesuatu yang membuatnya merasa hangat melalui kontak kulit ke kulit antara anak dan orang tua.

Berita Lainnya:
Tips Lamar Kerja untuk Usia 60 ke Atas, Praktikkan 8 Hal Penting Ini

 

“Bayangkan kalau misalnya bayi itu diletakkan di inkubator sendirian, walaupun terang, tapi kosong tidak ada siapa-siapa, dia akan ketakutan dan kebingungan. Jadi, secara keilmuan, kalau ada rasa positif dari ibu akan memicu endorfin,” ucapnya.

Di usia kandungan 26-36 minggu…

sumber : Antara

Sumber: Republika

ADVERTISEMENTS

x
ADVERTISEMENTS

Reaksi & Komentar

Berita Lainnya

Tampilkan Lainnya Loading...Tidak ditemukan berita/artikel lainnya.
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi