Selasa, 30/04/2024 - 23:43 WIB
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi

TERBARU

BISNISEKONOMI

East Ventures: E-Commerce Jadi Sektor Teknologi yang Potensial di Indonesia

ADVERTISEMENTS

DENPASAR — Partner at East Ventures Melisa Irene menilai perdagangan elektronik atau e-commerce menjadi sektor teknologi digital yang potensial di Indonesia saat ini.

ADVETISEMENTS
Ucapan Belasungkawa Thantawi Ishak mantan Komisaris Utama Bank Aceh

Menurut Melisa, peluang busnis e-commere sangat besar. Hal itu tecermin dari jumlah konsumen daring (online shopper) yang meningkat dari 17 juta pada 2020, menjadi 32 juta pada 2021. Pelaku perdagangan elektronik di Indonesia juga termasuk yang terbanyak di wilayah Asia Tenggara.

ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat dan Sukses atas Pelantikan Reza Saputra sebagai Kepala BPKA
ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat Memperingati Hari Kartini dari Bank Aceh Syariah

“Indonesia sebenarnya adalah pasar e-commerce dengan pertumbuhan tercepat secara global. Ini sebenarnya adalah sesuatu yang sangat menggembirakan,” kata Melisa dalam Annual International Forum of Economic Development and Public Policy (AIFED) 2023, di Bali, beberapa waktu lalu.

ADVERTISEMENTS
Manyambut Kemenangan Idul Fitri 1445 H dari Bank Aceh Syariah
ADVETISEMENTS
Ucapan Belasungkawa Zakaria A Rahman dari Bank Aceh

Melisa memberikan contoh perdagangan elektronik dalam bidang logistik yang menjadi salah satu perdagangan elektronik dengan pertumbuhan pesat di Indonesia. Hal itu dipengaruhi oleh faktor geografis Indonesia yang merupakan negara kepulauan yang luas. Oleh karena itu, jasa yang menggabungkan teknologi digital dan logistik memiliki peluang pasar di Indonesia.

ADVERTISEMENTS
Berita Lainnya:
BUMN Tahan Harga BBM, Ini Penjelasan Erick Thohir

“Indonesia sangat terfragmentasi, banyak pulau, untuk itu logistik menjadi yang termahal dibandingkan India dan China yang merupakan daratan besar. Dibutuhkan pendekatan multimoda untuk logistik,” ujarnya.

ADVERTISEMENTS
Mudahkan Hidup Anda!, Bayar PBB Kapan Saja, Di Mana Saja! - Aceh Singkil

Selain itu, Melisa juga membeberkan tiga sektor teknologi lainnya yang potensial di Indonesia. Pertama, teknologi layanan kesehatan (healthcare). Belanja Kesehatan perkapita Indonesia turut meningkat dari 97 dolar AS pada 2015 menjadi 120 dolar AS pada 2019.

“Ada alasan bahwa infrastruktur kita (kesehatan) kurang, tapi itu adalah sesuatu yang juga harus diwaspadai karena Covid-19 menjadi contoh,” kata Melisa lagi.

Saat ini, perusahaan teknologi layanan kesehatan jumlahnya masih kurang dari 100, tapi dengan jumlah permintaan cenderung tinggi. Oleh karena itu, sektor teknologi layanan kesehatan masih memiliki peluang yang besar, khususnya bidang prediktif diagnostik dan farmakogenomik.

Kedua, berbagai peluang turut hadir terkait teknologi iklim (climate tech) yang akan sangat berkembang seiring dengan komitmen emisi nol bersih (net zero emission). Sebagai perusahaan modal ventura, East Ventures memandang sektor teknologi iklim dalam empat pilar yang mencakup energi baru terbarukan (EBT); pangan dan pertanian; mobilitas, dan pengelolaan limbah.

Berita Lainnya:
Dirjen IRENA: EBT Bawa Ketahanan Lebih Besar untuk Energi Global

Teknologi iklim juga berpeluang dimana pemain di Indonesia bisa berasal dari warga lokal. “Dalam hal mobilitas, kami pikir Indonesia mempunyai peluang besar untuk memproduksi kendaraan listrik sendiri,” ujar Melisa.

Sektor ketiga yang dinilai potensial, yakni sektor teknologi finansial (fintech) yang juga terus berkembang pesat. Indonesia merupakan rumah untuk 20 persen dari perusahaan fintech Asia Tenggara, diperkirakan akan menghasilkan 8,6 miliar dolar AS selama limw tahun ke depan.

Associate Professor Monash University Arif Perdana juga berpendapat posisi Indonesia di lanskap teknologi keuangan sudah cukup maju. Terutama karena didukung dengan sumber daya manusia yang sudah cukup terlatih dan banyaknya perusahaan rintisan (startup) yang muncul untuk melayani permintaan masyarakat terhadap akses keuangan digital.

“Namun, ekosistem startups saat ini masih membutuhkan banyak dukungan dan insentif untuk dapat terus berinovasi,” kata Arif.

 

sumber : ANTARA

Sumber: Republika

ADVERTISEMENTS

x
ADVERTISEMENTS

Reaksi & Komentar

Berita Lainnya

Tampilkan Lainnya Loading...Tidak ditemukan berita/artikel lainnya.
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi