Selasa, 30/04/2024 - 17:34 WIB
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi

TERBARU

EKONOMIPERTANIAN

FAO: Harga Pangan Global Turun 13,7 Persen, Tapi Harga Beras Melonjak

ADVERTISEMENTS

Pekerja saat bongkar muat beras impor di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Kamis (12/10/2023).

ADVETISEMENTS
Ucapan Belasungkawa Thantawi Ishak mantan Komisaris Utama Bank Aceh

 JAKARTA — Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO), Persatuan Bangsa-bangsa (PBB) mencatat harga pangan dunia mengalami penurunan pada 2023. FAO menyebut penurunan harga pangan terbesar terjadi pada komoditas biji-bijian dan minyak.

ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat dan Sukses atas Pelantikan Reza Saputra sebagai Kepala BPKA
ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat Memperingati Hari Kartini dari Bank Aceh Syariah

“Secara keseluruhan, harga komoditas pangan dunia turun 13,7 persen pada 2023 dibandingkan tahun sebelumnya,” bunyi pernyataan FAO seperti dilansir dari Zawya di Jakarta, Ahad (7/1/2024).

ADVERTISEMENTS
Manyambut Kemenangan Idul Fitri 1445 H dari Bank Aceh Syariah
ADVETISEMENTS
Ucapan Belasungkawa Zakaria A Rahman dari Bank Aceh

FAO menyampaikan penurunan harga pangan dunia tak lepas dari berkurangnya kekhawatiran akan pasokan. Indeks harga sereal FAO yang turun 15,4 persen mencerminkan pasokan pasar global yang baik dibandingkan 2022, ketika harga melonjak setelah invasi Rusia ke Ukraina. Perang yang berkecamuk di antara Rusia dan Ukraina mengakibatkan terganggunya rantai pasok biji-bijian.

ADVERTISEMENTS
Berita Lainnya:
Mendag Ungkap Sudah Terbitkan Izin Impor Bawang Putih 300 Ribu Ton

“Meskipun kekhawatiran terhadap pasokan gandum dan jagung mereda, hal sebaliknya terjadi pada beras karena dampak fenomena cuaca El Nino dan India yang membatasi ekspor. Harga beras melonjak 21 persen tahun lalu,” lanjut pernyataan FAO.

ADVERTISEMENTS
Mudahkan Hidup Anda!, Bayar PBB Kapan Saja, Di Mana Saja! - Aceh Singkil

FAO menyampaikan indeks harga minyak nabati mencatat penurunan terbesar tahun lalu, yaitu turun 32,7 persen, berkat peningkatan pasokan dan berkurangnya penggunaan produksi biofuel. Sebaliknya, harga gula melonjak 26,7 persen secara keseluruhan, meskipun turun dari harga tertingginya pada Desember berkat Brasil yang meningkatkan ekspor dan mengurangi penggunaan biofuel.

Berita Lainnya:
Bandara Sam Ratulangi Tutup Akibat Erupsi Gunung Ruang

Ekonom dan pakar industri makanan Bruno Parmentier mengatakan harga pangan konsumen di banyak negara meningkat seringkali lebih cepat daripada tingkat inflasi, meskipun indeks FAO mengalami penurunan secara keseluruhan.

“Fakta bahwa harga komoditas pangan turun tidak serta merta berarti turunnya harga pangan,” ujar Bruno.

Bruno menyampaikan indeks FAO mengukur harga pasar komoditas, dan mungkin memerlukan waktu cukup lama untuk menyaringnya hingga ke rak-rak supermarket. Biaya tersebut hanya mewakili sebagian kecil dari biaya produk akhir yang diproses.

“Tepung hanya mewakili empat hingga delapan persen dari harga baguette. Sebagian besar adalah biaya tenaga kerja dan biaya produksi seperti energi, air dan sewa,” kata Bruno.

Sumber: Republika

x
ADVERTISEMENTS

Reaksi & Komentar

Berita Lainnya

Tampilkan Lainnya Loading...Tidak ditemukan berita/artikel lainnya.
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi