Selasa, 30/04/2024 - 02:30 WIB
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi

TERBARU

OPINI
OPINI

Boleh Memihak, Akhir Muram Cerita Jokowi

ADVERTISEMENTS

Penulis: Moh. Samsul Arifin**

ADVETISEMENTS
Ucapan Belasungkawa Thantawi Ishak mantan Komisaris Utama Bank Aceh

DIELU-ELUKAN jadi harapan baru yang dapat mengubah wajah Indonesia, Presiden Joko WIdodo malah mengancam sendi-sendi demokrasi –sebuah sistem Politik yang memungkinkan nyaris semua orang memimpin kabupaten/kota, provinsi dan negara.

ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat dan Sukses atas Pelantikan Reza Saputra sebagai Kepala BPKA
ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat Memperingati Hari Kartini dari Bank Aceh Syariah

Dan makin hari, cerita yang dilukis oleh Jokowi kian lepas dari etika, berwajah hasrat berkuasa (will to power) yang tandas, serta tanpa tedeng aling-aling. Inilah tahun terakhir kekuasaan Jokowi yang membalik sosok sang presiden menjadi “yang berpihak”, yang tidak lagi berada di atas kepentingan seluruh kelompok, golongan, partai politik dan kandidat presiden.

ADVERTISEMENTS
Manyambut Kemenangan Idul Fitri 1445 H dari Bank Aceh Syariah
ADVETISEMENTS
Ucapan Belasungkawa Zakaria A Rahman dari Bank Aceh

Saat bicara bahwa seorang presiden itu “boleh memihak, boleh berkampanye”, dia sedang bersama menteri pertahanan Prabowo Subianto yang maju sebagai capres lagi di Pemilu 2024. Latarnya lapangan udara Halim Perdanakusuma, Jakarta. Selain Prabowo di samping kanannya, ada Panglima TNI, Jenderal Agus Subiyanto di sebelah kiri presiden.

ADVERTISEMENTS

Secara semiotik, publik bisa saja memahami pernyataan presiden itu sebagai keberpihakan secara terbuka kepada Prabowo. Pengumuman bahwa di Pemilu 2024 ini presiden mungkin saja menggunakan haknya untuk berkampanye –turun ke lapangan untuk mengajak dan meyakinkan masyarakat untuk memilih pasangan nomor urut 2, Prabowo yang bukan kebetulan didampingi oleh putra sulung presiden, Gibran Rakabuming Raka.

ADVERTISEMENTS
Mudahkan Hidup Anda!, Bayar PBB Kapan Saja, Di Mana Saja! - Aceh Singkil
Berita Lainnya:
PM Lee Hsien Loong Puji Kepemimpinan Jokowi di Indonesia dan Kawasan

Saya tidak mau masuk pada perdebatan pasal demi pasal dalam UU 7/2017 yang diacu atau dilupakan presiden. Sebab keberadaan Undang-undang tentang Pemilu itu problematis karena keengganan DPR periode 2019-2024 membahas atau mengubah dan menambahkan poin-poin penting yang absen di UU itu.

Alhasil UU ini lewat begitu saja (status quo) dan berlaku sebagai payung hukum dalam gelaran Pemilu dan Pilkada 2024. Padahal, bahkan di era Orde Baru yang otoriter, setiap lima tahun Undang-undang politik selalu direvisi. Tapi kali ini tidak. DPR yang dikuasai parpol pendukung pemerintah tidak mengutak-atiknya. Adakah ini kealpaan atau kesengajaan?

Cerita Jokowi menuju Pemilu 2024 adalah cerita berbelok-belok. Awalnya sang presiden bermain dengan kode-kode. Itu misalnya diungkapkan dengan ciri-ciri calon pemimpin dari warna rambut, wajah berkerut dst. Publik menafsirkannya sebagai kode dukungan Jokowi kepada kader PDI Perjuangan, Ganjar Pranowo.

Ada pula episode di mana presiden mengajak Ganjar Pranowo dan Prabowo Subianto ke acara-acara presiden di daerah. Seolah-olah presiden mengatakan “ini orang-orang saya”.

Berikutnya kode-kode diungkapkan sang presiden dengan kalimat yang lebih jelas dan definitif. “Kelihatannya setelah ini jatahnya Pak Prabowo,” ujar Jokowi saat berpidato di HUT Perindo, 7 November 2022.

Di sejumlah kesempatan yang lain, presiden menyatakan, bangsa ini membutuhkan pemimpin yang kuat untuk menggapai cita-cita menjadi negara maju tahun 2045 mendatang. Ciri yang mau tak mau dialamatkan pada sosok Prabowo, mantan tentara/militer yang dicitrakan sebagai sosok kuat.

Berita Lainnya:
Sekjen PBNU Minta PKB Akui Kemenangan Prabowo-Gibran, Segera Berikan Selamat

Titik balik terjadi mana kala PDIP, termasuk Ganjar, menolak timnas Israel berlaga di Piala Dunia U-20 yang dijadwalkan berlangsung di negeri kita tahun 2023. Suara lantang PDI Perjuangan akhirnya menggulung mimpi Indonesia menggelar piala dunia untuk kali pertama di negeri yang tim nasional sepak bolanya tak lagi disegani di Asia ini. Haluan PDIP berseberangan dengan petugas partainya yang menjabat sebagai orang nomor satu republik.

Puncaknya Megawati Soekarnoputri mendeklarasikan Ganjar Pranowo sebagai capres sebelum lebaran tahun 2023. Perpisahan Jokowi dengan Megawati dan PDIP makin kentara.

Adegan yang paling dramatis, dan ini terbilang suspense, adalah ketika Mahkamah Konstitusi mengubah batas usia capres-cawapres pada Oktober 2023. Putra sulung presiden mendapat durian jatuh: Dia tak perlu berusia 40 tahun. Posisinya sebagai wali kota Solo yang terpilih lewat pilkada dianggap cukup oleh benteng konstitusi sebagai syarat maju Pilpres.

Putusan itu jadi prahara. Sang paman, Anwar Usman yang ketika putusan dibuat menjabat ketua MK, diberi sanksi telah melakukan pelanggaran kode etik berat oleh Majelis Kehormatan MK (MKMK). Tapi, sebelum putusan MKMK, alih-alih menahan Gibran untuk tidak maju ke panggung Pilpres, presiden membiarkan putra melenggang.

x
ADVERTISEMENTS
1 2

Reaksi & Komentar

Berita Lainnya

Tampilkan Lainnya Loading...Tidak ditemukan berita/artikel lainnya.
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi