Senin, 17/06/2024 - 16:16 WIB
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi

TERBARU

NASIONAL
NASIONAL

Cerita Jurnalis di Halmahera yang Dianiaya Tiga Prajurit TNI AL: Jangan Bunuh, Anak Saya Masih Kecil

BANDA ACEH – Sukandi Ali dan istrinya, Asmiati Hasan, tengah berbaring di kamar. Di antara pasangan ini ada dua anaknya masih tertidur pulas. Jurnalis media Sidikkasus.co.id ini tersentak bangun dari ranjang saat ketukan pintu rumahnya berbunyi beberapa kali pada Kamis siang, 28 Maret 2024..Sukandi bangkit. Dia melangkah ke pintu. Saat daun pintu dibuka tampak dua anggota Tentara Nasional Indonesia (TNI) Angkatan Laut berseragam lengkap berdiri di luar.

ADVERTISEMENTS
Selamat Hari Raya Idul Adha 1445 H dari Bank Aceh Syariah

Dua tentara ini, Komandan Pos Angkatan Laut Letnan Dua Miftahudin dan anak buahnya, Idham. Keduanya diantar seorang bintara pembina desa (Babinsa) yang mengetahui rumah Sukandi di Desa Babang, Kecamatan Bacan Timur, Halmahera Selatan, Maluku Utara.

ADVERTISEMENTS
Selamat & Sukses atas Dilantiknya Daddi Peryoga sebagai Kepala OJK Provinsi Aceh

Siang terik itu pula, Miftahudin dan Idham mendesak Sukandi berangkat ke Pos Angkatan Laut di Pelabuhan Perikanan Panambuang, Pulau Bacan, Halmahera Selatan. Keduanya datang menggunakan mobil dinas AL.

ADVERTISEMENTS
Menuju Haji Mabrur dengan Tabungan Sahara Bank Aceh Syariah

“Ikut dulu ke Pos Angkatan Laut di Desa Panambuang,” kata Miftahudin, seperti ditirukan Sukandi kepada Tempo, Jumat, 15 April 2024. Dua tentara ini tak bilang alasan Sukandi diajak ke pos.

ADVERTISEMENTS
ActionLink Hadir Lebih dekat dengan Anda

Dada Asmiati, 23 tahun, berdebar menyaksikan suaminya dijemput dua tentara. Prajurit ini tak meminta izin ke Asmiati bahwa mereka membawa suaminya.

ADVERTISEMENTS
Selamat & Sukses kepada Pemerintah Aceh

“Tidak usah pergi,” kata Asmiati kepada Sukandi saat bersiap berangkat. “Saya berangkat saja. Tidak apa-apa,” jawab Sukandi kepada istrinya. Jam dinding menunjuk angka 12.30 WIT.

ADVERTISEMENTS
Selamat Menunaikan Ibadah Haji bagi Para Calon Jamaah Haji Provinsi Aceh
Berita Lainnya:
Runner-up Singapore Open, Fajar/Rian Siap Bangkit di Indonesia Open

Sukandi meminta izin kepada dua prajurit yang menjemputnya agar dia naik sepeda motor. Dua kali ia memohon, dua kali pula ditolak. “Tidak usah. Nanti pakai mobil dengan kami sama-sama,” jawab seorang tentara AL itu.

ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat & Sukses atas Pelantikan Pejabat di Pemerintah Aceh

Sukandi pun masuk ke mobil. Ketiganya melaju dan menghilang. Dua anaknya, Dilan, 6 tahun, dan Dinda, 3 tahun, masih tertidur pulas di kamar yang baru ditinggal Sukandi.

ADVERTISEMENTS
ADVERTISEMENTS
Selamat Memperingati Hari Kelahiran Pancasila 1 Juni 2024

Penyiksaan Dimulai 

“Braak!” Tendangan tiba-tiba mengenai pinggang kanan Sukandi. Dia terkejut, tapi tubuhnya sudah tersungkur di lantai. Itulah aksi kekerasan pertama yang dilakukan Miftahudin saat membawa Sukandi ke lantai dua Pos AL itu. Tinju dan tendangan silih berganti mengenai tubuhnya. Sepatu lars di kaki Miftahudin dan Idham dipakai menginjak pria itu tanpa ampun.

ADVERTISEMENTS
ADVERTISEMENTS
Selamat dan Sukses kepada Pemerintah Aceh atas Capai WTP BPK

“Tanpa omong, saya langsung ditendang, diinjak, ditonjok,” tutur Sukandi, mengenang aksi kekerasan kepada dirinya. Saat tubuhnya terguling di lantai, ia kehabisan tenaga untuk bisa berdiri. “Saya sudah tak bisa lihat lagi. Saya dipukul terus-menerus. Saya minta ampun.”

ADVERTISEMENTS
Top Up Pengcardmu Dimanapun dan Kapanpun mudah dengan Aplikasi Action

Brutalisme itu bermula dari berita TNI AL menangkap kapal pengangkut bahan bakar minyak di laut Halmahera Timur pada Rabu malam, 20 Maret 2024 yang ditulis Sukandi.

ADVERTISEMENTS
Bayar Jalan tol dengan Pencard

Kapal itu berisi BBM jenis Dexlite 20.400 liter dan 395.000 liter minyak tanah. “Alasan penahanan itu karena ada dokumen dan perlengkapan berlayar tidak lengkap,” kata Sukandi menceritakan informasi yang dia terima. 

Berita Lainnya:
Kisah Penembak Jitu Gaza Membunuh Dua Tentara Israel dengan Satu Peluru

Kapal pengangkut Dexlite dan minyak tanah ini bernama SPOB Rimas. Kapal itu ditahan oleh TNI AL yang berpatroli dengan KRI Madidihang-855 milik Kaormada III TNI AL—bermarkas di Sorong, Papua Barat.

Kapal pengangkut minyak Polairud Polda Maluku Utara ini diseret ke Pelabuhan Perikanan Panambuang. Setelah Sukandi menerima informasi dengan sejumlah dokumen, dia langsung mencari tahu kabar itu. 

Bahkan dia dan dua rekan wartawan lain, Abdillah dan Taslim menuju Ternate untuk mengkonfirmasi adanya penangkapan Kapal Rimas.

Menurut dia, semua sumber dari Polairud, Pertamina, Syahbandar, Angkatan Laut, hingga Mualim I Kapal Rimas, sudah dimintai konfirmasi. Termasuk Miftahudin yang belakangan memukul, menendang, dan mengancam membunuh Sukandi.

Sukandi Diancam Dibunuh

Saat Sukandi meminta ampun, dua tentara ini menghentikan kekerasannya. Namun, Miftahudin, tutur dia, malah mencabut pistol yang tersimpan di bagian belakang badannya.

Sukandi bercerita, pistol itu sudah dibawa Miftahudin saat menjemput dirinya di rumah. “Sebelum cabut pistol, dia bilang pokoknya hari ini saya bunuh kamu,” ujar wartawan kelahiran Juni 1988 itu mengingat ancaman prajurit TNI AL tersebut.

Pistol itu dikokang empat kali. Setelah itu Miftahudin meletakkan senapan api di atas meja. Dia membongkar-bongkar pistol itu sambil berbicara kepada Sukandi. “Apa pun itu, hari ini saya bunuh kamu. Habis bunuh kamu, saya bunuh anak-istri kamu di rumah,” ujar Miftahudin mengancam, ditirukan Sukandi.

ADVERTISEMENTS
x
ADVERTISEMENTS
1 2 3

Reaksi & Komentar

أَمْ حَسِبْتَ أَنَّ أَصْحَابَ الْكَهْفِ وَالرَّقِيمِ كَانُوا مِنْ آيَاتِنَا عَجَبًا الكهف [9] Listen
Or have you thought that the companions of the cave and the inscription were, among Our signs, a wonder? Al-Kahf ( The Cave ) [9] Listen

Berita Lainnya

Tampilkan Lainnya Loading...Tidak ditemukan berita/artikel lainnya.
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi