Rabu, 01/05/2024 - 03:17 WIB
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi

TERBARU

NASIONAL
NASIONAL

Hasto: Polri Harusnya Jaga Supremasi Hukum, Bukan Keluarga Jokowi

ADVERTISEMENTS

BANDA ACEH – Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto membeberkan kecurangan-kecurangan dalam Pemilu 2024. Hal tersebut disampaikan Hasto dalam diskusi yang bertajuk “Membuka Kotak Pandora Sirekap Saksi Bisu Kejahatan Pilpres 2024” di Kawasan SCBD, Jakarta, Minggu (7/4).

ADVETISEMENTS
Ucapan Belasungkawa Thantawi Ishak mantan Komisaris Utama Bank Aceh

Hasto menyoroti ketidaknetralan aparat negara.

ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat dan Sukses atas Pelantikan Reza Saputra sebagai Kepala BPKA
ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat Memperingati Hari Kartini dari Bank Aceh Syariah

“Lalu Kotak pandora yang ketiga adalah ketika aparatur negara yang seharusnya netral, ini tidak netral. Begitu banyak intimidasi, itu terbuka dan tidak mungkin itu tanpa suatu perintah yang tertinggi,” kata Hasto.

ADVERTISEMENTS
Manyambut Kemenangan Idul Fitri 1445 H dari Bank Aceh Syariah
Berita Lainnya:
Rayakan HUT ke-18, Finnet Lakukan Program Penanaman Pohon di Cikole
ADVETISEMENTS
Ucapan Belasungkawa Zakaria A Rahman dari Bank Aceh

Hasto menegaskan, partai berlambang banteng itu sangat bangga dengan TNI dan Polri. Namun TNI dan Polri yang menjaga supremasi hukum.

ADVERTISEMENTS

“Kami meluruskan bahwa PDI perjuangan ini loyal bagi bangsa dan negara, kami cinta merah putih, kami cinta TNI dan Polri, tetapi TNI yang dipakai untuk membela kedaulatan negara kita, menjaga kekuatan perdamaian dunia, dan Polri yang menjaga supremasi hukum, bukan supremasi keluarga Pak Jokowi,” ucapnya.

ADVERTISEMENTS
Mudahkan Hidup Anda!, Bayar PBB Kapan Saja, Di Mana Saja! - Aceh Singkil
Berita Lainnya:
WNI Diimbau tak Lakukan Perjalanan ke Iran atau Israel

Hasto menjelaskan, jika hal tersebut dibiarkan akan terjadi krisis. Sehingga, hukum rimba yang akan berjalan.

“Saat ini kalau kami melakukan pengecekan dari berita-berita begitu banyak kepala daerah yang baik, yang mikir-mikir ulang, bahkan ada yang tidak mau untuk maju menjadi kepala daerah karena apa? Karena mereka tahu bahwa abuse of power Presiden Jokowi ini telah menciptakan harga Politik yang mahal untuk mengarahkan kepala desa sebagai instrumen politik,” tandas dia. (*)

ADVERTISEMENTS

x
ADVERTISEMENTS

Reaksi & Komentar

Berita Lainnya

Tampilkan Lainnya Loading...Tidak ditemukan berita/artikel lainnya.
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi