Selasa, 30/04/2024 - 07:25 WIB
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi

TERBARU

BISNISEKONOMI

Ekonom: Ada Lonjakan Investasi Manufaktur pada Satu Dekade Terakhir

ADVERTISEMENTS

 JAKARTA — Peneliti Ekonomi CORE Indonesia, Yusuf Rendy Manilet menyampaikan ada lonjakan nilai investasi pada sektor industri pengolahan nonmigas atau manufaktur dalam kurun waktu satu dekade atau 10 tahun terakhir.

ADVETISEMENTS
Ucapan Belasungkawa Thantawi Ishak mantan Komisaris Utama Bank Aceh

Yusuf dalam keterangannya di Jakarta, Rabu (17/4/2024) menjelaskan industri manufaktur pada tahun 2014 memiliki nilai investasi sebesar Rp 186,79 triliun, kemudian meningkat menjadi Rp 565,25 triliun pada tahun 2023.

ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat dan Sukses atas Pelantikan Reza Saputra sebagai Kepala BPKA
ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat Memperingati Hari Kartini dari Bank Aceh Syariah

Menurutnya secara kumulatif, realisasi investasi di sektor industri pengolahan nonmigas selama 10 tahun (periode 2014-2023) sudah mencapai Rp 3.031,85 triliun.

ADVERTISEMENTS
Manyambut Kemenangan Idul Fitri 1445 H dari Bank Aceh Syariah
ADVETISEMENTS
Ucapan Belasungkawa Zakaria A Rahman dari Bank Aceh

“Terus menanjaknya nilai investasi di sektor industri manufaktur ini adalah salah satu indikasi Indonesia tidak mengalami kondisi deindustrialisasi,” katanya.

ADVERTISEMENTS

 

ADVERTISEMENTS
Mudahkan Hidup Anda!, Bayar PBB Kapan Saja, Di Mana Saja! - Aceh Singkil

Selain itu dirinya mengatakan salah satu program yang diterima baik oleh para pelaku industri manufaktur yakni kebijakan hilirisasi. Ia menilai hilirisasi mencatatkan kinerja realisasi investasi yang signifikan, terutama untuk subsektor industri logam dasar, sehingga apabila program itu terus berjalan akan selaras dengan upaya pemerintah dalam mendorong realisasi berbagai produk hasil tambang.

Berita Lainnya:
Nasabah PNM Mekaar Sukses Kembangkan Usaha Minuman Kesehatan dari Modal Pinjam

Dirinya berharap nilai tambah dari produk yang dihasilkan dari program hilirisasi ini juga akan ikut membantu pertumbuhan sektor industri manufaktur dalam jangka menengah hingga panjang.

Lebih lanjut Ekonom CORE tersebut menyampaikan, untuk memaksimalkan potensi industri manufaktur, perlu adanya peningkatan koordinasi antar kementerian maupun lembaga.

Hal ini supaya kebijakan yang bergulir bisa memberikan manfaat berkelanjutan yang lebih besar bagi perekonomian Indonesia.

“Kerap kali peraturan atau regulasi yang sudah diputuskan di level pusat tidak dapat dijalankan di level daerah karena alasan-alasan tertentu dan saya kira ini yang kemudian perlu diperbaiki. Saya kira pemerintah tengah berada dalam posisi memperbaiki, tinggal saat ini bagaimana memastikan proses perbaikan ini berlangsung sesuai dengan yang diharapkan oleh pemerintah,” kata dia.

Berita Lainnya:
Jelang Hari Raya Idul Fitri 1445 H, Kegiatan Operasional Terbatas Bank Aceh Berjalan Baik

Di sisi lain Chief Economist PermataBank Joshua Pardede mengatakan kemajuan sektor industri manufaktur yang ditopang program hilirisasi, dipandang memberikan dampak positif dalam mengatasi masalah pelebaran current account deficit (CAD) yang dihadapi Indonesia.

Ia menilai beberapa penyebab utama terjadinya pelebaran CAD sudah dapat dikurangi dampaknya oleh pemerintah melalui kebijakan hilirisasi.

Adapun posisi Indonesia di jajaran manufaktur dunia diperkuat oleh nilai output industri yang terus meningkat pada periode 2020 hingga September 2023. Pada 2020, nilai output industri tercatat sebesar 210,4 miliar dolar AS, kemudian meningkat menjadi 228,32 miliar dolar AS pada 2021, serta meningkat kembali sebesar 241,87 miliar dolar AS pada 2022.

Sementara hingga September 2023, nilai output industri telah mencapai sekitar 192,54 miliar dolar AS.

sumber : ANTARA

Sumber: Republika

x
ADVERTISEMENTS

Reaksi & Komentar

Berita Lainnya

Tampilkan Lainnya Loading...Tidak ditemukan berita/artikel lainnya.
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi