Minggu, 16/06/2024 - 10:49 WIB
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi

TERBARU

LIFESTYLE

Bau Ketiak tak Hilang dengan Deodoran? Ini Tips Dokter

Bau badan/bau ketiak. Dokter memberi tips untuk mengurangi bau ketiak.

ADVERTISEMENTS
Selamat Hari Raya Idul Adha 1445 H dari Bank Aceh Syariah

 JAKARTA — Bau ketiak tak hanya bisa memunculkan rasa tidak nyaman bagi diri sendiri tetapi juga orang lain. Sayangnya, sebagian masalah bau ketiak tak bisa diatasi hanya dengan penggunaan deodoran.

ADVERTISEMENTS
Selamat & Sukses atas Dilantiknya Daddi Peryoga sebagai Kepala OJK Provinsi Aceh

Masalah bau ketiak yang membandel sempat diutarakan oleh sejumlah pengguna TikTok. Mereka menyatakan bahwa ketiak mereka tetap bau meski baru saja mandi dan menggunakan deodoran.

ADVERTISEMENTS
Menuju Haji Mabrur dengan Tabungan Sahara Bank Aceh Syariah

Mengetahui hal ini, Dr Sina Ghadiri membagikan sebuah trik sederhana untuk mengatasi bau ketiak yang membandel. Trik tersebut adalah mengaplikasikan glycolic acid atau asam glikolat pada kulit ketiak. Asam glikolat adalah sebuah bahan aktif yang mudah ditemukan dalam produk-produk perawatan kulit yang dijual bebas di toko.

ADVERTISEMENTS
ActionLink Hadir Lebih dekat dengan Anda

“Tak ada yang salah dengan deodoran, tetapi sebagian orang masih kesulitan mengontrol bau dengan menggunakan itu,” ujar Dr Ghadiri, seperti dilansir Express pada Kamis (23/5/2024).

ADVERTISEMENTS
Selamat & Sukses kepada Pemerintah Aceh
Berita Lainnya:
Dokter: Olahraga Bantu Perbaiki Kondisi Kesehatan Penderita Diabetes  

Secara umum, asam glikolat adalah sejenis alpha hydroxy acid (AHA) yang diturunkan dari tebu. Bahan aktif ini cukup umum digunakan untuk mengeksfoliasi kulit dan mengatasi masalah hiperpigmentasi.

ADVERTISEMENTS
Selamat Menunaikan Ibadah Haji bagi Para Calon Jamaah Haji Provinsi Aceh

Dalam mengatasi masalah bau badan, asam glikolat bukan bekerja sebagai pengganti deodoran atau antiperspiran yang bisa mengurangi produksi keringat. Menurut ahli dermatologi Dr Marisa K Garshick, asam glikolat dapat mengurangi bau ketiak dengan cara menurunkan pH pada kulit ketiak.

ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat & Sukses atas Pelantikan Pejabat di Pemerintah Aceh

“Sehingga membuat bakteri penyebab bau sulit bertahan hidup di area tersebut,” jelas Dr Garshick.

ADVERTISEMENTS
ADVERTISEMENTS
Selamat Memperingati Hari Kelahiran Pancasila 1 Juni 2024

Namun perlu diingat pula bahwa penggunaan asam glikolat juga memiliki risiko. Mengingat sifatnya yang dapat mengeksfoliasi, pengaplikasian asam glikolat pada area berkulit tipis dan lembut seperti ketiak bisa memicu terjadinya iritasi, kemerahan, kulit mengelupas, serta kulit sensitif.

ADVERTISEMENTS
ADVERTISEMENTS
Selamat dan Sukses kepada Pemerintah Aceh atas Capai WTP BPK
Berita Lainnya:
Studi Sebut Musik Bisa Bantu Seseorang Hadapi Kondisi Penuh Tekanan

Agar terhindar dari risiko ini, Dr Garshick menganjurkan orang-orang untuk tidak menggunakan produk asam glikolat dengan konsentrasi di atas 8-10 persen pada ketiak. Bila kulit ketiak tetap iritasi dengan asam glikolat berkonsentrasi 8-10 persen, coba gunakan produk lain dengan konsentrasi asam glikolat yang lebih kecil.

ADVERTISEMENTS
Top Up Pengcardmu Dimanapun dan Kapanpun mudah dengan Aplikasi Action

Selain itu, pengaplikasian asam glikolat pada kulit ketiak sebaiknya tidak dilakukan setiap hari. Batas frekuensi penggunaan asam glikolat pada ketiak yang direkomendasikan adalah 1-2 kali per satu pekan. Dibandingkan menggunakan produk perawatan kulit dengan asam glikolat untuk ketiak, Dr Garshick juga lebih merekomendasikan orang-orang untuk memakai produk deodoran yang sudah dilengkapi dengan asam glikolat.

ADVERTISEMENTS
Bayar Jalan tol dengan Pencard

Sumber: Republika

ADVERTISEMENTS
x
ADVERTISEMENTS

Reaksi & Komentar

إِنَّا مَكَّنَّا لَهُ فِي الْأَرْضِ وَآتَيْنَاهُ مِن كُلِّ شَيْءٍ سَبَبًا الكهف [84] Listen
Indeed We established him upon the earth, and We gave him to everything a way. Al-Kahf ( The Cave ) [84] Listen

Berita Lainnya

Tampilkan Lainnya Loading...Tidak ditemukan berita/artikel lainnya.
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi